Sequel : 1

4.4K 465 41
                                    

3 tahun sudah berlalu sejak itu. Aku dan Chanyeol sudah makin dewasa sekarang dalam menghadapi masalah. Masa lalu itu membuatku tersenyum senang dan juga merasa merinding mengingatnya.
















***

"Yak yak! Mi Ra!" pekik Yoori menggoyang-goyangkan tubuhku yang sedang minum kopi.

"Apa?!" bentakku terganggu.

"Ini oppa mau gelar konser lagi. Menyebalkan!" cacinya sambil melihat ponselnya mencari info EXO.

"Kenapa? Dulu kau sangat suka jika ada konser EXO," ucapku membenarkan letak syal merah yang aku pakai.

"Dulu ya dulu! Aku kan kesusahan dengan ini," ucapnya sambil menunjuk sesuatu di perutnya. Aku melihat sebentar lalu tertawa. "Apa?"

"Habisnya, kalian baru kenal, baru pacaran, langsung menikah saja. Repot kan sekarang," jawabku sambil mengaduk kopi di hadapanku. Ya, Yoori sekarang sudah menikah dengan Sehun oppa. Itu benar-benar berita yang sangat menghebohkan se-Korea dan mungkin seluruh dunia yang suka dengan EXO.

Bahkan kami sekarang jadi dua orang yang nasibnya sama. Berhubungan dengan member EXO dengan fans yang ... yah tak semuanya menyukai kami. Bukan begitu?

"Daripada kamu. Sudah 3 tahun pacaran masih perawan," ledeknya melihatku.

"Yak!" Aku berdiri lalu menjitak kepalanya. "Jaga mulutmu, nanti anakmu bisa mencontoh sikapmu ini. Mau apa?"

"Eh, tidak!" jawabnya sambil memegang perutnya sendiri yang sudah jalan 6 bulan. "Lagipula, masa kau tidak kepikiran untuk menikah?"

"Bukan begitu ..." jawabku.

"Kau jangan terus berkutat dengan bukumu. Walaupun sekarang kau sudah resmi jadi penulis, tetap saja kau harus pikirkan hubunganmu dengan Chanyeol oppa. Umurmu kan sudah 24 tahun."

Aku menghela napas menanggapinya.

"Aku juga sebenarnya ingin mempertanyakannya ..."

















***

"*Jadi kapan?"

"*Mah, nanti kalau udah waktunya, ya," ucapku sambil memainkan ujung rambut.

"*Jangan dinanti-nanti ah ..." ujar beliau terdengar memaksa.

"*Iya mah ..."

"*Entar jadi perawan tua loh hahaha!" sahut seseorang dengan nada ledekkannya.

"*Citra, berisik!" ucapku kesal.

"*Bulan depan sepupu kamu mau nikah. Kamu mau pulang ke Indonesia?" tanya ibu.

"*Iya mah, nanti aku pulang ya. Udah ah nanti tagihannya mahal," ucapku mulai menghindar.

"*Yaudah, jangan lupa pesan mama. "Cepet Nikah", ya?"

"*Iya iya. Dadah, I love you," ucapku sambil menutup telfon. Aku lalu menghela napas pasrah. "Umur segini sering banget yang ngomong, "Cepet Nikah"." gumamku pelan.

"Kau bicara apa?" tanya seseorang di belakangku.

"Oh, kapan kau masuk?" tanyaku melihat Chanyeol sudah masuk ke dalam apartemenku. Sejak aku jadi penulis, aku memang memisahkan diri dari Bibi dan Paman.

"Daritadi. Nih, aku bawakan makanan. Aku simpan di kulkas ya." Aku hanya mengangguk saja.

"Terima kasih," ucapku. Chanyeol melepaskan jaketnya lalu duduk di sofa sebelahku. Tangan kanannya terulur untuk merangkul leherku. Lalu tangan kirinya mengambil sebelah earphone yang aku pakai.

Green EarphoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang