Jika kalian penasaran dengan ketua kedisiplinan yang sangat-sangat gue sebal, maka gue akan memperkenalkan dia. Here we go..
Namanya Ben Alexander Leive. Laki-laki blasteran Indo-Prancis. Ibunya yang asli orang Indonesia menikah dengan ayahnya yang keturuan Prancis. Walaupun dia lahir di Prancis tapi kemampuan bahasanya cukup fasih bahkan menurut siswa dan siswi maupun guru-guru di sini sangatlah baik.
Merupakan salah satu siswa dengan peringkat terbaik di sekolah dengan peringkat pertama. Merupakan ketua kedisiplinan yang merangkap sebagai ketua OSIS dan kapten basket kebanggaan sekolah.
Dia berperawakan tubuh proporsional dengan otot yang cukup tak berlebihan dan tinggi 189 cm nyaris 190 cm mungkin, gue kurang yakin sama tinggi dia. Kulit tan yang cukup menggoda bagi murid-murid perempuan di sekolah. Rambutnya berwarna dark brown dan warna mata yang berwarna coklat cerah.
Jangan mengira bahwa gue terpana dan kagum dengan semua hal yang ada didirinya. No! Gue masih lebih di atasnya walaupun gue mungkin menjadi peringkat kedua setelahnya. Gue juga gak kalah populer dibandingkan dengan Ben. Meski sebenernya populer dalam hal lain.
Jika kalian penasaran dengan gue baiklah gue akan berbaik hati akan memperkenalkan diri gue yang tampan ini.
Nama gue Galang Sayakta Gandhi. Keturunan asli dari Indonesia tepatnya Jawa karena ayah dan ibu asli orang jawa yang penuh dengan tatakrama tetapi karena modernisasi sudah tak sekolot dulu.
Gue merupakan ketua ekskul taekwondo sekolah dan ketua berandal di sekolah ini, dan juga karena keahlian taekwondo yang gue miliki jarang ada anak yang berani membuat gara-gara dengan gue kecuali si ketua kedisiplinan itu. Tetapi walaupun gue berandal sekolah gak pernah sekalipun gue memalak siswa-siswa di sini karena ya gue gak sebegitu jahatnya sampai memalak tetapi jika ada yang mencari masalah maka gue gak akan segan-segan untuk membuat perhitungan.
Gue memiliki tubuh yang proporsional dengan otot yang tak terlalu berlebihan dengan tinggi 183 cm. Berkulit putih keturunan ibu yang juga putih karena ibu ada sedikit campuran Indo-Belanda dari kakek buyut. Mataku berwarna coklat gelap hampir seperti hitam, entah dari lahir atau memang keturunan dari kakek karena kedua orang tuaku memiliki iris mata berwarna hitam pekat. Rambut ya menyesuaikan dengan model sekarang berwarna merah maroon dengan highlite hitam sehingga memberikan aksen badboy pada gue.
Ben dan gue berbeda kelas. Dia kelas XI IPA 1 dan gue berada di kelas XI IPA 3 di SMA Tunas Wijaya yang merupakan salah satu sekolah swasta bertaraf internasional terbaik di Indonesia. Beruntung gue dan si Ben beda kelas, apa jadinya kalau gue sama dia berada di kelas yang sama mungkin orangtua gue akan lebih sering dipanggil ke sekolah. Tidak sekelas saja orangtua gue bolak-balik masuk BP apalagi sekelas dengannya. Ck! Gue semakin sebal jika mengingat dia.
Sepertinya sudah cukup untuk perkenalannya. Gue rasa tak ada lagi yang penting selain bahwa gue dan dia adalah rival, meski gue yang menganggapnya sebagai rival duluan. Tapi satu yang selalu membuat gue terheran-heran, Ben itu tidak pernah sedikitpun terlihat dengan perempuan ya semacam memiliki pacar gitu atau mungkin dia gay?? Kalau iya haha akhirnya gue tau kelemahannya dia.
+++
Pagi ini ayah benar-benar mengantar gue ke sekolah dan mengambil semua fasilitas kecuali uang jajan yang dibatasi dan iphone kesayangan gue. Pagi-pagi gue sudah mendapat ejekkan dari murid-murid yang tak suka dengan gue karena gue berandal sekolah yang suka bikin onar. Bisa gue lihat dia dengan wajah datar andalannya melihat ke arah gue, tapi gue tahu bahwa dia sebenarnya tertawa di atas penderitaan gue sekarang ini.
Untuk meredakan emosi yang hampir saja memuncak, gue dengan segera berjalan ke dalam kelas untuk duduk di bangku gue dan memasang sepasang earphone dengan volume yang cukup keras, gue masih waras untuk gak mendengarkan lagu dengan volume keras-keras yang bisa saja merusak telinga.
+++
Saat sedang serius dengan mata pelajaran fisika yang tengah diajar oleh guru tercantik di sekolah bernama Sischa Guertino Leive. Tiba-tiba sahabat gue si Coddy mengagetkan gue dengan muka horrornya saat setiap pelajaran fisika berlangsung tapi tak lama kemudian muncul seringai menyebalkan andalannya.
"Psst... Gal... Lo tadi dianter sama ayah lo? Tumben banget. Apa jangan-jangan lo sekarang berubah dari berandal sekolah jadi anak mami hem~"
"Jangan seenak jidat lo ambil kesimpulan. Gue lagi kena hukuman sama ayah gara-gara masalah kemarin. Dan apa-apaan muka lo itu heh! Mau ngajak berantem?!"
"Wowow sabar bro, gue gak ada maksud ngajak berantem. Gue cuman aneh aja liat lo yang biasanya bawa motor kesayangan tiba-tiba dianter sama ayah lo."
"Coddy Bhakti Kusuma dan Galang Sayakti Gandhi jika kalian ingin mengobrol dengan senang hati saya memperbolehkan anda berdua keluar dari kelas saya ini."
"Eh bu jangan, saya masih mau belajar. Salahkan Coddy yang mengganggu saya bu."
"Tidak ada salah menyalahkan orang lain Galang, sudah sekarang kalian berdua keluar dari kelas dan ibu tidak memperbolehkan kalian masuk sampai pelajaran ibu selesai. Mengerti?"
"Iya ibu kami mengerti." Sial! Semua ini gara-gara Coddy. Dengan muka gak rela setengah nelangsa gue keluar dari kelas.
"Semua ini gara-gara lo Dy gue jadi tidak bisa ngikutin mata pelajaran guru cantik kan."
"Dih kenapa jadi gue yang salah. Siapa suruh lo ladenin gue. Sudahlah dari pada emosi mendingan ke kantin aja, lumayan nih gue lagi dikasih lebih uang jajan sama ortu."
"Asik ada yang traktiran. Yaudah cus aja kalau begitu kita ke kantin. Jadi laper juga abis kena omel bu Sischa."
+++
Saat sedang hikmat-hikmatnya makan bakso kang Ujang, tiba-tiba perasaan gue jadi gak enak. Segera gue lihat ke sekeliling untuk memastikan tak ada si BenBen itu. Oh dammit! Sepertinya dia melihat gue dan Coddy di sini. Tapi kenapa dia diam saja tak mencatat nama gue dan Coddy seperti biasanya jika dia menemukan siswa atau siswi yang melanggar peraturan sekolah dia malah menyunggingkan sedikit senyum yang jarang dia tampakkan saat matanya bertemu dengan mata gue.
DEG!
Ada rasa yang bergejolak aneh di dalam dada saat melihat di tersenyum sedikit seperti itu. Ini tak baik. Sebaiknya gue segera menyelesaikan makan dan pergi kembali ke kelas.
"Dy udah belum? Balik ke kelas sekarang."
"Lah napa Gal? Ini nanggung sedikit lagi kelar. Bentar-bentar."
"Haduh kelamaan. Buruan!"
"Ada apaan sih? Kok lo sepertinya gelisah gitu."
"Gimana gak gelisah kalau si Ben lagi mengawasi kita."
"HAH!! Bilang dari tadi kenapa. Yaudah kita balik sekarang ke kelas."
Segera gue dan Coddy kembali ke kelas. Walau hanya di luar karena bu Sischa masih mengajar di dalam. Untuk kejadian tadi bukannya gue takut dengan Ben tetapi hanya cari aman saja. Gue gak ingin mendapat hukuman lagi dari ayah.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Caesus Est [✓]
Teen FictionBen Alexander Leive. Si ketua kedisiplinan kesayangan sekolah. Tampan dan berkarisma. Banyak siswi sekolah yang mengejarnya, tetapi sayang hanya satu orang saja yang dapat menyita perhatiannya. Si berandal sekolah, Galang Sayakta Gandhi. Galang Saya...