| 12 |

17.3K 1.6K 26
                                    

"I'm sick."

Ucapan Ben seketika membuat gue menoleh. Maksudnya dia apa? Eh jangan-jangan dia ngajak gue ke sini, buat liat dia bunuh diri.

"Hah? Maksudnya?"

"I'm sick, Lang. Sakit karena lo."

"Lo kenapa Ben? Lo jadi melankolis gini. Lo kesambet hantu penjaga sekolah kayaknya nih."

"Gue melankolis banget emang. Bego juga. Bisa suka sama berandal sekolah."

"Ben, candaan lo udah gak lucu. Lepasin. Gue mau balik."

"Gue lagi gak bercanda, Lang. Gue harus berbuat apa lagi biar lo tau kalau gue suka sama lo. Gue udah lelah. Terserah lo mulai sekarang."

DEG! Kenapa dada gue sakit dengar Ben ngomong gitu.

"Eh? Masa gitu. Lo rese banget sumpah Ben. Kalau l-l-lo suka s-sama gue ya buktiin."

"Apa yang harus gue buktiin lagi? Lo aja gak peka Galang. Lelah sama sakit rasanya."

"Haduh. Gimana ya bilangnya. Gue juga bingung Ben. Baiklah gue kali ini bakal jujur sama lo. Emm, ya sebenernya akhir-akhir ini gue merasa aneh. Gue suka kepikiran sama kata-kata lo. Tiba-tiba mikirin lo. Please, jangan pasang muka nyebelin kayak gitu." Ben kembali dalam mode datarnya lagi setelah gue bilang jangan pasang wajah menyebalkannya.

"Ya pokoknya gitu lah. Gue gak tau mau bilang apa lagi. Itu uneg-uneg gue. Terserah lo mau nanggepinnya kayak apa, yang jelas gue udah jujur."

"Pfft." Ben malah mau ketawa gitu mukanya. Sialan banget.

"Jangan ketawa. Gak ada yang lucu. Sialan." Tanpa gue sadar, gue merajuk kesal.

"Galang."

"Hmm?"

"Lo harus tau. Semenjak awal gue lihat lo dulu dan akhirnya selalu buat lo kesel, baru sekarang gue bisa lihat wajah merajuk lo yang manis dibanding wajah garang khas berandal lo itu. Dan ya lo bikin gue gak bisa nahan diri kalau lihat lo terus kayak begini."

Kata-katanya Ben mesum banget. Tapi kenapa rasanya gue seneng waktu dia bilang gue manis, gak seperti sebelumnya. Pipi gue rasanya mulai menghangat. Semoga Ben gak nyadar sama pipi gue.

Kruyuk.. Sial perut gue bunyi lagi. Laper.

"Itu suara perut lo, Lang?"

"Bukan. Suara perut lo kali."

"Gue juga bukan. Ya sudahlah abaikan."

Kruyuk..

"Emm, Ben."

"Hm?"

"Cari makan yuk. Gue laper."

"Galang lo seharusnya daritadi bilang. Ayo, kasihan gue lihat lo kelaparan kayak orang belum makan seminggu."

"Sialan lo."

+++

Gue gak tau Ben mau bawa gue pergi ke mana dari sekolah tadi. Dia nyuruh gue gak boleh banyak tanya dan harus berdiam diri. Padahal gue kalau lagi laper bakalan gak bisa diem. Mana di mobilnya Ben gak ada apapun yang bisa gue makan, seenggaknya bisa ganjel perut gue.

Karena bosan, akhirnya gue dengerin lagu dari ponsel gue dengan earphone. Sambil dengerin lagu, gue juga memainkan game. Setidaknya gue bisa lupa sama rasa laper gue sebentar karena fokus main game sama dengerin musik.

.

.

.

Ben menepuk pipi gue saat mobilnya masuk ke parkiran suatu restoran besar. Gue gulung earphone yang gue pakai tadi dan memasukkannya ke dalam kantong jaket. Dan masukkin ponsel gue ke dalam kantong celana.

Amor Caesus Est [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang