| 16 |

16.1K 1.6K 63
                                    

Dan disinilah gue berada sekarang. Di bandara—untung bukan ke hotel. Setelah obrolan ambigu didalem mobil, gue lebih milih diem daripada dengerin balesannya si Ben yang tambah ambigu.

Kata si Ben sih hari ini bokapnya pulang dari Paris makanya dia disuruh jemput ke Bandara. Cuman ya, ini kenapa harus nyeret gue juga dan lagi INI MASIH JAM SEKOLAH ASTAGA. Ternyata jadi juara 1 gak bikin Ben pinter di hal lain, contohnya kayak sekarang, kenapa dia gak minta tolong orang rumahnya aja. Ini sebenernya yang gak pinter siapa sih, bokapnya atau dia.

Lagi asik ngedumel, tiba-tiba ada suara teriakan anak kecil nyaring banget manggil nama Ben.

"KAKAAAK!~" -eh?

Nyaring sih teriaknya tapi kenapa ini anak kecil malah nemplok ke kaki gue, terus manggil gue kakak coba. Dan si Ben cuman ngikik doang liatnya, bukannya ambil ini anak kecil.

"Kak Ben, kok kakinya jadi pendek ya? Biasanya aku kan gak sampe lutut, kok ini aku sampe lutut ya?" Siap. Gue dikatain pendek —asu.

"Leo coba lihat kamu lagi meluk kaki siapa?" Terus si anak kecil tadi akhirnya angkat kepalanya ke atas, dan kaget pas liat gue. —gemes sih. Kok lucu anaknya.

"Eh? Ehehehe maaf ya, Leo kira kak Ben." Akhirnya anak kecil yang manggil dirinya Leo itu pindah nemplok ke kaki Ben.

Sanking fokusnya sama itu anak kecil, gue sampe gak nyadar kalau ada laki-laki paruh baya udah disamping Ben. Kayaknya sih bokapnya, soalnya mirip.

"Jadi ini yang kamu maksud, Ben? Cantik walau masih ada maskulinnya. Emang gak salah pilih anak papa."

"Iyalah pa, masa Ben pilihnya gak cantik."

Ini ayah anak pada ngomongin siapa sih. Perasaan kagak ada yang cantik di sini. Tapi daripada ngurusin itu, gue lebih milih fokus ke anak kecil nama Leo. Pengen gue cubit liatnya. Tembem gitu. Hehe.

Gue jongkok buat sejajarin tinggi gue sama dia. Iseng gue pegang pipinya yang bulet. Gue tusuk-tusuk pelan sama telunjuk gue. Terus dia nengok ke gue dan senyumin gue.

'MANIS BANGET ASTAGA'

"Kakak siapa?" Eh, dia nanya gue siapa. Gue jawab apa ya, temen Ben bukan, sahabat Ben apalagi itu, jelas bukan. Terus gue harus jawab apa.

"Calon kakak ipar kamu." -eh? Loh? Calon kakak ipar?

"Calon kakak ipar itu apa, kak Ben?"

"Jadi nanti kakak ini jadi istri kakak. Kamu setuju kan?"

"Emmm...." mata Leo kayak lagi neliti gue kok gue jadi salting sendiri. Pasti ganteng banget nih gue.

"Leo setuju. Kakaknya cantik, eh gak gak, kakaknya imut. Walau badannya 11/12 sama kak Ben. Hehe."

"Eh kok kakak cantik? Kakak ganteng Leo."

"No no no. Kakak cantik. Leo suka." Oke, gue gak jadi gemes sama ini anak. Masa gue dibilang cantik. Darimana coba.

"Udah sih, kenyataan Gal. Lo tuh cantik."

"Terserah lo aja dah. Ini sekarang gimana gue pulangnya, lo pasti langsung ke rumah kan? Mana tas gue ketinggalan di kelas lagi."

"Ya lo pulang juga bareng gue. Masa calon istri gue, gue suruh balik sendiri. Masalah tas sama motor lo udah ada di rumah lo semua, tadi gue minta tolong orang rumah buat ambil motor sama tas lo di sekolah."

"Calon istri pala lo peyang. Lo emang suka seenaknya ya. Lagian gue gak enak sama bokap lo kalau pulang bareng lo."

"Ternyata kakaknya galak ya. Cocok sama kak Ben." Etdah napa ini bocah malah cengengesan coba.

Amor Caesus Est [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang