Chapter III ~ Fall

1.3K 79 3
                                    

"Ada satu misi yang harus dilakukan saat ini juga. Dan yang ada hanya kamu. Jadi kamu yang harus mengerjakannya," jelas Jezebel.

"Apa misinya ?"

"Ini bukan misi untuk membunuh. Kamu ditugaskan untuk menemukan seorang anak kecil yang hilang di hutan." Jelas Avarado.

"Hanya itu ?" Tanya Jauza meremehkan.

Jauza pikir, kenapa mereka tidak meminta bantuan polisi saja. Itukan hanya untuk menemukan seorang anak, kenapa harus sampai menyewa seorang pembunuh bayaran. 'Orang kaya memang selalu melebih-lebihkan'.

"Dia bukan sekedar hilang dihutan. Dia diculik." Tambah Jezebel.

"Kenapa tidak bilang dari tadi. Aku pikir 'konyolnya aku harus mencari seorang anak kecil dihutan, padahal polisi saja masih bisa melakukannya".

"Tapi ini bukan hutan biasa. Hutan itu sangat berbahaya, masih banyak binatang buas didalamnya. Aku dengar dari bisikan dunia gelap, bahkan ada beberapa dari binatang itu adalah makhluk aneh, ada juga binatang-binatang dengan besar tubuh yang tidak seharusnya." Avarado menjelaskan semua kehawatirannya.

"Benarkah ? Ah tidak mungkin ada yang seperti itu. Memangnya anak itu diculik kehutan mana ?"

"Hutan Darkfant. Kata orang-orang, disanalah tempat makhluk-makhluk fantasi tinggal," jawab Jezebel.

"Begitu? Sepertinya menarik sekali, walaupun sebenarnya aku sama sekali tidak percaya."

Jauza memang tidak percaya dengan hal-hal seperti itu. Dia tidak akan percaya sampai dia melihatnya sendiri.

"Oke aku pergi sekarang. Kita buktikan hal itu benar atau tidak."

Jauza beranjak dari tempatnya. Memakai kembali jubah hitam dan topi hitamnya, lalu berjalan melangkah keluar ruangan.

"Tunggu dulu!" Cegah Jezebel sebelum Jauza benar-benar pergi. "Ini, bawa senjata ini. Untuk melawan musuh dari jarak jauh. Ibu rasa kamu memerlukannya."

Jezebel menyerahkan sebuah Archery. Archery itu sangat indah, warnanya putih dengan ukiran bunga-bunga mawar berwarna hitam. Begitupun dengan anak panahnya.

"Terimakasih ibu, ini sangat indah..." kata Jauza yang terus memperhatikan setiap detail archery itu.

"Tentu saja. Seorang Redfang tidak hanya pandai dalam beladiri dan memakai senjata. Tapi seorang Redfang juga memperhatikan Seni dan keindahan dalam gerakan beladiri dan juga senjatanya," jelas Jezebel dengan bangga.

"Itu benar, kalau begitu aku pergi. Sampai jumpa."

Jauza berjalan keluar dari pintu belakang rumah dengan archery yang tersampir dibahunya.

"Tunggu... dulu..." Jauza berhenti berjalan karena baru saja menyadari sesuatu.

Dengan menepuk jidatnya, ia berkata. "Akukan tidak tau dimana arah hutan Darkfant. Dasar bodoh !"

Jauza berjalan kembali kerumahnya. Saat ia membuka pintu, didepannya sudah ada Jezebel dan Avarado. Avarado menyerahkan sebuah buku saku kecil terbuat dari kulit berwarna hitam dengan hurup "R" berwarna merah ditengahnya. Disisi-sisinya terdapat resleting yang membuat buku itu tertutup rapat.

"Aku tau kau kembali untuk mengambil sesuatu," tebak Avarado.

"Iya, aku memang akan mencari sesuatu."

Jauza membuka buku saku itu. Isinya hanya ada satu lembar kertas yang tebal dan warna yang sudah mulai menguning.

Saat Jauza memegangnya, ternyata kertas itu dilipat-lipat. Jauza terus membuka, membuka dan membuka. Sampai kertas kecil itu menjadi lebar x panjang = luas, dikertas itu tergambar peta yang sangat lengkap.

ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang