"Katakan apa saja yang kamu tahu tentang itu semua!"
"Dengar, tenangkan dulu dirimu setelah itu baru aku akan memberi tahumu."
Jauza menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. "Baiklah sekarang beri tahu aku!"
Setelah melihat Jauza jauh lebih rileks Zenopun mulai bicara, "kau tahu, aku sayang padamu-"
"Apa!" Teriak Jauza.
"B-bukan sayang yang itu maksudku. Kamukan temanku sekarang, teman terbaikku... bahkan hanya kamu yang berani memanggilku dengan nama saja padahal aku lebih tua darimu." Jelas Zeno dengan gugup.
Jauza mengangguk-anggukan kepala, "oh iya aku mengerti."
"Aku hanya ingin kamu baik-baik saja, aku ingin kamu pulang dengan selamat ke zamanmu."
"Iya lalu?" Tanya Jauza.
"Aku tahu tentang ramalan itu... semua orang pasti tahu, hanya saja aku tidak ingin melibatkanmu dengan masalah ini. Kamu masih ingatkan kejadian kemarin?"
"I-iya."
"Itu... sebenarnya aku tidak bercanda," aku Zeno tampak murung.
"Maksudmu... dia i-itu-"
"Iya. Damon itu seorang pemimpin para para vampire. Aku yakin dia... mengincarmu waktu itu."
"Oh aku tidak percaya ini," Jauza menyenderkan punggungnya, "apa yang harus aku lakukan?" Baru kali ini Jauza terlihat sangat frustasi.
Zeno mengelus kepala Jauza dengan lembut membuat Jauza menengok kearahnya, "aku akan selalu berada disisimu."
"Mulai sekarang kita harus lebih berhati-hati, jangan biarkan dia masuk kedalam kamarmu lagi." Lanjut Zeno.
"Em tapi bagaimana caranya?" Jauza sangat bingung, waktu itu juga kamarnya terkunci rapat tapi tetap saja dia bisa masuk.
"Aku akan mencari sebuah cara," Zeno tersenyum lembut pada Jauza, "secepatnya."
Jauza tersenyum lembut mendengar ucapan Zeno. "Ah pasti beruntung sekali perempuan yang mendapatkanmu. Kira-kira siapa ya, perempuan beruntung itu?" Goda Jauza.
"Ada seseoang..." ucap Zeno.
Pengakuan itu membuat mata Jaiza melebar, "siapa itu? Siapa... beritahu aku," bujuk Jauza. "Ayolah siapa perempuan beruntung itu?"
"Dia itu perempuan yang sangat istimewa. Sangat berbeda dari orang-orang, begitu mencolok... bagiku. Aku sangat tertarik padanya saat pertamakali bertemu, lalu lama-kelamaan aku jadi sayang dan cinta padanya. Tapi aku tidak yakin jika dia mencintaiku juga," Zeno mengulum senyum.
Jauza meninju bahu Zeno, "ayolah jangan seperti itu, aku percaya perempuan itu suka padamu juga. Walaupun kata-katamu tadi terdengar sangat... em sangat... ya pokoknya aku yakin kamu bisa mendapatkan perempuan mana saja yang ada di dunia ini."
"Benarkah? Benarkah aku bisa mendapatkan perempuan mana saja yang ada di dunia ini?" Senyum mengembang di wajahnya.
"Lihatlah wajahmu, badanmu, sikapmu, semua yang ada padamu. Iya, aku yakin kamu bisa mendapatkan perempuan manapun yang kamu suka."
Zeno berdiri dari tempatnya, "masuk kedalam yuk, rasanya dingin juga kalau lama-lama diam diluar."
"Baiklah ayo!"
Mereka berduapun masuk kedalam. Sedangkan seseorang dibalik bayang-bayang tembok istana melihat kejadian itu dengan wajah muran dan kecewa.
'Entah apa yang kupikirkan dan kurasakan sekarang. Aku merasa sangat bodoh, bagaimana bisa aku merasakan perasaan seperti ini. Tadi Felix Hiariej sekarang Zeno Aloysius, itu membuatku bingung dan hatiku sakit. Apa bisa aku memilikimu? Hufh... tentu saja tidak bisa,' batin orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASSASSIN
Fantasy"Kau selalalu meremehkanku. Kalau kau kesini, kenapa tidak sekalian saja kau yang melakukannya Onyx ?" Kata gadis itu sinis. "Itu tugasmu, kenapa aku harus melakukannya? Kau tau, keluarga Redfang adalah pembunuh murni dan tidak terkalahkan. Aku hany...