Sekarang aku sedang menagih uang pajak dikota, didampingi dengan pengawal-pengawal anggota kerajaan. Sebenarnya aku tidak menagih orang-orang itu yang menagihnya, aku hanya mengawasi dan turun jika ada masalah. Kami juga menagih uang sewaan serta pajak dari para petami yang menyewa tanah ataupun dari orang-orang yang menyewa rumah dari kerajaan.
Butuh waktu seharian untuk mengawasi semuanya. Karena aku sudah capek, maka dari itu aku serahkan semua yang tersisa pada orang kepercayaanku yaitu Aquila.
"Aquila aku serahkan semuanya kepadamu. Aku ingin pergi kesuatu tempat, sudah lama aku tidak kesana," setelah mengatakannya aku lompat turun dari kereta kuda menghampiri kuda kesayanganku, melepas ikatan keretanya lalu menaikinya.
"biar aku tebak, Yang-mulia pangeran Arzachel pasti ingin pergi kehutan Dreamlight. Iya kan?""iya, perasaanku sangat baik saat ini. Mungkin aku akan mendapat berita yang bagus," aku yakin senyumanku kali ini sangat lebar. Aku sangat yakin hari ini dia akan muncul. Orang yang bisa menolong kerajaan Zeroun dari ancaman yang mengerikan itu.
"iya, aku juga merasakan hal yang sama. Sebenarnya sudah dari seminggu yang lalu sih".
"kalau begitu kenapa kau tidak bilang? Kalau kau sudah punya perasaan dia akan muncul aku pasti percaya. Yasudah tolong jaga semuanya ya, Aquila. Aku pergi!"
"iya... hati-hati Yang-mulia," Aquila melambaikan tangnnya padaku.
Setelah aku semakin dekat dengan hutan dreamlight, perasaanku semakin menguat. Dengan segera aku mengambil topeng hitam yang selalu aku pakai dari dalam jas ku, lalu memakainya. Aku yakin dia benar-benar datang kali ini. Saat sampai di Dreamlight, dengan cepat aku memacu kudaku. Tapi apa yang aku temukan di inti hutan Dreamlight? Kosong. Benar-benar kosong, hanya ada tanah yang tertutupi selimut bunga yang warna warni. "kenapa tidak ada?"
Aku sangat kecewa, saat aku ingin kembali datanglah perempuan bertopeng dengan semua yang dikenakannya berwarna hitam kecuali gaunnya yang berwarna biru langit malam. Sepatu bot nya yang menutupi hampir seluruh betisnya itu aku mengenalnya, topengnya, rambutnya dan wajahnya yang tersisa itu aku sangat mengenalnya. "bukankah dia itu perempuan yang menangkap perampok toko perhiasaan dikota?"
Perempuan berjalan sampai ke tengah tanah terbuka itu, memutar tubuhnya menikmati angin yang membelainya. Aku melihat bibirnya yang bergerak-gerak. "dia sedang berbicara apa?"
"hei kau yang disana!" teriakku sambil memacu kudaku untuk mendekat kearahnya.
Dia berbalik melihat kearahku.
"sedang apa kau disini?" Tanyaku lagi.
Dia tidak menjawabku? Aku pikir kata-kata terdengar sampai kesana, karena aku berteriak dan jarak kami hanya tinggal beberapa meter lagi.
"hei aku bertanya padamu, sedang apa kau disini?"
"aku sedang..." perempuan menggantungkan kalimatnya, 'aduh cepatlah kenapa lama sekali?' "itu bukan urusanmu!" tuturnya pada akhirnya.
Aku memasang senyuman meremehkan padanya, 'dia bilang apa tadi? Bukan urusanku?'. "kau berada diwilayahku, jadi itu urusanku".
"wilayahmu? Huh! Yang benar saja, 'kau berada diwilayahku, jadi itu urusanku" dia meniru gaya bicaraku, aku tahu dia mengejekku. "bagaimana bisa hutan ini wilayahmu? Ayo jelaskan! Kalau alasanmu bisa aku terima, aku akan pergi dan tidak akan menginjakan kakiku kesini lagi" tantangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASSASSIN
Fantasy"Kau selalalu meremehkanku. Kalau kau kesini, kenapa tidak sekalian saja kau yang melakukannya Onyx ?" Kata gadis itu sinis. "Itu tugasmu, kenapa aku harus melakukannya? Kau tau, keluarga Redfang adalah pembunuh murni dan tidak terkalahkan. Aku hany...