Chapter X ~ History

1K 66 1
                                    

Pagi hari ini Lady Jasmeen baru keluar dari kamarnya, saat dia membuka pintu di depannya sudah ada Jauza yang berdiri dengan tegak.

"Oh sedang apa pagi-pagi kamu sudah disini? Apa ada sesuatu?" Tanya Lady Jasmeen.

"Tidak ada apa-apa, nyonya Aloysius menyuruhku untuk mengantarmu pergi ke kota. Katanya kamu akan beli sebuah gaun untuk pesta topeng."

Jauza baru berjalan setelah Lady Jasmeen berjalan beberapa langkah didepan, "oh jangan seperti ini," keluh Lady Jasmeen sambil mensejajarkan langkahnya dengan Jauza.

"Aku pengawalmu, sudah seharusnya aku selalu berada di belakangmu." Jauza melambatkan langkahnya, tapi percuma Lady Jameen juga ikut melambankan langkahnya.

"Tetap saja tidak boleh seperti ini, kitakan teman walaupun kamu pengawalku." Lady Jasmeen tersenyum lebar pada Jauza.

"Ya, terserah kamu saja-" tanpa menoleh sedikitpun Jauza tersenyum lembut "-jadi... pesta topeng dikerajaan? Pasti sangat hebat."

"Tentu saja, maka dari itu aku akan beli sebuah gaun yang cantik dan indah, dan tentu saja dengan semua pernak-perniknya-" Lady Jasmeen melihat kearah Jasmeen"-kamu juga akan beli, kamu akan ikut kesana bersamaku dan keluargaku."

"Aku tidak masalah ikut kesana, tapi tidak perlu membeli gaun. Aku hanya akan mengawalmu disana."

"Apa? Ini pesta topeng kerajaan, kau akan terlihat bodoh dengan memakai bajumu yang biasa. Aku tidak mau tau kamu juga harus berdandan, sekali-kali buatlah dirimu senang, bersenang-senanglah disana."

"Tidak bisa, aku harus menjagamu."

"Saat kamu menyenangkan dirimu, kamu masih bisa memperhatikanku-" Lady Jasmeen bersikeras "-Hufh... walau bagaimanapun juga carilah seorang pasangan."

"Cara bicaramu itu, memang kamu sudah punya pasangan?" Tanya Jauza meremehkan.

"Aku sudah bertunangan, ingat?" Katanya sambil menunjukan cincin yang tersemat pada jari manis tangan kirinnya.

Jauza melihatnya, kenapa dia bisa lupa waktu itukan Lady Jasmeen sudah mengatakan padanya saat Felix mengobati luka ditangannya. "Oh iya aku lupa."

Lady Jasmeen menatap Jauza dengan tatapan heran, "ya begitulah, harusnya kamu sudah bertunangan, ataupun setidaknya kamu harus sudah punya calon. Bagaimana kalau kamu jadi perawan tua? Ish."

'Ya, pada umumnya dizamanku bukan seperti itu cara kerjanya'. Ingin sekali Jauza menjawab seperti itu saat mendengar perkataan Lady Jasmeen, dia jadi merasa seperti perempuan tidak laku. "Itu tidak akan terjadi," kata Jauza dengan santai.

Lady Jasmeen melihat kearah Jauza, "iya tentu saja, kamu itukan cantik, tidak akan ada yang menolakmu."

"Itu kamu tau," kata Jauza dengan santai.

Tidak terasa mereka sudah sampai di samping kereta kuda. Jauza membuka pintunya agar Lady Jasmeen bisa masuk kedalam. Saat Jauza akan menutup pintu Lady Jasmeen menahannya," kamu mau kemana?" Tanya Lady Jasmeen.

"Tentu saja aku akan duduk di depan sana," jawab Jauza sambil menunjuk ke kursi dimana sudah ada pak kusir disana.

"Tidak, kamu duduk disini!" perintah Lady Jasmeen.

"Tapi aku-"

"Sudahlah masuk," Lady Jasmeen menarik tangan Jauza, sehingga mau tidak mau dia naik ke dalam kereta kuda.

Jauza tersenyum kecil saat dia sudah duduk, selama ini dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini. Bahagianya, indahnya, serunya punya teman, rasa ingin melindungi orang yang sangat dia sayangi "temannya".

ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang