Chapter XV ~ Damon

903 57 3
                                    

Matahari telah terbit menampakan sinarnya yang hangat di pagi hari. Jauza terpaksa bangun karena sinar matahari yang menembus jendela dan kegaduhan yan terdengar diluar.

Terdengar suara terompet diluar, sehingga Jauza dengan terburu-buru membereskan diri dan pergi memeriksa keluar. Ternyata semua orang yang ada dirumah termasuk para pelayan berjejer disepanjang sisi jalan menuju ke rumah. Sedangkan seluruh keluarga Aloysius berdiri dengan tegak dan anggun ditengahnya.

Wajah mereka kelihatan gembira sekaligus heran. Jauza mendekat kesana untuk melihat dengan lebih jelas apa yang sedang mereka lakukan.

"Permisi apa yang sedang kalian lakukan?" taya Jauza.

Lady Jasmeen berbalik kearah Jauza. Saat melihat penampilan Jauza yang biasa saja seperti biasanya, Lady Jasmeen lantas berbisik kepada dua orang pelayan yang ada didekatnya. Dua pelayan itu mengangguk lalu mendekat kepada Jauza. Jauza yang tengah terheran-heran ditarik oleh mereka berdua.

"Hei tunggu dulu, ada apa ini?" Tanya Jauza saat dirinya diseret dengan sedikit dipaksa karena dia sedikit melawan.

"Miss Jauza harus ikut dengan kami sebentar, Lady Jasmeen yang memerintahkannya," ujar salah satu pelayan itu.

Akhirnya Jauza berhenti melawan dan ikut saja dengan mereka. Ternyata mereka membawa Jauza ke kamarnya, lalu didudukkan didepan meja rias. Salah satu pelayan itu membuka lemari dan mengambil gaun yang paling bagus dari sana. Sedangkan yang lainnnya mulai memainkan jemarinya yang terampil pada rambut Jauza.

Jauza hanya diam saja saat gaun itu dipakaikan padanya dan dia mulai didandani. Tidak biasanya Jauza seperti ini, dia memang sedang malas untuk melakukan sesuatu yang tidak terlalu penting.

Sebisa mungkin Pelayan itu mendandani Jauza agar telihat sangat cantik namun tetap kelihatan natural. Rambutnya dibagi menjadi dua bagian lalu kedua bagian rambut itu dikepang dengan agak sedikit renggang. Setelah itu kedua kepangan itu dibentuk menjadi sebuah bunga mekar yang indah, sedangkan rambutnya yang baru tumbuh dibiarkan tergerai membingkai wajahnya.

Jauza kelihatan sempurna. Kemudian setelah itu, kedua pelayan yang mendandaninya membawanya keluar kamar. Mereka berhenti tepat didepan pintu ruang tamu. Kedua pelayan itu memberi isyarat kepada Jauza untuk masuk sebelum akhirnya mereka pergi entah kemana.

Dengan perlahan tangannya mulai terjulur untuk meraih gagang pintu lalu membukanya. Semua orang yang ada didalam ruangan itu dengan otomatis melihat kepadanya.

Yang membuat Jauza kaget adalah seseorang yang tengah duduk dengan tegaknnya di depan semua keluarga Aloysius. Sadar dengan keheningan yang terjadi, Jauza tersenyum lalu berjalan seanggun mungkin masuk mendekat pada mereka.

"Miss Jauza, akhirnya anda datang. Saya sudah menunggumu," ujar pangeran Arzachel.

"oh maaf membuat anda menunggu pangeran," balas Jauza dengan lembut.

"Duduklah Jauza," Jauza menuruti kata tuan Aloysius lalu duduk di sofa yang kosong.

"Maaf, kalau boleh tahu kenapa pangeran Arzachel datang kemari?"

"Begini Miss Jauza, kedangan saya kemari itu untuk menjemput anda."

"Menjemput? Memangnya saya ingin kemana?" Tanya Jauza.

"Kami sangat khawatir padamu, jadi kami memutuskan anda harus tinggal di istana. Setidaknya anda akan aman karena pengawalan di istana." Jelas Arzachel.

"Apa maksud anda, memangnya saya kenapa sampai harus tinggal di istana?" Tanya Jauza dengan ragu-ragu sambil melirik kearah keluarga Aloysius.

"Ayolah Miss Jauza kita sudah pernah membicarakan ini di pesta topeng malam itu. Tentu anda mengerti apa yang kumaksud."

ASSASSINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang