Jauza berlari sekencang mungkin, pergi menjauh dari tempat terkutuk itu. "Bisa-bisanya dia menciumku. Dasar orang gila," gerutu Jauha disepanjang jalan.
Sebelum melanjutkan perjalanan pulang, Jauza mampir kesebuah gang kecil sempit dan gelap. Iya melepas jubahnya lalu membentuknya menjadi sebuah tas selempang. Ia memasukan koper hitam itu lalu topinya dan semua senjata yang dia bawa.
Sekarang Jauza berpenampilan seperti seorang gadis biasa dengan memakai jelana jeans, kaos hitam tanpa lengan dan memakai tas selempang hitam.
BUGH -- BAG -- BUGH --
'Itu suara orang yang sedang berkelahi'. Jauza terus berjalan seperti biasa, tidak diperlambat ataupun dipercepat. 'Itu kemauan mereka, dan itu bukan urusanku'. Jauza sangat tidak suka saat dia harus mencampuri urusan orang yang menurutnya sama sekali tidak penting. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus berpura-pura menjadi orang baik agar orang-orang bisa menerimanya, tentu saja.
Jauza sangat ingat bagaimana keadaan di rumah yang selalu sepi dan dingin mencekam. Hanya sesekali mereka mengobrol, itupun jika ada yang harus mereka bicarakan. Tapi suasana itu tiba-tiba selalu berubah menjadi ramai, ceria dan penuh canda tawa saat ada orang datang. Lalu kembali sepi, dingin mencekam saat orang itu sudah pergi. Terkadang dengan mengingat hal itu Jauza tertawa. Merasa betapa konyolnya keluarga mereka saat melakukan hal itu.
Suara perkelahian itu semakin jelas terdengar, Jauza sudah hampir dekat dengan temapat dimana perkelahian berlangsung. Sedikit jauh dari tempatnya terlihat ada perkelahian. Jauza terus berjalan dengan santai, seperti tidak melihat apapun.
Terus mendekat, mendekat dan mendekat, Jauza berhenti berjalan saat jaraknya hanya tinggal 5 meter lagi. Sekarang perkelahian itu sangat jelas dimata jauza. Orang yang sedang berkelahi itu adalah seorang wanita tua berkaki tiga dan seorang anak laki-laki muda yang kira-kira berumur 14 tahun.
Jauza menyenderkan punggungnya pada tiang lampu, memperhatikan mereka berdua yang sedang berkelahi. Jauza terus diam diposisinya meskipun dia tahu siapa mereka berdua. Wanita berkaki tiga itu adalah seorang peramal yang terkenal di dunia gelap, namanya Madam Jelena.
Menurut rumor Madan Jelena adalah seorang penyihir yang masih hidup selama 100 tahun yang lalu, yang berarti dia sudah hidup dari abad 19. Tapi bagi keluarga Redfang hal itu hanya mengada-ada, mereka sama sekali tidak percaya.
Lalu anak laki-laki berumur 14 tahun itu. Dia itu adalah...
Adik Jauza "Beryl Redfang"
Jauza terus diam sementara adiknya dengan susah payah berusaha menghajar dan mempertahankan diri melawan peramal itu.
Keadaan Beryl sangat tetdesak sekarang. Madam Jelena menekan ujung kaki ketiganya "tongkatnya" keleher Beryl. Terlihat Beryl sesak, sulit untuk bernafas.
Kini Jauza tidak tinggal diam. Dia menyimpan barang-barangnya lalu berlari dari tempatnya, memegang bahu Madam Jelena lalu melemparnya menjauh dari Beryl. Dengan rakus Beryl menghirup udara sebenyak mungkin.
Sekarang Jauza yang melawan Madam Jelena. Sedikit sulit untuk mengalahkannya, karena Madam Jelena juga sangat ahli dalam urusan bela diri.
Akhirnya dengan mengerahkan semua kemampuannya, Jauza dapat meraih tangan kirinya dan memelintirnya. Lalu mendorong Madam Jelena ketembok.
"Dengar Madam Jelena, untuk kali ini aku akan melepaskanmu karena kau pernah menjadi partner keluarga Redfang. Tapi kalau kau mencari masalah lagi dengan keluarga Redfang, aku tidak akan segan-segan lagi untuk menghabisimu."
Jauza melepaskan Madam Jelena dengan medorongnya. Sebelum pergi Madam Jelena berteriak.
"Aku akan membalasmu! Tunggu saja pembalasanku, sesuatu akan terjadi padamu. Lihat saja nanti!"
'Huh dasar wanita tua !' Jauza melirik ke arah Beryl. "Apa yang sudah kamu lakukan ?"
"Aku sebenarnya menerima misi dari sesrorang. Misinya untuk membawa kembali kalung mutiara miliknya yang Madam Jelena curi".
"Bukannya kamu tidak boleh menerima sebuah misi? Apa kamu lupa, setidaknya umurmu harus menginjak ke 18 tahun untuk menerima sebuah misi. Seperti aku ?"
"Maaf kak, aku hanya ingin mencoba". Beryl menekuk wajahnya, ia benar-benar merasa seperti orang paling bodoh di dunia.
"Hufh... kalau ayah dan ibu tau, mereka akan marah. Kau hampir saja mempermalukan keluarga Redfang".
"Maaf... maka dari itu jangan biarkan mereka tau. Aku mohon" Beryl memasang wajah memelasnya.
"Jangan memohon, kamu hanya akan membuat keluarga Redfang tambah malu. Jangan pernah memohon lagi ! Sekarang pergi tuntaskan misimu lalu kamu harus langsung pulang. Jangan pernah ulangi kesalahan ini lagi".
"Baik !" Seru Beryl, lalu dia pergi berlari dengan cepat.
Jauza kembali membawa barang-barangnya lalu kembali pulang ke rumah.
.....,,.....,,.....
KLEK --
Jauza membuka pintu rumahnya. Baru saja ia masuk kedalam, Vigor pelayan setia keluarga Redfang yang sudah tua itu menghampiri Jauza.
"Maaf nona Jauza, tuan dan nyonya memanggil anda untuk pergi keruangannya dengan segera."
Jauza melirik jam dinding di tengah ruangan. Sudah jam 12.30 Jauza sama sekali belum beristirahat.
"Baiklah, aku akan akan segera kesana. Terimakasih Vigor."
Vigor mengangguk, "itu sudah menjadi tugas saya nona. Kalau begitu saya pamit undur diri."
"Baiklah". Vigor pergi dan Jauza juga pergi ketempat dimana dia akan bertemu dengan ayah dan ibunya.
TOK TOK TOK --
"Aku datang," kata Jauza sambil membuka pintu ruang itu.
"Kemarilah nak," ibunya "Jezebel Redfang" menunjuk satu-satunya kursi tanpa sandaran yang terpisah dari yang lainnya.
Design ruangan ini sangat glamour. Penuh dengan warna emas dan merah. Dan hanya lampu pijar yang dinyalakan membuat ruangan ini terkesan lebih mewah.
"Bagaimana dengan misimu kali ini, apa berjalan dengan lancar ?" Tanya ayahnya "Evarado Redfang".
Jauza mengeluarkan koper hitam itu dari dalam tas yang terbuat dari jubahnya.
"Itu bayarannya," Jauza menyodorkan koper itu kedepan kedua orang tuanya.
"Kenapa ayah dan ibu memanggilku?"
"Ada satu misi yang harus dilakukan saat ini juga. Dan yang ada hanya kamu. Jadi kamu yang harus mengerjakannya," jelas Jezebel.
"Apa misinya ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASSASSIN
Fantasia"Kau selalalu meremehkanku. Kalau kau kesini, kenapa tidak sekalian saja kau yang melakukannya Onyx ?" Kata gadis itu sinis. "Itu tugasmu, kenapa aku harus melakukannya? Kau tau, keluarga Redfang adalah pembunuh murni dan tidak terkalahkan. Aku hany...