BAB 2 - I See

667 31 2
                                    

Satu notif LINE muncul dilayar ponsel ku.

Mel lo dimana? Buruan. Guru masih brifing. Keburu dateng ke kelas. Cepetan!

Aku memutar mataku. Ya, yang barusan mengirim LINE adalah sahabatku. Fira. Dia sahabat yang paling bawel dan selalu ada buat aku.

Ya ya ya. Bawel lo. Gue lagi di angkot. Sabar kek.

Aku mengirimnya setelah menaiki angkutan umum. Memang abang nyebelin. Adenya telat bangun ajah ditinggal. Uff. Padahal niatku tidak ingin masuk saja, karena sudah telat terlalu lama. Tapi Fira memaksaku untuk tetap datang. Katanya mumpung guru-guru masih Brifing dan ada hal penting yang ia ingin bicarakan. Memang merepotkan.

=========================

Eza meniupkan asap rokoknya keudara dari mulutnya. Mereka semua sedang merokok, tapi Noval hanya diam. Pandangannya menatap rumput. Dan pikirannya kosong.

"Lo kenapa, Val?" Tanya Roy menepuk bahu Noval yang membuatnya sedikit kaget.

"Rokoknya kurang? Mau kita beliin lagi, bro?" Timpal Eza.

"Gak usah. Lo tau kan duit gue lebih banyak dari kalian?" Sindirnya. Namun sudah biasa. Memang kenyataannya benar. "Gue mau..." Noval menggantung kata katanya.

"Kay bro, kita cabut. Nanti gue LINE kalo guru udah masuk." Ucap Revan. Mereka semua mengerti kemana arah pembicaraan Noval.

"Kalo lo udah sadar itu juga" Ledek Diaz. Namun hanya dibalas senyuman miring oleh Noval. "Kita cabut, val" tambahnya. Lalu langkah keempatnya menjauh.

=========================

"Gila kan nih anak. Sekarang gimana caranya gue masuk coba?" Grutu Camel dalam hati. Ia terus melangkah dari arah belakang sekolah. Karena ingin cari aman. Pintu gerbang pasti memang masih dibuka, tapi sang singa betina? Camel tidak mungkin lupa dengan hal itu. Camel bukanlah anak yang polos atau lugu, dia juga pernah telat, walau tak begitu sering. Dan dia hapal betul watak si singa betina. Menyeramkan. Langkahnya terhenti di pintu kecil terbuat dari pagar besi. Good. Sudah dua tahun lebih dia bersekolah di sekolahan ini namun tidak pernah mengetahui soal pintu ini dihalaman gedung belakang sekolah. Bodohnya. Camel melangkahkan kakinya masuk. Tapi baru beberapa langkah, langkahnya terhenti. Nafasnya tercekat. Kakinya tiba-tiba lemas. Jantungnya berdegup begitu kencang. Ia mematung. Karena melihat seorang cowo sedang terduduk memeluk kakinya sendiri. Membenamkan wajahnya dilututnya. Tubuh cowo itu mengigil, didekatnya ada beberapa pelastik kecil yang berisi serbuk berwarna putih dan beberapa pelastik kecil lain yang berisi obat-obatan. Tanpa bertanya sama empunya dia pun tau apa itu. Barang yang dilarang.

"Dia bukan urursan gue!" Gumamnya terus dalam hati. Sambil memejamkan mata dan meremas ujung jaket yang ia kenakan. Dia beranikan diri untuk berjalan melewati cowo itu. Mengabaikannya. Namun setelah beberapa langkah jauh didepan cowo itu, ia berhenti. Camel menoleh. Dan memberanikan dirinya menghampiri cowo itu. Camel melepas jaketnya dan menyampirkannya ditubuh cowo itu, ya memang mungkin aga kekecilan karena tubuh mereka berbeda. Cowo itu menengadahkan kepalanya, mata cokelatnya yang sendu bertemu dengan mata cokelat Camel.

Noval.

Camel kenal cowo itu. Dia Noval. Ya, siapa yang tidak kenal dia. Cowo paling tampan disekolahan ini namun cowo paling bandel pula. Dia make? Pikir Camel. Bukan urusanku, toh kita tidak saling 'kenal' dalam arti lain. Lanjut Camel dalam hati.
Setelah menyampirkan jaketnya ia segera pergi meninggalkan Noval. Ia yakin Noval tidak akan tau bahwa itu jaket miliknya, toh pandangannya masih kabur akibat pengaruh obat-obatan itu. Syukurlah.

=========================

Aku memasuki kelas yang masih sepi. Syukurlah Fira benar. Aku langsung mendaratkan tubuhku duduk disamping Fira. Masih dengan muka pucat pasi. Hey, bagaimana aku tidak pucat bila mendapati seseorang yang sedang memakai barang seperti itu? Tapi untungnya aku bukan cewe alay yang mungkin sudah lari sambil jerit-jerit gak jelas, atau mungkin langsung melaporka ke guru BP? Oh tidak. Itu urusannya dan aku gak berhak ikut capur. Atau yang lebih parah aku langsung pingsan ditempat. Untungnya aku berbeda dari itu semua.

"Mel, lo kenapa? Sakit? Pucet banget. Dateng dateng bengong lagi." Tegur Fira yang membuyarkan lamunanku.

"Gapapa." Ucapku singkat.

"Serius.. kenapa sih?" Tanyanya kekeh. Dasar kepo.

Tak lama guru Matematika memasuki kelas Ipa.1. Kelasku. Wajah anggunnya yang membuat beberapa murid suka akan pelajarannya. Sikapnya pun baik, berbeda dari kebanyakan guru Matematika yang tidak disukai. Aku pun berusaha fokus dengan pelajaran kesukaanku.

=========================

Kantin sangat ramai. Ya, seperti biasanya. Sejak tadi pikirannya cukup terganggu hingga tidak bisa fokus mengikuti pelajaran Matematika. Untuk apa dia memikirkannya? Dan untuk apa dia peduli dengannya? Mereka tidak saling 'kenal' sebelumnya. Dia hanya kebetulan bertemu dengannya hari ini. Hanya sekedar Info. Noval juga anak Ipa, namun dia anak Ipa.3. Dan bukan berarti mereka saling kenal. Anak Ipa.1 terkenal lebih tertutup dan susah bergaul dengan kelas lain, namun bukan berarti mereka ketinggalan semua informasi. Sedangkan Ipa.3? Mereka terkenal dekat dengan anak Ips.2. Gerombolan Noval juga sering terlihat sedang ngumpul ngumpul dengan beberpa cewe anak Ips.2. Ya memang itu kerjaan mereka. Buat onar.

"Woy, bengong lagi!" Fira mengibas ngibaskan tangannya dihadapan wajah Camel.

"Oh ayolah, cukup memikirkannya. Kau tak perlu tertarik dengan cowo seperti dia. Harusnya kau takut. Paham!" Omel Camel dalam hati.

"Mel, gue makan ya bakso lo!" Ancam Fira geram.

Camel mengerjapkan matanya. Membuyarkan lamunannya.

"Gendats lo!" Ledek Camel.

Fira menghembuskan nafas lelah. Menatap Camel serius.

"Jawab deh, lo kenapa?" Tanyanya lebih serius. Camel tidak bisa menghindari Fira jika sudah seperti ini.

"Entah. Gue ngerasa aneh sama diri gue, fir. Kayanya ada sesuatu yang salah. Tapi plis.. jangan paksa gue buat jelasin itu, gue masih belum ngerti." Jawab Camel jujur. Ia mengingatkan karena tau sahabatnya begitu kepo dan sangat ambisius akan suatu hal. Maka Camel akan dipaksa habis-habisan untuk cerita.

"Kay, lupakan. Tapi pasti gue bakal nanya lagi nanti!" Pandangannya teralih ke mangkuk baksonya. Lalu melahap satu sendok baksonya rakus. Dasar. "Mel?" Pangilnya.

"Hm"

"Gue..." ucapnya menggantung.

"Abisin dulu, baru ngomong!" Omel Camel. "Pulang sekolah kerumah lo, jadi gak perlu cerita disini. Kay" lanjutnya malas.

"Kay!!" Seru Fira semangat.

=========================

Thanks ;)
Vote and Commentnya ya.. :)

'Cause Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang