Sudah mau Jam 07.00 tapi Noval belum juga terlihat dihalaman rumah Camel. Kemana dia? Camel sudah rapih dengan kaos yang ujung lengannya dilipat, celana jeans yang dibagian lututnya robek-robek dan sepatu converse putihnya.
Tak perlu memakai Dress toh nanti dia memakai gaun. Pikirnya.
Entah sudah berapa kali dia mondar mandir dihalaman rumahnya menunggu kedatangan Noval hingga satu notif nyangkut di ponselnya. Tertera nama Arlos Angkasa disitu.
Gue jemput ya, juliet?
Dia meletakkan ponselnya didagu, kembali mondar mandir dihalaman untuk berfikir. Mengiyakan tawaran Arlos atau tidak. Kalo iya takutnya Noval datang tapi kalau tidak takutnya Noval tidak datang.
Argghh~ Camel mengusap wajahnya kasar. lalu menghembuskan nafas gusarnya. Ini membuatnya cukup frustasi. Ditambah lagi ke dua cowo yang biasa ada dirumahnya harus pergi ke acara ulang tahun paman mereka.
Tunggu 5 menit setelah jam 7, nanti gue kabarin los.
Setelah mengetikkan balasan itu Camel kembali melihat Arloji yang melingkari tangan mulusnya.
Tepat. Sudah lewat lima menit dan Noval tidak juga muncul dihalaman rumahnya. Itu membuatnya kesal.
Jemput sekarang!
Camel menunggu beberapa menit setelah mengetikkan pesan itu ke Arlos. Setelahnya ia muncul dengan mobilnya didepan gerbang rumah Camel.
Camel segera melangkah menghampiri mobil Arlos. Mereka harus bergegas, karena Pertunjukannya akan dimulai pukul sembilan malam, dan sekarang sudah setengah delapan. Oh sial.
"Kenapa sih? Bete banget mukanya?" Tanya Arlos saat mengemudi. Pandangannya bergantian melihat kearah gadis yang ada disampingnya dan jalanan didepan.
"Diem. Nyetir ajah yang bener biar kita cepet nyampe. Gue lagi kesel nih!" Tegas Camel. Setelahnya Arlos hanya fokus menyetir.
Karena dia tau jika Camel sudah seperti ini. Ditambah lagi dia tidak mau merusak moodnya untuk pertunjukan nanti.
======= CAMEL POV =======
Sampai. Aku segera ke backstage untuk bersiap-siap. Aku yakin Andin akan ngamuk saat aku tiba nanti.
"Astaga, Mel! Gue fikir lo gak dateng, bikin panik ajah sih!" Yup, dia mulai mencak-mencak.
"Stop" aku berusaha mengatur nafasku yang putus-putus akibat berlari. "Selo, mana kostumnya, din?" Tanyaku.
"Yee, sini make up dulu, nyuks!" Andin menyuruhku duduk disamping Imade. Yang sedang duduk dihadapan meja rias dan cermin yang besar.
Seperti meja rias artis.
Aku langsung duduk. Membiarkan wajah dan rambutku ditata sama sang ahlinya. Sedangkan Andin hanya repot dengan urusannya, begitu juga beberapa orang yang ada diruangan ini.
"Hay!" Sapa Imade. Dia sudah rapih dengan kostum dan make up nya.
Aku selesai.
"Mana kostumnya, din?" Tanyaku sedikit agak berteriak, nyatanya tempat ini cukup bising, ramai, dan ribet.
"Tuh dikamar ganti. Cepetan!" Omel Andin.
Aku melenggang kearah kamar ganti, mengganti bajuku dengan kostum ribet itu. Sial.
-------------------------
Aku keluar keribetan dengan kostum ini, berjalan pelan-pelan kearah meja rias tadi. Loh, kemana imade? Sosoknya sudah lenyap saja. Aku duduk ditempat tadi, namun mataku menatap sesuatu yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Cause Of You
Teen FictionSenja. Hangat. Indah. dan Siapa pun tenang Karnanya. namun dibalik Senja ada Gelap yg tertutupi oleh kehangatannya. sama seperti kamu. Noval.