BAB 6 - Secret Admirer (2)

411 29 1
                                    

"Thanks juga buat jaket lo" Balasnya yang membuat mataku membulat.

"Lo sadar?" Tanyaku.

"Walaupun gak sadar sepenuhnya. Tapi diri lo lumayan terlihat jelas sama gue" Ia manampakkan senyum miringnya. Oh. "Thanks ya, Mel. Buat yang waktu itu, sama lo udah tutup mulut"

"Sama-sama. Lagi pula bukan urusan gue juga, 'kan?" Aku membalas senyumnya.

Apakah Bang Dante Masih lama? Aku tidak bisa berlama-lama didekatnya. Aku bisa bisa kena serangan jantung.

"Gue anter" Ucapannya berhasil membuatku menoleh. "Udah mau ujan" Lanjutnya menatap langit seakan menjawab tanyaku.

Aku diam tak bergeming. Masih belum bisa mencerna kata-katanya. Tak lama tangannya memegang tanganku dan menariknya lembut membawaku keparkiran. Menuju motor ninja nya. What the hell?

-------------------------------

"Naik!" Ucapa Noval, sudah naik diatas motornya. Yang membuat Camel tersadar. Mulai dari ucapan Noval mengajaknya pulang, memegang tangannya dan sampai saat ini ia masih membuatnya diam. Tak bergeming.

"Oh, Iya." Jawab Camel kikuk. Ia naik keatas motor ninja milik Noval.

Noval pun melajukan motornya membelah jalan. Mereka tak sadar, kepergian mereka diiringi tatapan tajam dari seseorang yang masih berada disekolah.

=========================

Motor ninja Noval berhenti tepat dihalaman rumah Camel. Disamping mobil Papahnya.

"Thanks" Ucap Camel dengan senyum manis dibibirnya.

"Gue balik!" Pamitnya yang mengeluarkan motornya dari wilayah rumah Camel. Dan melaju membelah jalan.

Camel melangkah masuk. Tak lama langkahnya terhenti ketika membuka pintu depan dan mendapati 3 laki-laki yang ia cintai berdiri, menyilangkan tangannya di dada mereka. Mereka berdiri membentuk tangga. Lucunya. Ditambah lagi muka mereka yang sama. Datar semua.

"Hay.. aku pulang!" Serunya berjalan menghampiri Papahnya.

Cup.

Ia mencium pipi Papahnya.

Cup.

Lalu beralih ke pipi Dante. Abangnya.

Cup.

Ciuman terakhir yang Camel daratkan dipipi adik bontotnya. Genta. Yang tak lama dihapus cepat oleh genta.

"Gaya-gayaan sih lo, ngikutin Abang sama Papah!" Camel mengacak-acak rambut Genta.

"Sialan lo!" Dengusnya, kesal.

"Oh ayolah, Pah, Bang. Jangan tatap aku kaya gitu!" Camel merajuk. Memajukan bibir imutnya.

"Mampus lo!" Sukur Genta. Yang dapat pelototan dari Camel.

"Siapa tadi?" Tanya Bryan dingin. Papahnya Camel.

"Just my friend. Kay!" Jawabnya meyakinkan.

"Gue udah kesekolah lo tadi, tali sepi. Berhubung mau ujan jadi gue langsung cabut, ternyata lo balik sama temen lo!" Omel Dante. Oh, camon. Inikan juga salahnya yang lama menjemputku. Pikir Camel.

"Yang lama bales LINE siapa? Yang jemput nya lama siapa? Sampe ade lo lumutan!" Camel menyilangkan tangannya didadanya dan cemeberut. Tanda ia ngambek.

HENING. Mereka hanya saling tatap.

"Aku cape. Mau keatas. Terserah kalo Papah mau marah, bukan salah aku. Salah Bang Dante yang telat jemput!" Ucap Camel singkat. Lalu melenggang pergi keatas. Kamarnya.

'Cause Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang