4

257 7 0
                                    

Kita saling bertukar pandang sebagai tanda kesepakatan, kemudian kita bersama-sama meniup lilin-lilin cantik itu. Aku kira mama,kakak,dan adik lupa akan hal ini, tapi ternyata mereka yang lebih mengingatnya ketimbang diriku sendiri. Bahkan aku lupa kalo sekarang adalah hari ulang tahunku

Pa... lihatlah, putrimu sudah remaja. Tapi sayangnya papa harus pergi begitu awal, padahal Kei yakin, bahwa papa ingin melihat Kei menjadi seseorang yang sukses dan bisa berguna untuk setiap orang.

Gumamku dalam hati.

"Makasih ya mam, kakak sama ade udah inget, bahkan Kei sendiri lupa kalo Kei ulang tahun" aku menatap wajah mereka satu persatu

Mama tersenyum "Mama pasti inget, dan gak bakal pernah lupa" mama mengecup keningku.

Aku tersenyum bahagia, hari ini akan menjadi salah satu hari paling bersejarah dalam hidupku. Oh ya, ini adalah ulang tahun pertama tanpa kehadiran seorang papa.

"Kei..." dari arah belakang sahabat-sahabatku menghampiriku

Aku menoleh ke arah mereka "Noella,Chika,Sindy? Kalian kok bisa malem-malem ada disini" tanyaku heran.

"Kita dari sore juga udah ngerjain kamu tau sama keluarga kamu"

Balas Sindy.

Aku menggelengkan kepala "Jadi kalian kerja sama?"

Semuanya hanya tertawa, kebahagiaan jelas terlihat di setiap ujung mata mereka. Semua wajah-wajah ini terlihat sangat bahagia. Semuanya tertawa lepas, kehangat sangat terasa ditengah malam yang sunyi ini.

Nyaman dengan semua ini

Kedekatanku dengan Rangga akhir-akhir ini membuatku nyaman. Rangga selalu mengingatkanku tentang PR, pelajaran yang akan dibahas besok, juga sering memberitahuku tentang kegiatannya setiap hari. Hal ini membuatku merasa sangat nyaman dekatnya. Kami sering BBM-an dan SMS-an hingga larut malam. Tapi hal ini sama sekali tidak menggangguku dalam belajar, justru hal ini membuatku merasa semangat untuk belajar.

"Kei, belum tidur?" tanya kak Rasya yang sekarang satu kamar denganku

Aku menoleh ke arahnya "Santai aja Kak," sambil terus memainkan ponselku

"Nanti kamu bisa kesiangan," kak Rasya merebut ponselku

Aku hanya cemberut, wajahku kutekuk sehingga terlihat kusut

Kak Rasya tertawa kecil begitu melihat layar ponselku, "Jadi adik aku lagi BBM-an sama Rangga?"

"Ih apaan sih, sini coba handphone-nya!" wajahku memerah, aku berusaha meraih ponsel ditangan kak Rasya.

"Eitss...," kak Rasya menggenggam ponselku erat, "Kakak pengen baca dulu percakapannya, baru setelah Kakak anggap aman, Kakak kasihin deh" lanjut Kakakku.

"Kakak!" aku hanya merengek

Kak Rasya hanya tertawa kecil dan melanjutkan lagi membaca percakapan singkatku dengan Rangga di BBM.

Wajahku semakin memerah, ini rasanya seperti terjun bebas dari sebuah pegunungan tinggi yang dibawahnya terdapat lautan luas dengan kedalaman yang sangat dalam tanpa memakai satupun alat pengaman.

Malu, lucu, sedih, tegang, semuanya bercampur aduk di dalam hatiku. udah kayak es campur aja nih hati. Semuanya lengkap sudah, ingin rasanya aku merebut handphone-ku itu, tapi nanti dikira ada yang macem-macem lagi di dalam percakapannya. Batinku

Aku hanya bisa menghela nafas setiap kak Rasya tertawa akibat membaca percakapanku dengan Rangga. Emang ada yang lucu? Menurutku sih, enggak!

***

Berawal Dari Hanya KagumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang