2

406 9 0
                                    

Setelah papa pergi

Ayam sudah berkokok di luar sana, sinar matahari pun sudah menyelusup memasuki kamar, melalui sedikit cela pada tirai. Aku segera bergegas menuju kamar mandi. Aku tak ingin telat pergi ke sekolah.

Kok nutup? Siapa lagi yang lagi mandi! Heuuh! Geramku dalam hati.

Toktoktok..

Aku mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi

"Sebentar..." teriak seseorang dari dalam, itu pasti kak Rasya.

"Kak Acha...cepetan...!" aku berteriak.

Mama yang sedang menyiapkan sarapan pun menghampiriku "Kei, jangan teriak-teriak yah. Inget, anak perempuan harus lemah lembut".

Aku menghela nafas "Mam, kak Acha suruh keluar kek! Nanti bisa- bisa Kei kesiangan" celotehku kesal.

"Sebentar lagi juga kakak kamu keluar kok," mama tersenyum dan berlalu begitu saja.

"Masih lama gak?" lagi-lagi aku berteriak.

Pintu kamar mandi kemudian terbuka, dan keluarlah kak Rasya dengan kimononya dan rambut yang terbalut handuk. Raut wajahnya sangat kusut.

"Tuh udah! Makanya jadi orang yang sabar dikit kek. Untung kakak orangnya baik!" kak Rasya berlalu

Dasar kak Rasya! Hobinya bikin orang nunggu aja!" celotehku sambil memasuki kamar mandi.

Selesai mandi, aku segera mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah, aku memakai sepatu hitam berplat putih dengan hiasan warna biru di sisinya. Sepatu cantik ini adalah hadiah ulang tahunku tahun lalu dari papa yang baru pas di kakiku sekarang. Aku kemudian membereskan buku pelajaran yang akan kubawa hari ini.

"Keisya... sarapan dulu dik!" teriak kak Fadly dari ruang makan.

Aku bergegas menuju ruang makan dan duduk di samping kak Rasya. Hari ini sangat berbeda dari hari biasanya, dulu ketika sarapan biasanya papa duduk di sebelahku, tepatnya di tempat yang sekarang kak Rasya tempati. Tapi sekarang, hanya bayang-bayang papa yang tersisa di ruangan ini.

"Kei, berangkatnya bareng kak Fadly sama kak Rasya ya", mama memandang ke arahku, karena biasanya aku berangkat sekolah selalu di antar papa atau mama.

"Iya Mam", aku mencium punggung tangan mama di ikuti kedua kakakku.

"Hati-hati ya anak-anak mama", mama melambaikan tangan pada kami.

Kami juga melambaikan tangan pada mama, dan bergegas memasuki mobil. Aku berharap semoga hari ini menyenangkan.

***

Hari sudah semakin sore, langit sudah menggoreskan warna jingganya. Tapi aku masih tetap berdiri di gerbang sekolah menunggu mama menjemputku. Embusan angin sore sangat terasa menusuk ke dalam tubuh

"Duh... dingin", kataku sambil memeluk tubuhku sendiri dengan kedua tangan ini.

Tingning..

Suara ponselku menandakan ada pesan masuk.

Kei, mama lagi di luar kota ngurus butik, jadi kamu pulang pake bus aja ya. Lagian mau nyuruh kakak-kakakmu tapi mereka juga ikut, maaf ya sayang.

Isi pesan tersebut membuatku merasa sedih. Lagi pula sudah hampir maghrib begini, mana ada bus umum. Tapi, mau tidak mau aku harus naik bus, aku harus segera menuju halte, setidaknya masih ada bus terakhir yang masih beroperasi

"Haltenya penuh? Duh, gak asik banget sih! ", gumamku dalam hati sambil membayangkan suasana pengap dalam bus nanti, terlebih pasti bus yang datang tak punya lagi tempat duduk yang tersisa, mengingat banyak karyawan kantor yang menggunakan jasa bus.

Berawal Dari Hanya KagumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang