7

160 4 0
                                    

"Lepasin sih!" Noella terlihat tak nyaman dengan apa yang aku lakukan

Suara air mengalir itu perlahan berubah menjadi suara air ketika orang sedang mandi. Bulu kudukku berdiri. Apalagi bumi perkemahan ini terkenal cukup angker,

Sedikit demi sedikit Noella mulai mendekatiku, "Kei... denger "kan?"

Noella tertawa kecil, tapi raut mukanya tetap kusut, bahkan lebih kusut dari tadi

Aku dan Noella saling bertatapan, tangan kami perlahan saling menggenggam. Kira-kira apa yang ada di dalam kamar mandi itu? Kenapa sangat aneh? Pikirku berulang kali,

"Ke tenda lagi yuk!" Noella menarik tanganku, wajahnya terlihat begitu pucat.

Aku kemudian duduk di kursi yang disediakan di depan kamar mandi, tanpa menghiraukan Noella sedikitpun.

Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka, dengan refleksnya, Noella langsung menggenggam tanganku dengan sangat erat. Sadar tak ada sosok yang keluar dari kamar mandi, aku segera menuju ke arah pintu kamar mandi tersebut. Langkahku terhenti begitu melihat telapak kaki tiba-tiba melangkah dari dalam kamar mandi.

"Aaa..." teriak ku spontan.

Setelah menyadari yang dihadapanku adalah Ibu Arinta, guru kesenian kita, aku segera menutup mulutku, "Eh ibu," wajahku memerah.

Ternyata Bu Arinta memakai sandal ke kamar mandi, jadi kita mengira yang tidak-tidak. Pikiranku sudah jauh, membayangkan sosok yang akan keluar dari dalam kamar mandi.

"Maaf ya, tadi ibu sengaja bawa sandal kedalam, abis masih dingin sih. Jadi ibu gak sanggup nginjak lantai tanpa alas kaki," Ibu Arinta tersenyum dan berlalu.

Kini aku dan Noella merasa tenang, hal yang kita pikirkan ternyata hanya sebuah ilusi belaka. Aku tak bisa menyembunyikan rasa tegangku tadi, tapi syukurlah itu hanya sebuah imajinasi yang diputar oleh otakku pagi ini.

***

Hari yang cukup lelah kini berakhir, kita merebahkan tubuh kita untuk beristirahat. Sebentar lagi acara perlombaan-perlombaan akan dimulai.

Aku mengecek ponselku,

"Jangan lupa Sholat sama jaga kesehatan, ya. Oh ya, maaf Mama gak bisa jenguk" isi pesan dari Mama,

"Iya Mam, gapapa kok" aku mengirim balasan pesan singkat kepada mama

Aku santai lagi dengan ponselku sambil terus memutar lagu kesukaanku,

"Hey... mau pada ikut lomba yang cerdas cermat gak?" teriak

Rosselly, ketua regu kita. Tepatnya regu Anggrek 2

Suasana dalam tenda tetap riuh, ada yang sedang mendengarkan lagu, ada yang sedang berkomunikasi lewat ponsel dengan keluarga mereka, bahkan ada yang sampe ketiduran,

"Mau engga?" tegas Rosselly sekali lagi

Suasana tetap seperti tadi, seakan tak ada satupun yang mendengarkan Rosselly. Maklum kita memang sedikit susah diatur, tapi itu bukan berarti kita tidak disiplin.

"Denger engga sih?" Rosselly dengan nada lirih, "Ini udah mau ditutup pendaftarannya, ayo dong!"

Aku memasukan ponselku kedalam ransel dan menghampiri Rosselly yang sedang duduk dengan tatapan kosongnya. Mungkin ia merasa tidak diperdulikan, mungkin ia merasa tidak ada yang mendengarkannya, padahal kita sendiri yang memilihnya menjadi ketua regu.

"Aku mau!" sahutku antusias, "Sama Noella, sama Gita ya!" tambahku,

Rosselly memutar bola matanya kearahku, "Tapi mereka pada mau engga?" tanyanya lirih

Berawal Dari Hanya KagumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang