"Kei mau nyerah aja! Kei, takut." aku menelan ludah dan membalikkan badanku,
"Katanya kalo ada setannya ditimpuk, lah ini malah nyerah duluan!" hardik Sindy padaku dengan muka polosnya,
Aku menghela nafas berat, "Medannya curam Sin!"
Sindy berfikir sejenak, "Iya juga ya,"
Tiba-tiba suara jeritan kembali terdengar ditelingaku, tanpa fikir panjang aku segera berlari menuruni jalan aspal ditengah-tengah hutan yang dihuni banyak pohon besar ini, aku menuju kembali ke lokasi start. Rasa takutku ini mampu mengalahkan rasa penasaranku ini,
Aku menjerit dan tanpa disadari aku sudah hampir sampai di dekat posko, tempat kami start tadi, "Eh, tapi yang lain mana?" aku menoleh kebelakang dan meghela nafas, melihat teman-temanku yang masih berada diatas dan mencoba berlari untuk segera sampai di tempat aku berdiri ini,
Satu persatu teman-temanku sampai di tempat aku berdiri ini, "Tadi kamu lari? Gila cepet banget!" kata Noella santai,
"Iya Kei, lucu tahu!" timbal Meysara.
Aku kembali menghela nafas, dan mencerna setiap kata yang diucapkan teman-temanku. Wajahku mulai memerah, aku kini menyadari hal konyol yang baru saja aku lakukan. Aku menupuk jidatku dan menggelengkan kepala, sementara teman-temanku tertawa lepas, menertawakan hal konyol yang baru saja terjadi
***
Matahari sudah tak malu-malu lagi menampakan dirinya. Kami segera bergegas menuju lapangan untuk melakukan upacara penutupan,
Setelah upacara penutupan selesai, kami segera merapikan barang- barang kedalam ransel dan membongkar tenda. Sungguh luar biasa pengalaman bakti perkemahan kali ini. Mulai dari rasa panas setiap siang hari jika di dalam tenda, antrian panjang setiap mandi pagi dan sore, mengalami hal-hal aneh dan konyol yang terjadi tanpa kita sadari
Perkemahan kali ini sangat berkesan, kita berhasil mengendalikan diri kita untuk tetap solid dan kompak, walaupun banyak kejadian- kejadian yang membuat kita saling menyalahkan satu sama lain.
Disini kami belajar mandiri, disiplin, dan yang pasti menjaga keharmonisan dalam regu. Sekarang kami tahu rasanya melewati senang dan sedih bersama-sama.
Banyak hal yang takkan aku lupakan dari pengalamanku ini, semua hal indah ini akan tetap ku ingat dalam memoriku. Disini kita merasakan hidup yang sesungguhnya.
"Kei ...!"
Aku menoleh kearah suara tersebut, "Iya, Ga?" aku terdiam kaku melihat sosok Rangga yang berdiri di depanku.
Rangga mengeluarkan kertas dari dalam sakunya, "Kamu regu apa? Ini aku disuruh buat ngedata regu-regu yang udah siap on the way sekolah. Kamu udah beres semua "kan?"
Lidahku seakan kelu untuk menjawab setiap pertanyaan yang keluar dari mulut Rangga, "U..udah kelar kok! Jangan lupa ceklis ya, aku regu Anggrek 2."
"Sip, okey!" Rangga mengeluarkan pulpen dari sakunya dan menceklis nama regu kami, ia kemudian tersenyum dan berlalu tanpa pamit padaku,
Senyum tipis terukir di wajahku mengiringi berlalunya Rangga. Sulit aku jelaskan, perasaan ini semakin bertambah jika aku berada di dekatnya, jantungku berdetak semakin kencang, dadaku menjadi sesak, setiap Rangga memanggil namaku. Padahal disini banyak teman-teman yang lain, bahkan ada Rosselly sang Pinru (pemimpin regu), tapi kenapa Rangga hanya bertanya padaku? Ah sudahlah, mungkin ini hanya perasaanku saja.
Harus terbiasa
Semua pelajaran hari ini telah selesai, aku segera memakai tasku dan berjalan menuju pintu gerbang sekolah,
KAMU SEDANG MEMBACA
Berawal Dari Hanya Kagum
RandomAwalnya Keisya hanya berteman biasa dengan Rangga