3

273 6 0
                                    

Terima kasih semuanya

Auuuuuung...

Suara itu terdengar dari kebun halaman belakang rumah, aku yang sedang tertidur pulas pun terbangun. Bulu kudukku terasa berdiri, belum lagi hembusan angin kencang yang menggoyahkan tirai kamar. Inilah hal yang paling aku takutkan ketika terbangun tengah malam.

"Kok serem ya...", gumamku sambil memeluk boneka Rilakkuma kesayanganku.

Auuuuuung...

Suara itu kembali terdengar. Suasana malam yang sunyi menambah keteganganku sekarang. Udara dinginpun terasa semakin menusuk ke dalam tubuhku. Aku menarik selimut dan memejamkan mataku. Namun, mataku sepertinya tak mau dipejamkan.

Tahajjud aja kali ya, biar gak serem kayak gini!

Kemudian aku beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi.

Kok lampunya dimatiin sih? Padahal biasanya nyala aja

Aku menekan tombol on pada stop kontak yang berada di ruang makan ini. Karena aku tidak terbiasa tanpa cahaya. Kemudian aku melanjutkan berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Setelah selesai wudhu aku segera menutup keran air dan meraih handuk di kapstok yang di tempel di dinding kamar mandi. Aku melangkahkan kakiku keluar dari kamar mandi.

Seger juga ya...

Aku yang masih belum beranjak jauh dari kamar mandi menghentikan langkahku, aku mendengar suara air keran mengalir. Padahal, aku merasa sudah mematikannya. Tapi aku tak menghiraukannya, mungkin itu hanya ilusiku karena merasa ketakutan. Aku segera menuju Mushola mini di samping ruang makan untuk shalat tahajjud.

Seusai shalat aku segera kembali ke kamar dan mengunci pintu. Aku kembali berbaring di tempat tidur dan memejamkan mataku.

Jeplak...

Aku membuka mataku, tiba-tiba semuanya menjadi gelap gulita. Kini suasana semakin sunyi, angin malam kembali menggoyahkan tirai kamarku, hingga menusuk jauh ke dalam tubuhku. Bulu kudukku kembali berdiri, keringat dingin mulai terasa mengucur

"Mungkin ini hanya mati lampu biasa!", pikirku, kemudian aku melanjutkan lagi tidur dan tak menghiraukan semua yang sedang terjadi.

***

Suasana di rumah pagi ini sangat sepi. Apa belum pada bangun ya? pikirku sambil membereskan buku pelajaran hari ini. Selesai membereskan buku pelajaran, aku segera bergegas menuju kamar mama untuk berpamitan sebelum pergi sekolah.

"Mamaaa..." teriakku.

Mataku terbelengkak begitu mendapati kamar mama kosong.

Kemana mama? Kemana juga Alisya? Kok pagi-pagi kamar sudah kosong? Pertanyaan-pertanyaan ini timbul di kepalaku begitu saja.

Aku kemudian bergegas menuju kamar kak Fadly dan kak Rasya.

"Kakak..." aku membuka pintu kamar kak Rasya.

Lho, kosong juga? Aku segera pergi menuju kamar kak Fadly yang terletak disebelah kamar kak Rasya.

"Kak Fadly... Guten morgen!" aku masuk kedalam kamar kak Fadly yang kebetulan terbuka

Kak Fadly juga gak ada? Kemana mereka? Pertanyaa-pertanyaan ini telah menumpuk di pikiranku.

Aku segera membalikan badanku dan melangkahkan kakiku keluar dari kamar kakak sulungku ini..

Preeeng...

Suara itu memecah keheningan pagi ini, aku mencari-cari sumber suara itu

Guci? Kok bisa jatuh sih? Tanyaku dalam hati

Beruntung guci itu tak pecah, hanya sedikit retak saja dibagian atasnya. Aku mengambil guci itu dan segera menaruhnya di tempatnya semula. Mungkin kesenggol kucing! Pikirku

Tapi, disinikan gak ada kucing? Lho kok?

Daripada terus merasa ketakutan, aku segera meninggalkan rumah. Entah kenapa suasana di rumah tiba-tiba menjadi aneh. Mama, kakak- kakakku, juga adikkupun tiba-tiba menghilang, padahal saat makan malam mereka semua ada. Mereka juga tidak berbicara bahwa mereka akan pergi pagi-pagi, karena biasanya mereka akan memberitahuku jika mereka akan meninggalkan rumah pagi-pagi.

***

Akhirnya aku bisa melewati hari ini dengan cukup sempurna, hanya saja ada sedikit masalah yang menggangguku, yaitu keanehan di rumah ini. Entahlah, semuanya terjadi begitu saja.

Aku membuka pintu ruang tamu yang ternyata tidak dikunci

"Assalamu'alaikum!" seruku.

Aku kemudian melempar tasku ke arah kursi, aku segera bergegas menuju kamar mandi dan setelah selesai mandi aku langsung wudhu dan bergegas shalat maghrib. Seusai shalat, aku segera pergi ke ruang makan karena perutku sudah sangat keroncongan, maklum dari pagi belum diisi nasi.

"Asiiik... ada nasi goreng! Santap aja...!", aku kemudian memakan nasi goreng yang sudah tersaji di meja makan. Setelah selesai makan aku baru menyadari, siapa yang membuatkannya untukku? Padahal dari pagi suasana rumah sudah kosong. Bahkan sampai sekarang juga rumah masih sepi. Aku hanya menggelengkan kepala dan segera berjalan kearah kamar untuk belajar, hitung-hitung menunggu waktu Isya

Kring..kring..

Alarm berbunyi, tepat menunjukkan pukul 12 malam.

Jadi aku belum shalat Isya? Aku ketiduran? Aaaaa! Aku memaki diriku sendiri. Kemudian aku tersadar, mengapa alarmku berbunyi tepat pukul 12 malam, padahal aku tidak pernah memasang alarm jika tengah malam. Pikirku sambil memutar-mutar pensil yang masih aku genggam sejak belajar tadi.

Jeplak...

Suara itu mengiringi padamnya lampu kamarku "Mati lampu? Sial banget!" celotehku sambil meraba-raba mencari senter disekitar meja belajarku "Dapat juga kau!", aku segera menekan tombol on dan bergegas keluar untuk mencari bantuan di temani nyala senter ini.

Tiba-tiba pandanganku buyar begitu melihat sosok hitam melintas di depanku. Dinginnya malam menambah kesunyian di rumah ini. Keringat dinginku bercucuran, entah apa yang terjadi. Aku tetap melangkahkan kakiku, tapi langkahku harus terhenti lagi ketika aku mendengar suara tawa cekikikan yang memecah keheningan ini.

"Ya Allah... takut pipis di celana nih!". Keringat dinginku semakin deras bercucuran. Dan sekarang aku tak tahan lagi dengan semua ini, rasa takutku membuatku menjerit keras dan menangis histeris, aku sudah tak kuat menahan rasa takutku yang telah berada pada puncaknya.

Tiba-tiba semua lampu menyala kembali.

"Happy birthday to you... happy birthday.. happy birthday... happy birthday Keisya!" suara itu menghentikkan isak tangisku dan aku menoleh kebelakang.

"Mama..." , aku memeluk mama begitu melihatnya "Ini orang semua kan, asli?" tanyaku.

Kak Fadly tertawa kecil "Iyalah! Ngerjain kamu itu seru ya, tapi susah juga. By the way, selamat ulang tahun adikku!" kak Fadly mencubit hidungku.

Aku tertawa kecil

"Selamat ulang tahun" kak Rasya dan de Alisya kompak.

"Makasih semuanya, tapi ngerjainnya jangan gini dong!" aku dengan nada lirih.

Mama tersenyum "Maaf ya, mama sayang kamu. Tiup lilinnya dong!" mama menyodorkan kue ulang tahun yang diatasnya terdapat lilin kecil yang berwarna-warni.

"Belum ada apinya, mama" timbalku diiringi dengan tawa kedua kakakku dan addikku tercinta.

"Oh iya" mama tertawa kecil dan mengeluarkan korek api untuk menyalakan api pada lilin-lilin mini yang cantik ini "Tiup lilinnya sekarang dong!", mama tersenyum.

Aku menundukkan kepala untuk berdo'a, selesai berdo'a aku kembali menegakkan kepalaku dan tersenyum menatap kue ulang tahun.

"Niupnya barengan ya..."

Berawal Dari Hanya KagumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang