Almira POV
Beberapa minggu terakhir ini aku memang sering terlihat bersama dengan Regan. Sebelumnya juga aku sudah bilang jika aku terjebak dalam kata 'baper'. Padahal aku sudah bilang pada diriku sendiri sejak beberapa bulan yang lalu mungkin sudah hampir satu tahun kalau aku tidak boleh mudah baper oleh seorang cowok. Tapi mungkin kali ini aku kalah lagi dengan setan sehingga aku baper.
Kejadiannya dulu saat aku kelas delapan SMP, aku mengenal seorang kakak kelas. Kami mengobrol lewat aplikasi chat, mungkin disitu mulai baper hingga aku menyukai dia. Dia bilang pada temannya dia tidak ingin memiliki kekasih, hancur sudah harapanku. Tetapi ku dengar satu bulan kemudian dia memiliki kekasih adik kelasku sendiri. Maka dari itu aku bilang tidak boleh baper lagi dan mulai dari situ aku sulit menyukai seorang pria tapi bukan berarti aku jadi menyukai wanita.
Tapi saat Regan membuatku seperti ini, aku sadar berarti aku sudah kembali normal dan rasa traumaku hilang sedikit demi sedikit. Tapi kurasa Regan tidak menyukaiku, dia mungkin menganggapku hanya sebatas sahabat.
"Woy! Bengong mulu," Ucap Hani yang tiba-tiba muncul di sampingku.
Aku meliriknya sekilas lalu membenamkan wajahku di lipatan tangan yang ku simpan di atas meja. Beberapa hari terakhir ini juga Regan tidak terlalu dekat denganku, hanya saja jika berpas-pasan diasenyum dan aku membalasnya. Ada apa?
"Cie galau, jangan galau dong ah bentar lagi juga taken kok," Ucap Hani sambil berbisik di telingaku.
Taken? Taken sama siapa coba? Hani ngaco!
"Diem deh, gue ngantuk!" kataku. Aku mendengar tawa kecil dari Hani.
***
5..4..3..2..1.
KRING!!!!!
YES! Aku buru-buru memasukan alat tulisku ke dalam tas hingga siku ku menghantam pipi Hani. Untung tidak terlalu keras.
"Ih ribet banget sih lo! Biasa aja dong pipi gue jadi korban nih!" protesnya sambil memegangi pipinya yang tidak sengaja ku tonjok dengan siku ku.
Aku menyeringai. "Sempit sih badan lo kegedean."
"Kenapa jadi gue yang salah? Elo yang ribet ga jelas, biasanya juga biasa-biasa aja!" kata Hani.
"Iya iya maaf, gue duluan ya udah di jemput nih. Bye Hani cantik tapi masih cantikan gue!" ucapku sambil memberinya kiss bye.
Aku berlari kecil menuju keluar kelas dan berjalan santai menuju gerbang. Lima menit sebelum bel tadi aku sudah meminta Bunda menjemputku dan kami akan menuju birthday partynya sepupuku, Marsya.
Marsya ini beda satu tahun lebih tua dari ku artinya dia kelas dua belas dan aku kelas sebelas. Rumahnya tidak jauh dari sekolahku.
"Bunda bawa dress nya?" tanyaku. Bunda mengangguk.
"Jemput dulu Bintang ya di tempat kursus," ucap Bunda. Aku mengangguk lalu sedetik kemudian Bunda melajukan mobilnya dengan santai.
Tak lama kami sampai di depan tempat kursus yang dulu juga pernah menjadi tempat kursusku. Banyak anak kecil memakai seragam putih merah dan jajanan khas sekolah SD.
Aku melihat seorang anak kecil yang menghampiri mobil ini dan masuk melalui pintu di jok penumpang di belakang. Bintang memberi salam padaku dan Bunda.
"Jadi ga ke rumah nya Kak Marsya?" tanya Bintang.
"Jadi," ucap Bunda. Bunda masuk ke dalam daftar orang-orang ter-SPJ dikeluargaku --Keluarga Besar--.
Kami sampai di depan rumah Kak Marsya. Sudah banyak mobil dan motor di depan rumah ini. Aku mengambil paper bag yang berisi dress yang akan ku pakai dan segera keluar dari mobil.
Aku melangkah menuju pintu belakang rumah.
"Eh Neng." Aku menoleh ke sumber suara lalu tersenyum pada Bi Mar, asisten rumah tangga di rumah ini.
"Bi aku ganti baju dimana?" tanyaku.
Bi Mar terlihat berpikir. "Di kamar Bibi mau ga, Neng? Di kamarnya Neng Marsya banyak temen-temennya, kalau di kamar mandi takutnya bagian bawah dressnya basah."
Aku mengangguk lalu diantar menuju kamarnya.
"Ini Neng," katanya setelah sampai di depan kamar Bi Mar.
Aku masuk ke dalam kamarnya. Kamar ini sangat rapi dan bersih beda denganku yang terbilang acak-acakan tapi bersih. Aku buru-buru mengganti pakaianku dengan dress polos berwarna baby blue. Lalu melipat seragam yang ku kapai tadi dan memasukan nya ke dalam paper bag.
Aku keluar kamar lalu menuju kamar mandi untuk mencuci wajahku dan kembali ke mobil untuk mengambil flatshoesku dan memakai bedak serta make up natural lainnya.
***
Aku duduk di kursi meja belajarku lalu mengambil handphone. Beberapa notif masuk setelah kunyalakan sinyal nya. Yang menarik perhatianku adalah pesan dari Regan.
Regan : Mir
Aku menyeringai membacanya.
Almira S : Apa?
1 menit.
2 menit.
3 menit.
4 menit.
5 menit.
Tidak ada jawaban jadi kuputuskan untuk membalas chat orang lain terlebih dahulu. Aku mengerutkan keningku bingung. Hampir dari setengah populasi di kelas ku mengirim pesan yang isinya sama yaitu 'Mir'. Dengan sabar aku menjawab satu persatu dengan jawaban yang sama yaitu 'Apa?'.
Satu, dua, tiga, hingga lima orang membalas pesanku dengan isi yang sama juga. Ada apa dengan mereka? Mereka membalas dengan isi 'cuma mastiin aja line lo on'.
Regan juga membalas dengan isi yang sama. Ada apa sih?
Aku mencari-cari kontak Hani, setelah di dapat aku menelponnya lewat LINE biar gratis.
"Halo?"
"Hani! Lo tau ga? Setengah dari populasi anak kelas pada ngechat gue dengan isi yang sama, Regan juga kayak gitu!"
"Tapi gue ngga tuh, ga penting banget gue ngechat lo kayak gitu!"
"Bangke! Gue kan bilang cuma setengahnya doang, gue juga ga sudi bales chat dari lo! Lo tau ga sih kenapa?"
"Ya mana gue tau, mereka emang lagi pengen ngechat lo aja kali terus kebetulan isinya sama ga usah nethink lah."
"Yaelah gue kira lo tau... Eh Han gue kayaknya gue ga bener suka sama Regan deh. Gara-gara Regan ngejauhin gue beberapa hari terakhir ini rasa baper gue ilang."
"Hah? Eh jangan ilang dong rasa bapernya!"
"Emang kenapa? Toh udah keburu ilang, lo telat ngomongnya."
"Yahhhhh"
Hani kenapa sih? Kayak ada yang ditutup-tutupi.
"Yaudah ya, gue mau tidur. Bye!"
Aku memutuskan sambungan teleponnya dan berfikir sejenak.
Ada apa dengan anak-anak di kelas?
Ada apa dengan Regan?
Apa ada yang Hani tutupi dariku?
Kenapa semuanya terasa aneh?
Kenapa semenjak aku naik kelas sebelas beban fikiranku bertambah?
Dan dari situ aku baru sadar bahwa semua nya berubah. Tidak akan sama seperti dulu. Hidupku berubah.
••• to be continued •••
KAMU SEDANG MEMBACA
Baper
Short StoryGue Almira Salsabila, Waktu kelas 10 hidup gue aman, tentram, dan damai. Tapi semenjak gue naik kelas 11 semuanya berubah. Gue cuma mau ngasih tau, kalo hidup itu jangan ke bawa baper terus kayak gue ntar nasib nya sama kayak gue baru tau rasa. High...