#11

91.7K 2.9K 197
                                    

Almira POV

Aku menatap pemandangan di depanku. Keluargaku dan keluarga Adnan kembali reuni seperti dulu. Hari ini hari Minggu dan Bundaku sebelumnya memang merencanakan reuni dengan keluarga Adnan di halaman belakang rumah Adnan. Tidak jauh dari barbeque-an.

"Mira! Woy! Sini lo bantuin gue, enak banget nyantei disitu!"

Aku menghela nafas, lalu segera menghampiri Adnan yang sedang membakar-bakar jagung beserta daging.

"Lu kenapa sih diem mulu? Biasanya cerewet dan paling ribet."

Aku lagi mikirin gimana caranya biar Regan melupakanku. Aku sudah menemukan cara terbaik tapi aku tidak yakin karena caraku itu harus mengorbankan sesuatu. Tidak. Kalian jangan berpikiran aku akan mengorbankan seorang gadis untuk menggoda Regan. Aku tidak sejahat itu.

"Tuh kan bengong lagi, lo kenapa deh? Cerita aja, gue mau dengerin kok."

Aku menggeleng. "Gue gapapa kok, ga ada yang perlu di ceritain."

"Lo yakin?"

Aku mengangguk. "Udah deh lanjutin aja bakar-bakarnya ntar gosong di marahin baru tau rasa."

Adnan tidak menjawab. Aku frustasi.

"Bawain ini ke meja Mir," ucap Adnan sambil menyodorkan piring yang sudah berisi jagung bakar yang sudah jadi. Aku mengambil piring itu lalu melangkah menuju meja dengan hati-hati agar jagung-jagung itu tidak jatuh.

"Mau dong kak!"

Aku menjauhkan piring itu dari jangkauan Bintang. Sekali mencicipi bakal abis kalo sama Bintang.

"Belum waktunya makan, mending kamu bantuin Kak Adnan atau main kek kemana gitu."

Bintang mendesah kesal. "Satu aja Kak please, Laper tau..."

"Ngga Bin, kamu bilang nya minta satu tapi liat aja akhirnya pasti abis semua. Kamu kebiasaan tau," Kataku.
"Kenapa? Kamu mau?"

Aku menoleh ke belakang. Bintang mengangguk semangat.

"Ya udah kasih satu aja Mir," ucap Adnan.

"Eh nggak nggam! Bintang kalo minta satu ntar keterusan sampe abis, terus kalo udah minta satu terus minta dan ga di kasih dia suka nangis kejer. Nggak ah ntar dia gitu terus sampe gede. Ga suka gue."

"Kasih aja Mira." Adnan berucap sabar. Berbeda denganku yang kelewat sebel.

"Ngga!" Nyolot emang.

"Kasih, sayang."

Aku tertegun. Apakah kalian dengar apa yang Adnan bilang? Oh sepertinya tidak karena kalian bukan mendengarnya tapi membacanya karena aku ada dalam cerita. Baiklah kita ganti pertanyaannya. Apakah kalian membaca apa yang Adnan bilang?

Dia menyebutkan kata sayang dengan penekanan. Aku mohon kali ini jangan baper, tapi sayang sepertinya sudah terlanjur karena sebelumnya aku memang sudah merasa aneh ketika berdekatan dengan Adnan. Jangan salahkan sikap baperku, salahkan Adnan yang perhatian padaku setiap chat.

Aku sudah terdiam terlalu lama, mari kembali pada dunia nyata.

"E-eh?"

Adnan tertawa kecil. "Kasih Bintang satu, Mir."

Aku mengangguk lalu memberinya satu. Bintang bersorak senang lalu lari ke dalam. Aku duduk di kursi begitupun dengan Adnan.

Jantungku!

"Lo kenapa?"

Aku menggeleng cepat. "E-engga."

***

BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang