Seseorang mengetuk pintu kamarku. Buru-buru aku bangkit dari ranjang tempatku menangis beberapa menit yang lalu. Sebelum benar-benar membuka pintu aku mengelap kedua mataku lalu mengambil nafas dan menghembuskannya perlahan. Aku menekan knop pintu lalu menarik pintunya.
Seorang wanita yang menggunakan dress berwarna biru pastel tersenyum ke arahku.
"Hai Mira," sapanya.
Aku ikut tersenyum melihat wajah ceria nya. "Halo Tante, baru pulang?" tanyaku.
Tante mengangguk. "Kamu udah di sini dari kapan, Say?"
"Tadi pas pulang sekolah langsung kesini aja, kira-kira jam setengah dua."
"Udah makan belum?" tanya Tante.
Aku menggeleng. Gimana mau makan orang dari tadi ngegalau di kamar.
"Yaudah yuk makan dulu, Tante tadi beli makan di luar soalnya ga keburu masak."
Aku mengangguk lalu keluar kamar dan mengikuti Tante menuju ke ruang makan.
Tante Alya menarik kursi lalu mempersilahkanku duduk. Aku duduk sambil mengucapkan terima kasih. Tante Alya memberikanku keresek putih yang di dalamnya berisi sterofoam nasi. Tapi isinya bukan nasi yaitu mie goreng.
"Mau pake nasi ga? Kalau nasi Tante buat kok."
Aku menggeleng. Aku paling anti jika makan mie tapi sama nasi. Aneh.
"Bentar ya Tante panggilin dulu Gerin, kita makan bareng-bareng," katanya.
Tante Alya ini hebat. Suaminya sudah meninggal tapi dia masih tetap tegar dan kuat seakan-akan keluarganya lengkap. Tante Alya hanya tinggal berdua di rumah dengan Gerin. Mungkin ini penyebab Gerin menjadi seorang bad boy. Tapi aku yakin dari sisi lainnya Gerin pasti sangat baik hati dan penyayang.
"Woy! Bengong mulu!"
Aku mendelik kesal ketika Gerin menggebrak meja makan. Terkadang dia menyebalkan tapi kadang dia juga perhatian dan sangat baik. Manusia aneh. Untung ganteng.
Kami bertiga makan dengan keheningan. Yang pertama habis adalah aku karena aku yang makan duluan.
"Mata lo kok bengkak? Apa cuma gue yang salah liat?"
Mampus! Gerin sadar dengan keadaan mataku. Ini akibat nangis tadi. Ah sial!
"Salah liat kali, mata gue emang gini dari tadi."
Gerin menyipitkan matanya, memperhatikan mataku.
"Heh! Ga usah gitu juga ngeliatinnya, emang kamunya aja yang salah liat kali. Mata Mira baik-baik aja tuh," kata Tante Alya. Thank you Tante! The best banget tanteku ini walaupun anaknya kayak begini.
Tante Alya pamit untuk mandi sementara Aku menuju ruang keluarganya untuk menonton televisi. Aku duduk di karpet berbulu tebal ini lalu menyalakan televisi dan mencari acara yang asik.
Gerin datang dengan setoples keripik di tangannya. Ih dia ga kenyang apa kan baru makan. Dasar cowok! Makan banyak tapi badannya ga gendut-gendut, cewek makan dikit aja kiloannya langsung naik banget. Kadang suka pengen jadi cowok, tapi bersyukur jadi cewek.
"Maaf ya gue suka gangguin lo kalo lo dateng kesini," katanya tiba-tiba. "Gue cuma pengen ngerasain menjadi seorang kakak yang ngejailin adik nya."
Apaku bilang. Luarnya jutek banget tapi dalemnya kayak gini kan. Cute.
"Gapapa, gue udah biasa di jailin sama lo. Anggap aja gue adik kandung lo."
***
Aku masuk ke dalam kelasku dengan wajah yang bisa di bilang kusut. Semalam aku tidak bisa tidur karena memikirkan Adnan yang akan menyatakan cintanya pada gadis lain. Terdengar lebay memang tingkahku tapi jika kalian merasakannya pasti akan sama dengan apa yang kulakukan.
"Sini sini! Gue ada kabar buat lo!" ucap Hani sambil menarik tanganku menuju bangku. Setelah aku duduk baru Hani menghadap ke arahku.
"Tadi gue nanya ke Regan soal perasaan dia ke lo sekarang," ucap Hani.
Berita menarik!
"Gimana?" tanyaku penasaran.
"Gini," katanya lalu berdeham dan siap memperagakan gaya Regan saat berbicara pada Hani tadi.
"'Gue bingung harus gimana Han, setelah gue denger soal cerita Mira yang kesebar kemarin gue malah makin cinta sama dia.' gitu Mir katanya."
Aku terbahak melihat Hani memperagakan gerak, posisi,dan suara Regan.
"Ketawa lu!"
"Rencananya juga udah gagal, gue malah takut lagi Han..."
"Hah? Ga ngerti gue, coba jelasin yang bener dan jelas ke gue."
Aku menghela nafas. "Kemarin Adnan nelfon gue dan dia minta saran karena dia... Dia mau nembak temen sekelasnya."
Hani tidak bereaksi apapun. Wajahnya datar. Aneh ni orang.
"Gue sakit hati banget disitu, gue galau, dan gue rasa gue makin takut dan bakal susah buat suka sama cowok. Gue udah janji kemarin kalo mulai sekarang gue ga akan baperan lagi. Sumpah ya, baper itu menyesatkan!"
"Yah terus gimana dong? Kalo lo malah takut, keadaan percintaan lo akan sulit kedepannya Mir," kata Hani sambil memegang sebelah bahuku.
"Ya mau gimana lagi Han, emang udah takdir kali gue kayak gini. Seseorang trauma itu karena terus menerus disakiti sehingga orang itu sulit dan menjadi trauma akan cinta."
Hani menghela nafas. "Ya lo bener, lo sering cerita tentang masa lalu lo setiap suka sama cowok dan berujung kayak gini terus. Lo udah terlalu banyak disakitin jadi wajar kalau lo trauma."
Aku hanya mengangguk.
"Gue boleh nyeritain rencana lo yang gagal ini ke Regan? Supaya dia ga berfikiran buruk tentang lo," kata Hani.
Aku mengangguk lalu Hani pergi menuju bangku Regan.
Ana yang duduk di depanku langsung menoleh ke belakang.
"Gue nguping loh barusan, lo ga nyadar?" tanya Ana.
"Lo ngapain nguping? Ga sopan banget lu!"
"Gue akan menyebarkan cerita ini ke anak kelas jadi mereka ga akan berpikiran buruk lagi tentang lo. Berterima kasihlah pada gue Mir," kata Ana lalu mulai menyebarkan ceritanya.
Oke ku akui dia memang tukang gosip yang handal.
Hani kembali sambil tersenyum. "Udah Mir, dia maklumin."
Syukurlah. Aku menoleh ke arah Regan dan ternyata dia juga sedang menatapku. Dia tersenyum kecil, aku membalasnya dengan canggung.
Aku harap setelah ini tidak akan ada masalah seperti ini yang kedua kali nya. Dan juga jangan sampai ada korban seperti aku yang terus menerus disakiti hingga berujung trauma.
Trauma yang aku rasakan seperti sulit jatuh cinta pada seorang laki-laki tapi bukan berarti malah menyukai seorang wanita. Suatu saat pasti akan ada rasa ingin dimiliki dan memiliki tapi rasa trauma yang besar itu membuat sebagian orang takut dan berpikir berlebihan ke depannya.
Untuk kalian yang merasakan trauma jatuh cinta semoga kalian bisa melawan rasa trauma itu dan tidak akan disakiti lagi oleh siapapun.
Pesan terakhir jangan mudah baper karena sesungguh nya baper berlebihan pada seorang laki-laki itu menyesatkan.
==END==
Yeay akhir nya selesai juga cerita ini! Gimana? Ancur ya? Emang hahaha. Terima kasih ya udah mau baca cerita inu walaupun isinya cringe dan berlebihan banget. Sampai ketemu di cerita selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Baper
Short StoryGue Almira Salsabila, Waktu kelas 10 hidup gue aman, tentram, dan damai. Tapi semenjak gue naik kelas 11 semuanya berubah. Gue cuma mau ngasih tau, kalo hidup itu jangan ke bawa baper terus kayak gue ntar nasib nya sama kayak gue baru tau rasa. High...