Almira POV
Fix! Udah move on dari Regan. Hampir satu bulan Regan jarang berbicara denganku dan lebih sering berkumpul dengan teman-teman cewekku yang lainnya. Tidak, aku tidak cemburu. Justru itu hal bagus dan sangat mendukung untuk rencanaku yaitu move on.
Aku duduk di kursiku lalu disusul Hani. Aku mengeluarkan botol minum dari tas dan meminum setengah air dari botol itu. Olahraga kali ini sangat melelahkan, tapi menyenangkan. Entah kenapa aku merasa anak-anak kelas di kelas ini cukup aneh untuk hari ini atau aku yang malah aneh? Mereka seperti melihat buronan di kelas ini dan buronannya adalah aku.
"Kenapa sih pada ngeliatin gue gitu banget! Jijik!" pekikku.
Hani menoleh ke arahku. "Kenapa lo?" tanya Hani.
Aku menggeleng lemah lalu menutup wajahku dengan kedua tangan. Seketika aku mendengar kelas menjadi sedikit riuh bahkan aku tidak perduli lalu berubah hening. Aku melepas kedua tanganku dari wajah.
Mataku membulat lebar. Sangat lebar. Regan duduk di hadapanku dan anak-anak di kelas ini melayangkan tatapannya ke arah kami. Jantungku mulai tidak normal, atmosfer seketika barubah drastis.
"Almira," ucap Regan lantang.
Aku meneguk air liur ku satu kali. Duh, kampret!
"Mau ga jadi pacar gue?"
Aku tersentak kaget. Badanku menegang. Sumpah ini bukan rekayasa! Aku kaget! Regan terus menatapku dan seketika aku merasakan udara di ruangan ini habis. Regan terus-terusan menatapku seakan-akan dia tidak memberikan kesempatan untuk aku bernafas dan berpikir.
"Gue jawab nanti ya, gue butuh mikir," ucapku pelan. Regan akhirnya mengangguk lalu pergi dari hadapanku dan saat itu juga udara di sini penuh lagi. Buru-buru aku menghirup oksigen banyak-banyak.
Hani menghampiriku. "Diterima ga?" tanya Hani heboh.
"Gue belum jawab, gue harus mikir dulu Han," kataku.
Hani berdecak. "Terus mau di jawab kapan?" tanya Hani.
Aku mengedikan bahu.
"Gue jawab apa ya han? Gue bingung," ucapku dengan tangan yang bergetar.
"Ya mana gue tau, tapi kalo kata gue terima aja sih," kata Hani.
"Tapi gue ga mau pacaran Han, gue tau gue emang pernah beberapa kali pacaran tapi ga tau kenapa setelah kejadian itu gue trauma suka sama cowok. Gue takut disakitin lagi," jelasku.
Hani menghela nafas. "Lo harus bangkit dari keterpurukan lo Mir, jangan takut. Buka lembaran baru bareng Regan. Lagian kalian cocok kok dan Regan orangnya baik."
"Ngga ngga, gue terlalu takut Han! Gue ga mau ngambil resiko," ucapku sambil menggeleng cepat.
"Ya itu sih terserah lo, gue di sini bisa apa selain ngasih lo saran. Semuanya ada di tangan lo," ucap Hani lalu menepuk pundakku beberapa kali bermaksud untuk memberi semangat.
Begitu bel pulang aku langsung membereskan barang-barangku dan buru-buru keluar kelas dan pulang naik angkutan umum. Sesampainya di rumah aku langsung masuk kamar dan bingung harus melakukan apa jadi ku pilih untuk mengganti pakaian dan menuju ruang makan.
Sial! Tidak ada makanan. Sepertinya Bunda tidak masak hari ini.
"Kenapa Mir? Mau makan?"
Aku menoleh ke belakang. Ada Bunda disana.
"Kalo mau makan, bikin mie rebus aja. Bunda ga masak soalnya Bunda lagi puasa senin kamis jadi males." Bunda nyengir lalu pergi menuju kamarnya.
Aku terlalu malas untuk membuat nya dan masih berpikir untuk jawaban apa yang harus aku berikan pada Regan?
Berbicara dengan Bunda mungkin akan membuat aku relax dan menemukan jawabannya. Aku menghampiri kamar Bunda.
"Bunda," panggilku. Tidak ada jawaban.
"Bunda lagi apa ? Kakak pengen ngobrol nih," ucapku lagi. Tidak ada jawaban.
"Ih Bunda jahat! Kakak dikacangin!" kataku lagi. Tidak ada jawaban dan ini membuatku kesal.
"BUNDA!" teriakku. Oke aku tahu ini tidak sopan tapi biarlah.
"Apa sih kamu? Bunda mau tidur nih! Kamu ganggu aja, makan sana! Tumben banget mau ngobrol sama Bunda sampe melas-melas kayak gitu. Pergi sana!" Aduh. Bunda ngamuk. Diusir segala lagi. Malu aku.
"Galak."
"Puasanya batal loh kalo marah-marah," kataku lalu menuju ruang keluarga.
Sumpah! Aku bingung harus jawab apa!
***
Kalian tahu? Aku belum memberikan jawabanku pada Regan sampai malam ini. Aku bingung. Bingung banget. Semua teman-teman terdekatku, ku hubungi untuk membantuku menemukan jawaban. Tapi apa? Jawaban mereka sama.
Terserah lo, keputusan ada di tangan lo.
Lah basi! Aku butuh saran bukan kata terserah. Apakah mereka tidak tahu saran?! Lihat saja, akan ku balas perbuatan mereka dengan kata terserah.
Aku mengambil handphoneku. Akan kuberikan jawabannya. Sekarang.
Almira S : Regan, gue bakal jawab sekarang
15 menit!!!
Kemana Regan? Jangan sampai dia bunuh diri gara-gara aku lama menjawabnya. Tapi itu terlalu berlebihan. Aku yakin Regan bukan orang yang menye-menye, lebay, dan alay.
Regan : Silahkan
Di jawab!!!!
Aku menarik nafasku perlahan lalu menghembuskan nya. Bismillah...
Almira S : Gue udah nemu jawaban nya, Sorry gan gue ga bisa nerima lo. Saat ini gue ga mau pacaran dulu, ada sesuatu yang bikin gue kayak gini, lo ga perlu cari tau karena cepat atau lambat lo pasti bakal tau dengan sendirinya.
Almira S : Gue harap setelah ini lo ga jauhin gue, kita berteman seperti biasa. Gue harap lo ga marah
Oke jawabanku adalah menolak Regan. Maaf Regan tapi aku benar-benar tidak bisa karena rasa takut akibat kakak kelasku saat itu. Aku sudah menceritakannya kan?
Regan : Oke gapapa. Yang penting gue udah nyatain perasaan gue ke elo.
Jadi kasian..
Almira S : Oke! Sekali lagi sorry ya Gan:)
Aku langsung mencari kontak Hani lalu menelfon nya.
"Halo?"
"Hani! Gue udah jawab!!!!"
"Serius? Lo jawab apa ?!!"
"Gue tolak hehe."
"APA?!! LO TOLAK? BEGO TAU GA!"
"Gue ga bisa nerima Hani, rasa takut gue lebih gede dari ini semua walaupun gue yakin kalau Regan ga akan nyakitin gue."
"Iya juga sih bener, Regan ga marah?"
"Ngga, dia cuma bilang yang penting dia udah nyatain perasaannya ke gue. Gue jadi kasian Han, tapi disisi lain gue juga ga sanggup nerima dia."
"Ya udahlah gapapa, gue kan udah bilang keputusan yang lo ambil itu tandanya yang terbaik buat lo, siapa tau aja emang bener. Dan gue harap rasa takut lo cepet hilang. Gue kasian sama lo, lo jadi terhalang gara-gara rasa takut itu."
"Iya Han makasih, gue tutup ya. Bye!"
Aku memutuskan sambungan telepon nya lalu menarik nafas lagi dan menghembuskan nya perlahan-lahan. Akan ada kejadian apa besok setelah aku menolaknya? Perasaanku sedikit tidak enak.
••• to be continued •••
KAMU SEDANG MEMBACA
Baper
Short StoryGue Almira Salsabila, Waktu kelas 10 hidup gue aman, tentram, dan damai. Tapi semenjak gue naik kelas 11 semuanya berubah. Gue cuma mau ngasih tau, kalo hidup itu jangan ke bawa baper terus kayak gue ntar nasib nya sama kayak gue baru tau rasa. High...