3

505 39 0
                                    

"KAU GILA? INI MOBIL YANG DITITIPKAN PAMANKU! KAU BAHKAN BELUM CUKUP UMUR UNTUK MENGEMUDIKANNYA!" Jean berteriak - riak ke arah Annie yang sibuk mengeluarkan mobil dari garasi yang terkunci.

"KAU MAU MATI? KAU TIDAK LIHAT ADA APA DI BELAKANG KITA? BERPEGANGAN SAJA!" Annie balas berteriak.

Manusia berkepala banteng itu terus saja berusaha melemparkan sesuatu ke arah Jean. Mulai dari kulkas, meja makan, hingga lampu taman. Sepertinya keberuntungan sedang menimpa Jean. Tidak ada satu barang pun yang mengenainya. Yah, kecuali hembusan nafas si kepala banteng.

Hampir saja monster itu melemparkan mereka dengan pintu, Annie langsung menancapkan gas dan mendobrak pintu garasi dengan mobil. Untuk sementara, mereka unggul. Tapi, Jean khawatir monster itu bakalan lebih cepat dari mereka.

"Mau kemana?" tanya Jean.

"Menurutmu? Tentu saja perkemahan!"

Jean tidak menegerti. Pertanyaan itu terus saja berputar di kepalanya. Tapi, Jean memutuskan lebih baik tidak memikirkannya, karena itu bisa membuat dirinya semakin gila. 

"Monster itu.. Itu sungguhan?"

Annie mendengus. "Tentu saja. Itu Minotaurus. Sudah menjadi makhluk yang biasa melawan para demigod." jelasnya.

Mereka melintas melalui jalur hutan. Annie terlihat santai mengemudi. Jean bahkan tidak tahu kalau Annie bisa mengemudikan toyota corolla milik pamannya. Soal kunci, yah, Jean beranggapan bahwa Annie hanya kebetulan menemukannya.

Jalan yang mereka lewati semakin sempit. Kalau saja Annie tidak mengerem, mungkin mobil mereka bakal jatuh ke jurang sedalam lima belas meter.

"Cepat keluar!" perintah Annie. Jean hanya mengangguk dan mengikuti. Siapa yang mau terjebak di dalam corolla di pinggir jurang?

Saat Jean menginjakkan kaki di tanah, ia mendengar sebuah suara auman. Baru sempat berpikir 'jangan mino, jangan mino', makhluk besar berkepala banteng tiba di seberang mereka. Jean tidak tahu kalau ini minotaurus yang sama dengan di rumahnya atau bukan. Jika iya, Jean tak punya pikiran bagaimana ia sampai ke tempat ini dengan cepat.

"Sial! Aku tidak punya senjata! Jean, kau punya senjata?" Annie melirik ke arah Jean.

"Eh, tidak. Hanya pisau lipat ini. Ini saja sudah bengkok." balas Jean sambil memegang pisau lipat berwarna abu - abu.

"Aku akan alihkan perhatiannya. Kau cobalah untuk menusuk punggungnya ketika ia menghadapku, oke?"

Jean memrotes. "Rencana gila macam apa itu?! Membunuh makhluk sebesar itu dengan pisau lipat? Apa kau gila?!" Annie menyeringai.

"Mungkin saja. Cepatlah! Makhluk itu sudah mendekati kita!" Karena tak ada pilihan yang lebih bagus dari itu, akhirnya Jean mengangguk pasrah.

Annie mulai berlari ke arah si minotaurus dan mengarahkannya agar berbalik menghadap dirinya. Ini memberikan Jean kesempatan untuk menusuk punggung minotaurus. Jean berlari sambil membuka pisau lipatnya. Lalu ia lemparkan pisau yang telah dibukanya ke arah punggung makhluk yang betubuh tiga setengah meter itu.

Apakah makhluk itu lantas mati? Tentu saja tidak! 

Ia hanya menggeram dan makin marah dibuatnya. Bahkan pisau tadi hanya terpantul saja dari tubuhnya, tidak menimbulkan luka sedikitpun. Saat minotaurus itu menghadapkan badannya ke arah Jean, dia sontak langsung panik. Berusaha untuk tetap tenang disaat ada makhluk tiga setengah meter di depanmu adalah hal yang sulit untuk dilakukan.

Si minotaurus berjalan ke arah Jean sambil mengayunkan apa itu? Kapak?

Jean berhasil menggulingkan badannya menjauh saat kapak itu mengenai jalan yang ditempati Jean semula. Namun minotaurus itu melemparkan lagi kapaknya ke arah Jean dengan cepat. Jean tidak tahu dimana Annie sekarang. Dia tidak mau berpikiran bahwa Annie sudah mati gara - gara monster busuk ini.

Satu detik saja terlewat, Jean bakal dicincang dengan kapak maha besar itu jika tidak ada tombak berwarna emas yang menghalanginya.

"Cepatlah menyingkir dan ikut bersama temanku di kuda itu!" teriak seorang pemuda yang menyabetkan pedangnya.

'Kuda?' batinnya. 

Jean menengok ke belakang minotaurus dan melihat ada dua kuda bersayap yang salah satunya ditunggangi seorang gadis berambut cokelat tua.

Ia segera berlari menjauhi pertarungan antara pemuda itu dan si minotaurus dan menuju ke arah kuda bersayap tadi.

"Cepatlah! Ayo!" kata gadis yang berada di atas punggung kuda.

"Dimana temanku?" tanya Jean sambil terengah - engah. 

Gadis itu tersenyum. "Dia sudah dibawa temanku. Nah, sekarang, ayo naiklah! Dijamin bakal aman."

Jean menaikkan badannya ke atas kuda yang berwarna putih dan sesekali melihat cowok itu bertarung.

"Dia bagaimana?" Jean menunjuk ke arah pemuda berambut pirang di belakang minotaurus.

"Dia akan baik - baik saja." ucapnya. "Blackjack, Porkpie,  ke perkemahan blasteran." kedua kuda itu meringkik dan membentangkan sayap mereka untuk terbang menuju tempat yang tak akan pernah diduga Jean. []
















Seriously?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang