6

396 37 0
                                    

"Tidak mungkin kau Chiron yang itu."

Jean menoleh ke arah Annie, yang hanya dibalas anggukan.

"Kau benar - benar Chiron yang melatih para pahlawan Yunani?" tanya Jean kemudian.

Tidak mungkin, batinnya.

Ia merasa aneh. Pahlawan Yunani sudah ada sejak dahulu kala, sekitar seribu atau dua ribu tahun yang lalu. Chiron melatih sebagian besar pahlawan Yunani yang populer, seperti lelaki yang sering dikenal dengan tumitnya, Achilles. Tapi tidak mungkin Chiron bisa hidup selama seribu tahun. Tidak kecuali ia abadi.

Jean masih tidak memercayai kalau pria tua ini sudah melatih banyak pahlawan. Dari penampilan Chiron di depannya, ia tak tampak abadi. Ia lebih tampak seperti kakek tua yang butuh pengobatan khusus alih - alih orang yang melatih para pahlawan.

"Kondisi fisikku sekarang memang sudah tidak begitu bagus dibanding saat aku masih muda." katanya.

"Bukankah kau seharusnya, em, mempunyai tubuh kuda? Aku lupa istilahnya."

"Centaurus maksudmu? Kau benar, aku memang seorang centaur."

Sesaat kemudian, kaki yang sedari tadi diselimuti oleh kain mulai bertambah dan membesar menjadi kaki kuda. Jean tak punya gagasan bagaimana cara ia merubahnya. Mungkin dengan mengucapkan suatu mantra tertentu? Atau barangkali hanya dengan memohon, seperti 'aku ingin mempunyai bokong kuda' dan puf! kau akan memilikinya.

"Kursi roda ini hanya samaran saat aku berada di dunia manusia fana kalau kau bertanya - tanya."

Kini, Jean melihat sosok asli seorang –atau seekor centaur di depannya. Selama ini, ia hanya berpikir kalau mereka hanyalah mitos, cerita dongeng sebelum tidur. Ia harus menghapus pikiran itu, karena, yah, centaur itu ada tepat di depannya.

"Oh, wow." gumam Jean. "Transformasi yang cepat."

"Nah, Jean. Aku belum sempat memberi tahu hal yang ingin kuberitahu padamu. Tapi tak apa. Itu bisa kulakukan besok. Sekarang, kau sebaiknya berkeliling perkemahan ini dengan Piper. Dan Cay–atau Annie, kau sebaiknya menemui Rachel sekarang."

Annie berkata, "Baiklah." Lalu, ia pergi menuju ke arah bukit.

Chiron mengubah lagi tubuhnya seperti seorang pria tua yang butuh pengobatan di atas kursi roda dan keluar. Tak lama setelah ia keluar, Piper datang dengan seseorang yang Jean anggap tidak asing.

"Waktunya berkeliling perkemahan! Kau pasti akan suka tempat ini. Nah, perkenalkan, ini Jason. Orang yang tadi menyelamatkanmu dari si minotaurus." Jelas Piper.

Kalau tidak salah mengingat, Jean tahu bahwa Jason ini adalah pacar Piper. Cerita Annie memang benar – benar masuk ke kepala Jean. Jika benar begitu, Jean mengerti apa sebabnya Piper terlihat begitu bahagia.

"Jason Grace. Panggil saja Jason." Tangannya terulur.

"Jean." Ia membalas jabat tangan Jason.

"Jason, sementara aku berkeliling dengan Jean, bisakah kau memberi tahu Drew untuk membersihkan kabin? Beritahu jika aku sedang ada tugas."

Jason mengangguk. "Oke."

Sementara Jason pergi, Piper menyiapkan selembar kertas yang penuh dengan coretan untuk dimasukkan ke saku celananya. Jean tidak mau menanyakan itu. Siapa tahu, itu pribadi.

Mereka memulai tur di lapangan voli yang ramai dengan berbagai anak. Ada yang sedang bermain voli ( itu sudah pasti ), bersantai, menikmati piknik, dan melirik cowok – cowok tampan yang sedang bermain.

Lalu, mereka berjalan ke amfiteater. Jean sempat membayangkan bahwa amfiteater itu kecil. Tapi nyatanya, ukurannya jauh lebih besar dibanding dengan ruangan bioskop. Di tengahnya terdapat sebuah arena yang tinggi dan terbuat dari kayu. Piper mengatakan bahwa itu adalah sebuah permainan mingguan untuk melatih ketangkasan para demigod.

Mereka melanjutkan tur ke arah pondok – pondok yang sedari tadi menarik perhatian Jean.

Matahari sudah hampir terbenam saat Piper menjelaskan pondok terakhir di Perkemahan Blasteran.

"Sekarang, kau harus memiliki senjata. Seorang demigod tidak terlihat bagus tanpa senjata. Ikuti aku," kata Piper santai.

"Senjata? Seperti senapan?" tanya Jean sambil mengekori Piper.

"Bukan, sih. Seperti pedang, tombak, begitu."

Jean menganggukkan kepalanya.

Disinilah mereka sekarang. Di tempat penyimpanan senjata.

"Pilihlah kesukaanmu."

Jean masuk ke dalam ruangan yang agak sempit itu. Disana gelap dan lembab. Itu menyebabkan Jean menginjak sesuatu di bawahnya.

Ia memungut benda yang sedetik yang lalu ia injak. Sebuah pedang pendek dengan warna perak di bilahnya dan emas di gagangnya. Jean langsung jatuh cinta pada pedang perak-emas yang ditemukannya. Tanpa pikir panjang, ia menetapkan pedang itu menjadi miliknya . Lalu, ia keluar dan menunjukkannya pada Piper.

"Aku pilih yang ini. Kurasa ini cukup keren," katanya.

Piper tersenyum. "Pilihan yang bagus." Ia lalu melihat ke arah bangunan besar yang sudah mulai dipenuhi orang.

"Kita harus ke ruang makan sekarang. Aku tidak mau lagi disuruh makan di dekat sekarung sampah disana gara – gara tidak dapat tempat duduk."

Jean tertawa kecil. "Itu pasti tidak enak. Ayo." []



Seriously?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang