8

383 39 4
                                    

Sebelum Jean bercerita, ia baru ingat akan identitas gadis di sampingnya. Annabeth Chase, anak Athena, pacar Percy Jackson. Seorang cewek bijak dan pintar yang pernah diceritakan Annie.

"Entahlah, aku hanya merasa aneh disini." Jean berusaha untuk tersenyum. "Maksudku, perkemahan ini, kalian, mitologi itu. Aku masih merasa ada yang mengganjal."

Annabeth bergumam, "Dulu, Percy juga merasa seperti itu. Kau tahu dia, 'kan?" Jean mengangguk.

"Yah, pada awalnya, sebagian besar pendatang baru memang berpikiran seperti itu. Kau tidak sendirian." tutur Annabeth pelan. 

Lalu, Annabeth melirik sesuatu di tangan Jean. Sebuah cincin berwarna ungu yang dilapisi perak di pinggiran-nya.

"Cincin yang bagus." katanya.

"Ibu bilang, ini hadiah dari ayahku. Memang sangat bagus." Jean menyetujui. "Ini pemberian sebelum dia pergi entah kemana. Ia juga mengatakan kalau cincin ini tidak boleh terlepas dariku atau," 

"Atau?" 

"Pokoknya, bakal ada kejadian buruk." lanjut Jean cepat - cepat.

Jean hampir saja mengucapkan sesuatu yang sangat ia rahasiakan. Ingin sekali Jean memberitahu Annabeth. Tapi ia rasa, ia tidak bisa mengucapkan itu. Belum. Tapi untungnya, Annabeth juga bukan orang yang penasaran. Jadi, Jean tidak perlu menyiapkan ribuan alasan untuk itu.

"Kau sudah tahu orang tua dewamu?" tanya Annabeth, membuyarkan lamunannya.

"Eh, belum. Tapi, bisa kupastikan bukan Aphrodite. Soalnya, aku punya ibu manusia." 

Bicara soal ibunya, Jean melupakan sesuatu. Ia belum memberi tahu kemana ia pergi seharian ini dan menjelaskan kenapa mobil pamannya bisa menghilang dari garasi. Jean tidak bisa bilang begitu saja, kan, kalau mobil pamannya tiba - tiba ada di pinggir jurang? Lagipula, Jean juga tidak membawa barang - barangnya, seperti baju ganti, alat mandi, atau bahkan boneka teddy bear-nya.

"Kami punya baju ganti untuk kau, tenang saja." kata Annabeth.

"Kau bisa membaca pikiranku?" Annabeth menggeleng.

"Kau memegang - megang bajumu barusan." Ia melanjutkan, "Jangan khawatir soal ayahmu. Aku yakin kau akan diakui saat acara api unggun nanti."

Mereka kembali melihat pertandingan. 

"HEY! SEKARANG KABIN APOLLO MELAWAN KABIN ARES! INI PERTANDINGAN YANG SERU!" teriak Piper.

Jean tidak tahu apa serunya pertandingan antara dua kabin ini. Tapi yang pasti, orang - orang bersorak untuk mereka. Ia juga tahu kalau kabin Ares berisi orang - orang yang keras, pemberontak, berandal, yah, semacam itu. Tapi, kabin Apollo?

Setelah kurang lebih setengah jam menyaksikan, Jean tahu dimana keseruannya. Mereka hampir berkelahi secara brutal kalau saja Chiron -dalam bentuk centaur- tidak mencegahnya. Kalau dengar dari orang terdekat, kabin Ares menuduh kabin Apollo bermain curang. Jadi, malam ini, Jean dapat satu kesimpulan. Jangan coba - coba mencari masalah dengan kabin Ares kalau kau tidak mau dihantam. Menarik.

Tiba - tiba, Jean merasakan hangat yang begitu nyaman menerpa kulitnya. Asap membumbung tinggi di angkasa. Itu pertanda satu hal. Acara api unggun sudah dimulai.

Para pekemah sudah bersiap - siap untuk menuju ke tempat dimana acara itu dimulai.

Ia jadi teringat perkataan Annabeth. Di acara ini, ayahnya akan meng-klaim dirinya. Jean berusaha untuk tidak merasa gugup. Namun, cerita tentang penampilan Piper yang dirombak habis - habisan saat dirinya diakui tidak bisa membuatnya tenang.

"Ada beberapa pekemah baru yang datang hari ini. Dan sekarang, mereka akan diklaim di sini." suara Chiron bergema.

"Akan kupanggil satu per satu. Raymond Victor!" seorang anak cowok maju ke depan.

Jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Peristiwa ini akan ditonton semua orang. Kalau sampai penampilannya dirombak, itu pasti akan sangat memalukan.

Jean melihat ke arah cowok bernama Raymond itu. Tiba - tiba, miniatur pelangi kecil terbentuk di atas kepalanya. Ia tahu itu. Pelangi, simbol dari Iris. Cowok itu adalah anak Iris.

"Selamat, Raymond! Orang tua dewamu sudah mengklaim! Selamat bergabung dengan kami." kata Chiron kemudian.

Satu pekemah baru sudah di klaim. Annabeth mengatakan bahwa ada enam pekemah baru yang datang hari ini. Itu berarti, Jean tak perlu menunggu lama untuk dipanggil Chiron ke depan.

Empat pekemah baru yang lain sudah diklaim. Masing - masing merupakan anak dari Demeter, Hypnos, Hecate, dan Ares. Tunggu, apa? Sudah EMPAT? Oh, tidak. Benar - benar tidak bagus.

"Jeanice Staedy!" panggil Chiron.

Ia mau tidak mau maju ke depan. Beberapa pekemah bahkan bertaruh kalau Jean adalah anak Aphrodite. Tapi, tentu saja bukan. Ia jadi ingin berteriak ke mereka, seperti 'Oops. Jawaban kalian belum benar. Coba lagi!'

Akhirnya, Jean tiba di samping Chiron. Rasanya tidak enak ketika seluruh pekemah memperhatikanmu dengan seksama.

Sedetik, dua detik, satu menit, tidak ada perubahan apapun. Jean juga tidak merasakan ada sinar terang di atas kepalanya. Para pekemah yang dari tadi diam, mulai berbisik - bisik. Wajah Chiron juga terlihat aneh.

"Biasanya, ini tidak akan lama."

Setelah Chiron berkata begitu, Jean mendengar suara auman dari belakangnya. Ia refleks menoleh ke belakang. Lagi - lagi, Jean mendapatkan pemandangan yang luar biasa aneh. []





Seriously?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang