2

550 43 1
                                    

Diam di tempat, Jean.

Sebentar lagi, mereka akan menghampirimu.

Jean tiba - tiba terbangun dengan mata membelalak . Peluh keringat membanjiri tubuhnya. Padahal, kamar Jean cukup dingin dengan suhu dibawah sepuluh derajat.

"Apa - apaan tadi?" Ia memegangi kepalanya erat. "Oh, astaga! Apa yang terjadi di dalam pikiranku?!"

Ada yang tidak beres dengan hari ini. Seakan pria tua yang tiba - tiba menghilang itu belum cukup aneh, kini Jean mendengar suara wanita di dalam mimpinya. Ia tidak bodoh bahwa itu adalah sebuah pesan. Annie pernah memberitahunya jika para demigod atau anak keturunan dewa sering mendapat pesan seperti itu. Alhasil, itu membuat pikirannya tambah kacau.

Jean berniat untuk menghubungi Annie dan memrotes semua kejadian ini. Tapi, ia mengurungkan niatnya. Apa yang akan Annie katakan kalau Jean cerita padanya? Barangkali 'KAU ADALAH SEORANG DEMIGOD!' atau 'Selamat, Jean! Orang tuamu seorang dewa! Apa kekuatan supermu?'

Yeah, Jean tak bisa membayangkan itu terjadi. Itu jelas tidak mungkin, oke? Tidak. Big No.

Tapi tetap saja, ia tak punya pilihan. Siapa yang akan percaya dengan seorang gadis remaja yang mengatakan bahwa ia melihat pria tua menghilang secara tiba - tiba selain Annie? Jean bertaruh bahwa orang - orang akan menertawainya dan mengatakan bahwa ia gila. Kemungkinan yang lebih nyata adalah bahwa Jean sedang berhalusinasi.

Ia mengambil handphone dan segera menelpon Annie. 

"Annie? Annie? Ke rumahku, sekarang juga, oke? Tanyanya nanti saja. Ini PENTING!"

"Apa yang kaubicarakan? Ulangi lagi!"

"Rumahku. Sekarang juga!"

"Baiklah. 5 menit, ya? Kututup telponnya,"

Sungguh. Menunggu Annie datang lebih lama dari yang diperkirakannya. Annie adalah tipe orang yang selalu telat dalam hampir segala hal. 5 menit bisa saja berarti 1 jam dalam kamusnya. 'Sepuluh menit saja oke?' dan itu memakan waktu hampir tiga jam penuh.

Karena bosan, Jean mengambil handphone-nya dan mulai menjelajahi internet. Internet adalah segalanya. Jika tidak ada internet, mungkin Jean tak akan pernah menemukan cowok ganteng bernama Bobby Edner. Berguna juga.

"Sori, Jean. Telat, ya?" Annie tiba - tiba masuk dari pintu depan.

"Eh, oh, kapan kau datang? Oh, ya, ada yang mau aku ceritakan," ucap Jean.

"Tumben sekali. Apa ada hubungannya dengan Percy Jackson? Kalau tidak ada, tidak usah berharap banyak aku akan mendengarkanmu," balas Annie.

"Tidak, sih. Cuma ini tentang, em, kau tahu? Demigod."

Jean bisa melihat mata Annie berbinar kesenangan. "SUNGGUH? AKHIRNYA KAU PERCAYA, YA?" yang teriakannya bisa membuat satu komplek komplein.

Jean meceritakan dari awal kejadiannya bertemu dengan pria tua yang bisa menghilang, lalu mengenai pesan di mimpinya. Jean menunggu reaksi apa yang akan Annie tampakkan kali ini. Berteriak? Terkejut?

Tidak, tuh. Annie hanya manggut - manggut dan berpikir,

"Kalau kau diberitahu seperti itu, itu sudah sampai level gawat. Monster sudah membauimu." jelasnya.

"Mo-monster? Apa kau bercanda? Ini dunia modern! Tidak mungkin ada monster! Kalau yang kau maksudkan adalah kecoa, bah! Aku bisa mengatasinya!"

Kurang dari satu detik, Annie sudah membawa Jean secara paksa untuk menuju mobil di garasi. Jean tak tahu sebabnya. Ia ingin bertanya, memrotes, dan sebagainya. Tapi semua itu teredam ketika sesosok manusia berkepala banteng hendak melemparkan sebuah lemari kepada Jean dan Annie. []





Seriously?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang