BAB IX

859 44 4
                                    

Reva merasa dirinya seakan berada disebuah taman yang dipenuhi bunga dengan kupu-kupu yang berterbangan kesana-kemari. Reva juga merasa bahwa ia bisa mencium harum bunga yang sedang mekar dari taman tersebut. Saat ia duduk diatas rumput yang hijau, ia bisa merasakan hangatnya matahari musim panas. Reva merebahkan kepalanya diantara rerumputan. Tiba-tiba..

Lagu berhenti dan Reva pun kembali kealam nyata.

Reva mengerjap. Apa yang terjadi? Oh, dia ingat. Tadi Farrel mengajaknya ke studio musiknya untuk mendengarkan ia bermain piano. Reva ingat bahwa tadinya ia tidak percaya akan perkataan Farrel yang mengatakan bahwa ia pandai bermain piano. Tetapi saat jari-jari Farrel bermain di tuts-tuts itu, Ternyata anggapannya itu salah.

Farrel terlihat mempesona dan itu membuatnya melupakan dunia sejenak. Jari-jari itu bergerak dengan anggun dan lihai sehingga menciptakan irama yang.. Reva tidak bisa mengatakannya dengan kata-kata. Ia hanya bisa merasakannya. Karena itulah ia terlalu hanyut dalam permainan Farrel.

Dengan dongkol ia melirik Farrel yang sedang tersenyum angkuh. "Sepertinya kamu menikmatinya"

"Farrell.. Kenapa berhenti? Padahal aku sedang bersantai dengan bebas disebuah taman bunga! Lalu.." Reva mulai menyerocos panjang lebar.

Farrel tergelak "Oh ya? Bagaimana bisa laguku membuatmu berada ditaman bunga? Ahh.. Mungkin karena aku memainkannya dengan emosi yang baik. Bagus deh kalo gitu." Farrel hendak bangkit tapi dicegah Reva.

"Kenapa?" Tanyanya bingung melihat Reva.

"Oh, Farrel. Lanjutkan!"

"Hah?"

"Lanjutkan satu lagu saja. Tetapi jangan dipotong seperti tadi dong!" Perintah Reva.

Farrel menggeleng keras "Tidak"

"Ohh Faaarrreeelll" Reva mulai merengek. "Ayolah Relll. Satu ajaaa. Pliiiss"

Farrel mengernyitkan alisnya "Tidak sembarang orang bisa mendengarkan permainanku, gadis bodoh" bisiknya dengan senyum licik.

"Aku ini kan temanmu, kok nggak boleh sih?" Reva bernegosiasi membuat Farrel terkekeh.

"Baiklah, baiklah. Tapi ini masih jam sekolah dan kita harus kembali secepatnya" Farrel berkata dengan nada final yang membuat Reva cemberut. Mereka pun keluar dari studio itu, sebelum keluar Reva sempat melirik piano tersebut lalu bergantian menatap Farrel dengan tatapan memohon. Hal itu membuat Farrel tergelak.

"Iya, iya. Aku akan memainkannya nanti, Reva."

Mereka pun keluar dari rumah besar Farrel lalu memasuki mobil dan keluar dari pekarangan rumah Farrel yang luas.

"Ternyata kamu itu anak emas ya. Nggak heran kalau selama ini sikapmu seperti ini" Ujar Reva sarkatis.

"Sikap gimana maksudmu?"

Reva tidak menjawab. Ia melirik keluar jendela. Pikirannya menerawang. Mereka pun terdiam beberapa saat sampai Reva membuka mulutnya. "Rel"

"Hmm"

"Lagu tadi. Apa judulnya?"

Farrel melihat Reva sekilas. Lalu kembali fokus ke depan. "Belum kuberi judul"

"Itu lagu buatanmu?"

"Hmm"

"Aku percaya deh" jawabnya sambil terkekeh. "Kenapa nggak diberikan judul?"

"Belum tau Revaa"

Reva mengangguk-angguk paham. "Kalau kamu bingung, aku mau kok kasih saran. Sayang kan lagu sebagus itu disia-siain"

REMEMBER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang