BAB XI

753 42 1
                                    

Halo semuanyaa. Maaf saya update malam gini.
Yahh, saya cuma mau nagih janji :D

Oh yaa, Happy Birthday Airyhn_ Partner dalam pembuatan novel ini sekaligus my best friend. Happy Sweet Seventeen yaa. Makin gede ya kamu :D

Sy, bab ini kuubah dikit, gapapa ya? Hahaha=D Maaf nih detik2 terakhir ku update, tapi yg penting tanggal 23 April juga kan? Iya in ajalah, Hahahaaaa.

Okee buat pembaca sekalian. Selamat membaca^_^
Maaf lama update.

***

Steve menyesap es tehnya. Matanya menerawang, sebenarnya ia mulai gerah duduk disini. Ia sudah lama duduk dikantin sekolah barunya ini. Sudah dari jam pertama ia bolos pelajaran.

Sebenarnya ia sedikit heran, kenapa tidak ada guru yang berpatroli melihat-lihat murid yang bolos pelajaran. Disekolahnya yang lama, mungkin sudah dari tadi ia membersihkan kolam renang sekolah yang luasnya 10 meter, atau mungkin lebih? Ntahlah.

Yah, biarlah. Steve tidak mau mengingat-ingat masa lalu. Ia mencoba untuk melihat ke masa depan.

Tapi, sekarang telinganya mulai panas mendengar para ibu-ibu kantin bergosip dengan volume suara yang bisa ditangkap telinganya. Apa itu bergosip namanya?

"Dia sudah dari tadi disitu"

"Wahh, berani sekali dia, padahal belum lama ia pindah kesini"

"Ya, padahal wajahnya lumayan. Sayang sekali"

Nah, apa hubungannya bolos dengan wajahku ini??

Steve menghembuskan napasnya dengan keras. Dasar ibu-ibu, dimana-mana sama aja kelakuannya.

Tujuanku ke Indonesia seorang diri hanya untuk kabur dari Dad. Orang tua itu selalu saja memerintah dengan seenaknya.

"Yah, walau begitu aku kangen dengan mom" gumamnya kecil.

Tiba-tiba matanya menangkap siluet tubuh Farrel. Farrel sepertinya juga melihat Steve.

"Halo Sepupu. Bagaimana ceritanya kamu duduk sambil melamun disini?" Farrel duduk disampingnya. Lalu mengambil es teh milik Steve dan menyesapnya hingga tuntas. "Galau, Steve?"

"Tidak juga," Steve melirik ke gelasnya yang sudah kosong. Lalu melirik Farrel yang sedang memanggil ibu kantin yang tadi bergosip itu. "Cuma memikirkan sesuatu yang membuatku kesal."

Ibu itu menghampiri meja mereka. "Mau pesan, mas?"

"Ya, es teh manis digelas yang super besar. Tolong dibawa secepatnya. Saya haus."

"Baik, ada lagi?"

"Steve, pesan lagi?"

"Mm."

"Kalo gitu dua ya bu."

"Baik, tunggu sebentar."

Farrel mengangguk lalu mulai memperhatikan Steve, "Buat apa dipikirkan jika memang membuatmu kesal?"

Steve melihat Farrel bingung, "Maksudmu?"

"Kau mengatakan memikirkan sesuatu yang membuatmu kesal."

"Oh, Yah, terlintas begitu saja sih dikepalaku."

"Tentang apa? Paman?"

Steve mengangguk. Tangannya menopang dagu. "Sudahlah, tidak usah membahas orang tua itu."

Pesanan mereka datang. Saat minuman itu ada dimeja mereka, Farrel langsung mengambilnya dan meneguknya dengan tidak sabaran.

Steve tertawa kecil "Pelan-pelan, Farrel" Farrel tidak peduli. Ia tetap fokus pada es tehnya.

Steve mengaduk minumannya. Sekarang ia tampak gelisah. Ia kembali melihat kearah Farrel yang masih fokus pada minumannya.

"Farrel?" Panggilnya.

"Hm?"

Melihat reaksi Farrel yang cuek begitu membuat Steve menggeram kesal.


"Farrel, kamu bolos ya?" Tanya Steve tiba-tiba.

"Hah?" Farrel melihat kearah Steve. "Aku tidak bolos."

Steve menatapnya tidak percaya. "Lalu apa yang kamu lakukan disini? Tentu saja ini namanya bolos!"

Farrel menjauhkan air yang baru setengah diminumnya. "Aku tidak bolos, kelasku sekarang sedang jam bebas," Ia melipat tangan didepan dadanya, "Seharusnya kau lihat dirimu dulu baru mengatai orang lain, Sepupu."

Steve mengangkat bahu, "Aku bosan melihat pantulan wajahku sendiri dicermin." Ia menggeleng-geleng kepalanya sesaat, "Dilihat bagaimana pun juga, wajahku tidak berubah. Tetap waw seperti biasanya."

"Siapa yang menyuruhmu berkaca sih, Steve?" Farrel menepuk jidat frustasi.

"Bukankah kau yang menyuruhku? Sepupu." Steve tertawa. "Kau tidak berubah ya, pelupa seperti biasanya."

"Kau juga tidak berubah, Tukang bolos. Lihatlah, kau baru saja datang kesekolah ini, tapi kau sudah berani bolos pelajaran."

Steve tidak menggubris perkataan sepupunya. Ia kembali mengaduk-aduk minumannya.

"Steve.." Farrel mendesah. "Kau ingin mengatakan sesuatu, kan?" Farrel bersandar pada kursi, lalu menyilangkan kakinya. "Kau tampak resah hari ini, lain daripada biasanya."

"Aku.. Tidak apa-apa"

"Bohong. Kau tidak bisa membohongiku. Katakan saja, tukang bolos. Tidak usah berbelit, Singkat aja. Aku akan mendengarmu".

Steve mendengus mendengarnya. "Tidak, aku hanya.. Merindukan mom"

"Kalau gitu tinggal kamu telfon aja kan?" Farrel bertanya dengan heran.

Steve menggeleng. "Tidak bisa."

"Kenapa?"

Steve menunduk tidak mau menatap Farrel. "Itu.. Bukan apa-apa kok."

Farrel menatapnya dengan pandangan bertanya. "Apasih maksudmu? Steve, aku tidak mengerti apa yang kamu katakan."

Steve mendesah. Ia menatap Farrel.

"Kau tahu? Sebenarnya, saat ini aku kabur dari Daddy"

***

REMEMBER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang