BAB XII

778 39 4
                                    

"Kau tahu? Sebenarnya, saat ini aku kabur dari Daddy"

Farrel menatap Steve dengan tatapan bertanya. Mata nya hampir tak berkedip menatap sepupunya itu. Setahunya sepupunya ini tidak pernah bermasalah dengan ayahnya.

"Kenapa? Apa yang terjadi Steve? Ayo ceritalah."

Steve menghembuskan nafasnya perlahan. "Daddy menyuruhku meneruskan bisnisnya. Oh Farrel kau tau kan, bakatku bukan berbisnis. Mimpiku menjadi pianis terkenal, bukan itu."

"Ya, aku tau. Namun apakah tidak ada jalan lain?"

"Daddy adalah orang yang keras kepala."

"Kau juga keras kepala Steve. Apa kau tidak menyadarinya? Kau telah menuruni sifat ayahmu."

Steve menatap Farrel dengan tatapan jengah. "Apapun yang terjadi aku tidak akan merubah mimpiku."

Farrel tidak menjawab apapun. Sepupunya ini benar-benar keras kepala.

***

Bel pulang sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Farrel masih berdiri di depan mobilnya. Sebenarnya ia sedang menunggu Steve. Ia ingin berkunjung ke apartemen Steve sore ini. Berdiam diri dirumah membuatnya bosan.

Di kejauhan ia melihat Reva berjalan ke arah gerbang. Gadis yang menarik, manis, dan menggemaskan. Pikir Farrel tiba-tiba. Ia tersenyum setelah itu.

Tetapi, sedetik kemudian, Senyum itu hilang. Apa sih yang kufikirkan tadi? Sepertinya aku kurang tidur hingga tidak fokus.

Rambut Reva bergerak seiring dengan langkahnya yang semakin cepat.

"Hai El. Apa yang kau perhatikan?" Seseorang menepuk pundaknya.

"Steve. Oh tidak, aku tidak memperhatikan apapun."

Steve memutar kepalanya. Matanya ia sejajarkan dengan arah pandangan Farrel. "Oh Reva?"

Farrel menarik tangan Steve cepat. "Ayo kita pulang."

Sedetik kemudian mereka sudah di dalam mobil. "Farrel mengapa kau menarikku? Apa kau lupa? Aku juga membawa kendaraan."

"Oh shit!" Farrel menepuk jidatnya. "Aku lupa. Sorry"

Steve membuka pintu mobil. "Ya, tidak masalah. Kau pergilah ke apatermenku sekarang, nanti aku menyusul".

"Kau mau kemana? Tidak bisakah kita pergi kesana bersama?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Steve merinding. Jujur saja ia pernah mengalami hal tidak menyenangkan dengan gay. Bayangkan jika kau dikejar-kerjar oleh mereka.

"Haloo Steve? Kamu kenapa?"

"T-Tidak. Sudahlah, jangan banyak bertanya. Kau pergilah sekarang, aku akan menyusulmu nanti. See you El."

"Baiklah." Farrel mulai menstarter mobilnya. Kepalanya sengaja dijulurkan keluar. "See you Steve."

Steve menatap mobil Farrel sampai menghilang dibalik gerbang sekolah.

Steve berbalik. Dasar Farrel, sepertinya ia berbakat menjadi gay. Pikir Steve.

Steve meyakinkan dirinya. Farrel bukan gay. Dia straight. Buktinya, ia tertarik dengan Reva. Aku benar kan?

REMEMBER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang