Picture : Kamar Farrel
Yeayy! Update!
Terima kasih atas partisipasi kalian telah membaca serta bersedia menunggu cerita ini..Selamat membaca😊😄
***Reva bergumam tidak jelas sebelum membuka matanya. Ia mengerjap perlahan untuk menyesuaikan penglihatannya. Saat ini ia berada diposisi duduk dengan kepala berada diatas lipatan tangannya.
Ia mengernyit heran merasa tidak mengenali tempat ia berada sekarang. Ia mencoba mengingat..
Ah, aku ingat.
Saat ini ia sedang merawat Farrel. Ternyata ia tertidur disamping ranjang Farrel.
Reva menegakkan tubuhnya. Kamar Farrel lumayan gelap. Sudah jam berapa ini?
Saat posisinya sudah tegak ia dikejutkan oleh seseorang sampai ia terjungkal kebelakang. Pantatnya sukses menyentuh lantai.
"Uhh.. sakit.." Reva mengusap-usap pantatnya. Ia melotot kearah Farrel yang juga sedang menatapnya.
Memang terkesan lebay. Tapi Reva beneran kaget saat tiba-tiba ia melihat Farrel yang tadinya tidur sekarang sudah dalam posisi duduk diatas tempat tidur. Mata cokelatnya dengan lekat memandang Reva tajam. Dia tidak siap mendapati Farrel yang duduk seperti itu melihatnya bangun tidur.
"Ya Tuhan." Reva berdiri. Ia kembali duduk diatas kursi. "Ngagetin aja sih? Kapan kamu bangun?"
Tidak ada jawaban. Farrel masih menatap Reva.
"Kalau ditanya tuh jawab dong." Reva menyentuh kening Farrel. Saat ia melakukan itu, Farrel menutup matanya.
Melihat itu Reva buru-buru menjauhkan tangannya. Membuat Farrel kembali membuka matanya. Ia masih memasang wajah tanpa ekspresi.
"Masih panas. Tapi tidak setinggi tadi." Reva mengalihkan tatapannya dari Farrel. "Kamu mau minum?" Tanyanya kemudian.
Tidak ada jawaban.
"Kamu lapar?"
Tidak ada jawaban.
"Apa aku panggilin Steve aja? Hari ini dia menginap disini."
Masih tidak ada jawaban.
Reva menghembuskan napasnya.
"Sabar, Reva. Sabar. Mungkin saat sakit dia memang seperti ini." Reva menenangkan dirinya. Ia kembali menatap Farrel. Melihat wajah cowok itu yang masih tanpa ekspresi, membuat darah Reva naik ke ubun-ubun.
"Farrel! Jawab aku dong! Jangan diem aja! Aku merasa seperti ngomong sama tembok deh!!" Reva berkata dengan nada berapi-api. Setelah itu dia mendekat kearah Farrel dan menarik kedua pipi Farrel. "Jawab!" Perintahnya.
Ada perkembangan. Farrel mengernyit. Pipinya sakit ditarik oleh Reva. "Eephash" Ujarnya tidak jelas. Reva tersenyum lalu melepas tangannya.
"Sakit kan? Makanya kalo aku tanya tuh jawab, tuan muda yang terhormat."
Lalu kejadian selanjutnya berjalan begitu cepat. Saat tersadar, Reva sudah duduk dihadapan Farrel dengan lengan Farrel yang melingkar dilehernya. Bibir mereka hampir bersentuhan satu sama lain. Hanya berjarak satu senti. Farrel mengunci Reva dengan lengannya.
Dengan jarak sedekat ini, Reva bisa merasakan nafas Farrel yang menerpa wajahnya. Kening Farrel yang hangat ikut menjalari rasa panas pada wajah Reva. Membuatnya gugup.
"Fa-Farrel! A-Apa yang.."
"Aku pusing. Kepalaku rasanya ingin pecah." Farrel memejamkan matanya sesaat lalu membukanya lagi. "Dan kau berisik sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER YOU
Teen Fiction" sebenarnya aku tidak terima kalau mainanku yang berharga harus direbut mereka " Lucu sekali melihatnya malu dengan wajah memerah -Farrel Nicholas Xavier- " Berhenti menganggapku mainanmu, bodoh! Aku BUKAN barang dan juga BUKAN boneka yang bisa kam...