BAB XXV

110 5 10
                                    

Hai..
Happy reading gaes🖤
Semoga sukaa..

***

Diluar hujan kembali mengguyur bumi dengan rintik-rintik. Dengan angin yang kencang. Padahal beberapa jam lalu langit sangat cerah.

Steve tidak memperdulikan suhu dingin yang diakibatkan hujan. Ia cuma menatap Farrel dengan tajam. Sifat turunan ayah Steve yang bisa membuat siapapun merasa terintimidasi dengan tatapannya. Saat ini ia, Farrel, dan juga Reva tengah duduk di cafe dekat dari sekolah mereka. Setelah tau bahwa tadi Farrel membuat Reva menangis, Steve mengajak mereka saat bel tanda pelajaran berakhir tadi untuk duduk disini. Ia ingin meminta penjelasan Farrel.

Reva menunduk. Ia tidak berani menatap siapapun. Ia kembali mengalirkan air mata di pipinya.

"Steve hentikan aura serammu sekarang. Kau lihat ia menangis gara-gara kamu." Ujar Farrel membuka suara saat hening mencengkam mereka bertiga.

"Bukan salahku tapi ini salah kau, El! Apa yang membuatmu seperti ini sekarang?"

"Memangnya aku kenapa?" Tanya Farrel kalem.

Reva diam. Ia menghapus jejak air matanya.

"Idiot! Apa yang kau katakan tadi pada Reva sampai ia menangis seperti itu?" Geram Steve terhadap sepupunya yang tiba-tiba tak punya hati.

Farrel melirik kesamping dimana Reva duduk. Ia melihat Reva yang masih mengusap-usap matanya sedari tadi. Ia mengulurkan tangannya menahan tangan Reva. "Udah, jangan diusap lagi. Berhenti menangis, Rev." Katanya pada gadis itu sambil memberi tisu.

Reva menepis tangan Farrel. "Jangan pedulikan aku!"

Farrel menghela nafas. Ia menjauhkan tangannya dari Reva. Ia menyenderkan tubuh nya yang terasa letih ke sandaran kursi.

"Aku akan menunggu kalian berdua diluar. Tolong bicara baik-baik." Ujar Steve sambil bangkit.

Reva juga bangkit, "Tidak perlu begitu. Aku mau pulang aja."

"Reva, duduk!" Perintah Steve. Ia menatap Reva tajam.

Reva kembali duduk sambil mengalihkan pandangan kearah lain.

"Bicara baik-baik. Dan kau, Farrel, katakan apa yang mau kau katakan."

"Lupakan saja, Steve. Aku mohon. Kita pulang saja."

"Bicara! Kenapa kau begini sih?"

Farrel melihat Reva. Ia menggeleng. Lalu memberi isyarat pada Steve bahwa ia tidak bisa melakukan ini. "Steve.."

"Aku tunggu di luar."

Steve keluar. Meninggalkan mereka berdua di cafe tersebut.

Farrel kembali melirik Reva. Gadis itu masih diam. Sesekali ia mengusap matanya.

"Sesakit itu rasanya menyukai aku kan?" Tanya Farrel akhirnya. Reva tidak menjawab.

Farrel masih setia menatap Reva. Ia kembali mengulurkan tangannya. "Udah. Berhenti menangis. Aku minta maaf."

Reva mendelik kesal pada Farrel. "Emangnya kau salah apa? Maaf disini cuma aku yang baper. Maaf aku sudah mengganggumu."

Farrel mengerang, "Please, Rev. Tolong jangan begitu."

"Kau yang mengatakan itu padaku tadi."

"Iya. Itu aku. Aku minta maaf Reva. Please?"

Reva diam. Ia mengalihkan pandangannya.

REMEMBER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang