BAB XVIII

520 26 11
                                    

Hallo..
Kami update lagii😄
Lama nunggu ya? Haha maaf maaf..
Habisnya targetnya kebanyakan ya kayanya. Jadi lama gitu deh..
Oke, yang penting sekarang udah update, kan?
Selamat membaca semuanyaa! Semoga kalian suka😆😋

Picture : Reva Aurelia

***

Bruk!

Farrel melempar ponselnya yang sedari tadi berdering itu ke atas tempat tidurnya.

"Sialan.. sialan.." Farrel berteriak marah. "Tolong jangan ganggu hidupku lagi!"

Drrt.. drrt..

Farrel menaiki tempat tidur. Ia mengambil ponselnya kembali. Tanpa melihat sang penelpon, ia mencabut paksa baterai ponselnya. Secara otomatis ponsel itu mati.

Yah, dia masih bisa berpikir dengan akal sehat, bahwa ponsel yang dia pakai itu cukup mahal. Jadi dia tidak melempar benda itu keluar jendela supaya diam.

Farrel tau siapa yang menerornya selama tiga hari ini. Oh, tidak. Selama beberapa tahun setelah orang itu meninggalkannya dan keluarganya. Orang itu selalu menerornya.

Farrel menuruni tempat tidur. Ia akan keluar sebentar. Sudah tiga hari ini dia juga putus hubungan dengan dunia luar. Ia tidak mau bertemu dengan orang itu.

Ia membuka pintu kamar. Tiba-tiba seraut wajah muncul dihadapannya.

"Farrel.."

"Daddy!!?" Farrel kaget. Kenapa Daddy ada didepan kamarnya?

"Farrel.. I Miss you.." Daddy memeluk Farrel dengan erat.

"Farrel juga Dad.. Kenapa nggak bilang kalau pulang sih?"

Daddy tersenyum. "Ini yang namanya surprise, boy."

Farrel melepas pelukan mereka.

"Farrel." Daddy meneliti anaknya dari atas sampai bawah. "Kenapa kamu tampak kurus?"

"Masa sih Dad?" Farrel tersenyum kecil.

"Kamu juga pucat. Aku mendengarnya dari Steve. Kamu sakit?"

Farrel menghela nafas. "Dasar Steve mulut Ember."

Mr. Xavier menaikkan alisnya mendengar perkataan putra satu-satunya itu, "What?"

"Nothing, Daddy. Aku hanya menggerutu kecil." Farrel menutup pintu dibelakangnya. "Yes. Aku sakit. Tapi itu kemarin. Sekarang aku baik-baik saja."

Daddy menghembuskan nafas dengan berat. "Kamu seperti anak kurang gizi, Farrel."

Farrel tertawa, "Yah, mungkin itu benar." Farrel menuruni tangga. Ayahnya mengikuti dibelakang. "Dimana mereka?" Tanya Farrel pada ayahnya.

"Siapa?"

"Para pelayan.. tadi--"

"Oh, Daddy sudah memecat mereka semua, mereka tidak becus bekerja, iya kan?"

"Pasti Steve yang mengatakan itu."

"Yeah."

Farrel melangkah keruang tamu.  Ayahnya masih mengikuti dibelakang. "Mau kemana, Boy?"

"Keluar. Aku ingin mencari udara segar, aku sudah lama tidak keluar karena sakit. "

Ayahnya mengangguk. "Hati-hati."

REMEMBER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang