BAB XXII

115 5 38
                                    

Haloo! Balik lagi bersama kami❤️
Sebelum baca ceritanya, tolong dong kali ini ada warning nya sedikit. Bakal ada adegan kekerasan yang tak boleh di contoh. Pokoknya kalian harus hati-hati. Awas aja deh kalo ada yg contohin bakal saya gorok lehernya🤣 gak dong bercanda.

Jangan di contoh ya dan semoga feel nya dapat.

Terus saya juga minta maaf nih update nya malam tapi gpp deh masih hari minggu juga kan? Wkwkwk
Oke happy reading, guys!

***

"Hei.. tidurmu cukup?"

Reva melihat kearah sebelah dimana Farrel duduk sambil menatapnya.

"Kenapa?" Tanya Reva. Dia memang tidak cukup tidur semalam.

"Mata pandamu parah."

"Yah, kamu sendiri seperti mayat hidup, Rel."

Farrel menopang dagu nya. Lalu tangannya memijit keningnya. "Aku baik."

"Tidak." Balas Reva. Reva khawatir. "Kamu seharusnya kerumah sakit untuk memeriksa tubuhmu."

"Tidak perlu." Jawab Farrel cepat. "Tubuhku tidak sakit. Yang sakit adalah pikiranku." Dia tersenyum seperti orang sakit. "Mungkin aku sudah tidak waras?"

"Kamu jangan memikirkan yang tidak-tidak. Berpikirlah positif. Semakin kamu berpikir negatif, semakin banyak energi negatif yang ada padamu." Ujar Reva sambil menatap Farrel.

"Heeh.. caramu bicara mirip dukun."

Reva mendengus. Ya, kamu memang sakit jiwa.

"Reva, maaf.." Reva melihat Farrel lagi. Dia bingung kenapa laki-laki itu meminta maaf, "Seharusnya aku tidak menceritakan itu padamu."

Reva mengernyit, "kenapa?" Tanyanya.

"Kamu jadi kepikiran hal itu. Sampai tidak bisa tidur. Kamu tidak perlu memikirkan itu. Itu masalahku. Tidak ada hubungannya denganmu."

Reva menghela napas, "Tapi kamu sudah mengatakannya dan mungkin aku bisa menghilangkan keresahanmu sedikit."

"Tidak ada beda nya, mungkin aku bakalan mati."

Kenapa sekarang laki-laki ini selalu saja bilang akan mati?

"Kamu tidak menceritakan ini pada temanmu? Atau Steve?" Tanya Reva.

"Tidak. Yah, banyak orang yang bertanya 'kenapa?' Tapi aku tau, mereka bertanya karena penasaran. Bukan peduli padaku. Karena itu aku tidak mengatakan apa pun. Termasuk pada Steve."

Reva kembali menghela napas, "Jangan suuzon dong Rel! Bagaimana denganku? Kenapa kamu percaya padaku?"

Farrel tersenyum kecil. Tapi Reva tau sekarang, dia tidak suka melihat Farrel tersenyum seperti ini. Farrel tersenyum untuk menyembunyikan luka nya. Terkesan dipaksakan. Apa dari dulu dia seperti ini?

"Yah.. kenapa ya? Aku juga tidak tau. Aku juga tidak berharap kamu bakal peduli atau tidak." Dia melihat manik mata Reva dengan lekat, "Mungkin Steve benar.. karena aku.." Farrel diam, Reva menunggu kelanjutan jawaban Farrel.

Farrel masih diam. Sampai Reva gemas sendiri pada laki-laki itu. "Karena kamu apa sih?"

"Tidak apa-apa." Farrel tersenyum lagi. "Itu rahasia."

***

"Dasar anak tak tahu diri!" Teriak wanita itu pada anak yang masih berumur 10 tahun. Dia menendang perut anak itu.

REMEMBER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang