Cemburu (2)

11.8K 616 18
                                    

Afwan kalau part ini nggak ada notifnya, aku juga nggak tau kenapa. Semoga yang ini bisa dibaca yaa.
Jazakumullah khairan buat yang udah voment. Wassalamu'alaikum.

Zakira POV

Tiar memasukkan HP ke dalam saku celana. Ia sepertinya habis dimarahi Farel. Tiar terlihat lucu saat menggerutu seperti itu.

"Mas lucu deh kalau gitu. Farel ngomong apa aja emangnya?" tanyaku sambil terkikik geli. Tiar duduk di sampingku.

"Farel marah-marah kenapa bisa kamu sampai sakit gini. Kenapa juga aku nggak tau kalau kamu punya maag akut. Dia memang cerewet kalau udah begini." ekspresi Tiar benar-benar lucu sekarang. Wajahnya cemberut. Ku cubit pipi kiri Tiar, ia mengaduh pelan.

"Itu tandanya Farel peduli, Mas. Oh iya, mas nggak jadi ambil obat? Ini udah mau jam 1 lho. Mas juga belum sholat kan." ingatku pada Tiar. Ia menepuk keningnya dan berjalan cepat menuju apotek. Tapi baru beberapa langkah ia kembali lagi.

"Tunggu sebentar ya, Ai. Aku janji nggak bakal lama." pamitnya setelah mencium keningku.

Ya Allah bagaimana bisa aku marah dengan suamiku. Ia masih peduli denganku. Bahkan ia rela meninggalkan pekerjaannya. Aku saja yang memang terlalu cemburu melihatnya dengan Sherly tadi. Tiar terlihat sangat akrab dengan Sherly. Yah karena aku terlalu memikirkan Tiar dan Sherly kepalaku jadi pusing, sampai akhirnya aku terjatuh.

Saat aku melamun, tiba-tiba Sherly sudah ada di depanku. Ia semakin cantik dan dewasa. Pantas saja dulu Tiar menyukainya.

"Kira kamu nggak apa-apa kan? Nggak ada yang parah kan? Tadi aku dikabari Farel kalau kamu mau langsung ke hotel. Jadi aku nyusul kesini. Wajahmu pucat sekali, Ya Allah." serbu Sherly.

"Aku nggak kenapa-kenapa, Sher. Maag ku kambuh tadi, ditambah sama nyeri haid. Jadi lemas badanku. Maaf ya aku cuma bisa setengah hari aja, insyaAllah besok aku bisa kerja lagi. Aku nggak enak sama yang lain, ninggalin kerjaan gitu aja. Padahal cuma lemas."

"Kira, kamu nggak pernah berubah ya. Kamu sok kuat. Jelas-jelas wajahmu pucat gini. Aku juga nggak mungkin maksa kamu buat lanjut kerja lagi. Apalagi suamimu itu, nggak akan ijinin kamu buat balik ke tempat proyek."

"Makasih ya buat pengertiannya. Aku cuma butuh makan nanti, insyaAllah besok aku bisa kerja lagi kok. Kan semakin cepat semakin baik."

"Nggak perlu kamu paksain buat besok kerja, Ra. Yang penting kamu istirahat dulu aja. Bachtiar pasti tanggung jawab kok, apalagi kamu sakit gini. Jangan pikirin kerjaan dulu."

Sherly benar. Aku harus istirahat dulu, kalau aku banyak pikiran yang ada kepalaku semakin pusing. Aku juga tidak ingin membuat Tiar khawatir, karena kalau ia ikut merawatku pekerjaannya juga semakin lama selesai. Tidak lama kemudian Tiar kembali dengan kantong plastik putih. Pasti isinya obat.

"Aduh obatnya banyak banget sih, Mas. Padahal cuma maag, tapi obatnya udah kayak apaan deh." gerutuku.

"Jangan gitu, Ai. Ini juga ada obat buat nambah darah, ada vitamin juga. Yaudah balik ke hotel yuk, biar kamu cepat minum obat abis itu makan."

"Ayay, Kapten." jawabku sambil memberi hormat. Kami pun tertawa kecil.

"Sherly, aku sama Kira pulang dulu ya. Maaf harus tinggalin kerjaan, aku nggak mungkin kembali ke tempat proyek. Aku mau ngerawat Kira dulu, insyaAllah besok bisa kembali kerja. Aku sudah menyerahkan ke Farel jadi untuk sementara ia yang mengawasi semuanya." ucap Tiar sambil memegang tanganku. Kami sudah berdiri, Sherly ada di hadapan Tiar.

Past & FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang