Magang (2)

11.4K 710 1
                                    

Kami-karyawan desain interior-mulai memasuki ruang meeting. Hari ini ada dua rancangan yang akan dipresentasikan. Salah satunya rancanganku. Aku berdoa agar rancangan ku ini dapat diterima oleh semuanya. Dan dapat jadi pilihan untuk diperkenalkan dengan klien nanti.

Bachtiar belum masuk ke ruangan. Mungkin dia belum menyiapkan berkas-berkasnya untuk meeting kali ini.

Terdengar pintu diketuk dan masuklah Farel bersama dengan Tiar. Mereka sepertinya sudah siap melihat presentasi kami. Yang pertama Sofia, presentasinya sangat menarik. Membahas desain ruang tamu. Idenya sangat kreatif, tapi aku tidak mau kalah. Aku sudah menyiapkan desain untuk ruang kamar.

Sofia menutup presentasi dan seluruh karyawan bertepuk tangan atas rancangannya. Selanjutnya aku. Dengan mengucap bismillah aku memulai presentasi.

Aku mengambil tema kamar tidur minimalis. Aku sengaja mengambil tema itu. Selain untuk menghemat biaya untuk mengaplikasikannya, desainku lebih diperuntukkan untuk anak-anak. Apalagi untuk kakak adik yang jarak umurnya tidak terlalu jauh. Aku membuatnya se simple mungkin. Agar pemakai nya nyaman saat berada di dalamnya, walaupun ruangan tersebut terbilang sempit.

Kututup presentasi ku dengan kepercayaan diri yang tinggi. Ku lirik Tiar sebentar, ia menatapku sambil tersenyum. Aku mengalihkan pandangan ke teman-temanku dan mengucapkan salam penutup.

Bachtiar berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke depan seluruh karyawan. Ia memberi sedikit tanggapan mengenai desain kami. Dan ia cukup puas atas desain yang ada. Ia mempersilakan karyawan untuk kembali ke meja kerjanya. Aku pun berjalan menuju pintu, tapi tiba-tiba Tiar memberhentikanku.

"Kamu jangan keluar dulu, Ra. Ada yang ingin kubicarakan." Aku mendengus mendengarnya. Aku belum siap saja membicarakan hal tadi pagi. Sebisa mungkin aku menghindari bahasan itu.

"Maaf, Pak. Tapi saya masih ada pekerjaan di luar. Banyak laporan yang harus saya kerjakan." Kilahku.

"Kamu tidak bisa menghindar Kira. Aku tau kamu menghindariku, tapi kamu tau kan konsekuensi apa yang harus kamu terima dari perkataanmu tadi pagi." ia tersenyum miring saat mengucapkannya. Masih sama seperti dulu.

"Aish kamu mah nggak pengertian pisan... tidak seharusnya kita membicarakan masalah pribadi di kantor. Dan Pak Farel, seharusnya Anda mengingatkan bos anda ini kalau masalah pribadi tidak boleh di sangkut pautkan dengan urusan kantor. Ini malah manut manut saja..." ucapku kepada Farel.

"Kenapa selalu aku sih yang disalahkan? Aku hanya menuruti perkataannya. Sebagai teman aku juga seharusnya membantu supaya ia cepat mendapat apa yang diinginkannya. Selama itu positif." Percuma saja aku berkata dengan Farel. Jelas ia membela sahabatnya ini yang sekarang sedang tersenyum lebar.

"Pak Bachtiar yang terhormat, bukannya saya membantah perintah Bapak. Tapi saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan saya untuk magang disini. Jadi tolong...tolong sekali. Ijinkan saya untuk bekerja dengan tenang hari ini."

"Kira...kenapa kamu keras kepala sekali? Tinggal duduk saja dan dengarkan penjelasanku."

"Sekali lagi saya tegaskan Pak. Saya harus bekerja dan menyelesaikan tugas saya. Banyak laporan yang harus saya buat. Jika bapak terus mengganggu, lebih baik saya pindah perusahaan saja. Tidak papa saya kehilangan kesempatan, daripada saya bekerja terus terusan diganggu oleh direkturnya." hahaha manjur juga perkataanku. Tiar menutup mulutnya cepat cepat.

"Yah jangan gitu... Oke oke aku tidak akan menganggumu lagi. Ancamanmu menyeramkan sekali. Nanti ba'da maghrib aku ke rumahmu saja. Lebih baik bicara dengan ibumu saja, kalau bicara denganmu hanya membuatku semakin kesal."

"Kesal kesal tapi tetap kamu cintai.." ucapku lirih sambil terkikik.

"Kamu bilang apa, Ra?"

"Tidak.. tidak Pak. Kalau begitu saya permisi dulu. Assalamu'alaikum Pak Tiar, Pak Farel." Ucapku sambil berjalan keluar ruangan meeting.

***

Bachtiar POV

Tidak kusadari Kira yang sekarang sangatlah keras kepala. Ia selalu saja menolak untuk berbincang denganku. Dan apa katanya tadi, ia mengancam ingin keluar dari sini? Oh tidak bisa... Apa yang sudah menjadi milikku tidak akan kubiarkan lepas begitu saja.

Hah sekarang aku bisa menyebutnya milikku. Betapa bahagianya aku sekarang...

Dengan terpaksa aku membiarkannya keluar dari ruangan ini. Walau sebenarnya aku masih ingin ia berada disini bersamaku. Alhamdulillah masih ada Farel, jadi aku tidak kehilangan kendali sepenuhnya. Aku membantunya membereskan berkas yang ada di meja. Dan aku keluar dari ruangan meeting.

Aku tersenyum saat para karyawan interior menyapaku lagi. Tapi saat aku tiba di tempat nya ia malah pura-pura tidak melihat ku, sibuk mengerjakan tugasnya.

Siapa lagi kalau bukan Kira. Ia benar-benar membuatku berubah seratus delapan puluh derajat bila berhadapan dengannya. Wibawaku sudah tidak kupedulikan lagi bila ada didepannya. Aku bisa menjadi lelaki yang manja dan lembut bila dengannya.

Allah betapa indahnya perasaan ini... Ridhoilah cinta ini. Jadikan cinta di hati ini sebagai perantara cintaku pada-Mu.

***

Sengaja dibuat pendek ya teman-teman

Edited : 10/05/2017

Past & FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang