4. Magang (1)

14.7K 798 9
                                    


Zakira POV

Alhamdulillah para karyawan IGC ramah dan baik, terutama divisi interior-tempatku bekerja. Mereka sangat membantuku bila ada pekerjaan yang masih belum kukuasai. Mereka mengajariku dengan sabar, jadi aku mudah memahaminya. Ini masih hari pertama magang, tapi sudah banyak ilmu yang kudapatkan. Masih tiga bulan lagi aku disini, pasti akan banyak lagi pelajaran yang dapat aku ambil untuk bekalku nanti.

Bachtiar juga sepertinya punya banyak pekerjaan. Aku tidak melihatnya, padahal waktu istirahat sebentar lagi. Apa ia tidak ingin bertemu denganku karena percakapan kami tadi pagi? Sepertinya tidak mungkin. Aku yakin Bachtiar bisa berpikiran yang lebih dewasa, jadi tidak mungkin ia menjauhiku karena percakapan tadi.

Aku tidak ingin tali silaturahim kami terputus lagi, aku hanya butuh waktu untuk berdamai dengan masa lalu.

Ya, semenjak Bachtiar meninggalkanku sendirian tadi aku terus memikirkan perkataannya. Bachtiar benar, karena masa lalu aku bisa menjadi seperti sekarang. Tidak mudah terbawa emosi dan juga lebih lapang bila tertimpa musibah. Insyaa Allah aku bisa cepat berdamai dengan semuanya.

Baru beberapa jam aku bekerja disini, aku sudah mengenal dekat beberapa karyawan di divisiku. Tapi yang paling dekat ya dengan Alifia-karyawan yang duduk di sampingku. Fia, panggilan akrabnya, ia wanita yang ramah dan anggun. Ia tiga tahun lebih tua dariku dan ia sudah memiliki suami, namun belum dikaruniai seorang anak. Pernikahannya sudah berjalan hampir tiga tahun.

Ia bercerita, jika setelah lulus sarjana ia langsung menikah. Sebenarnya, aku juga ingin seperti itu, tapi sampai sekarang saja belum ada lelaki yang datang melamar.

Aku terus menunggu laki-laki yang sholeh untuk mengkhitbahku langsung ke Ibu, dan pastinya ke Pakde-pakdeku. Karena wali nikahku akan jatuh ke salah satu dari mereka. Mau tidak mau calonku harus meminta ijin kepada mereka.

Kembali ke pekerjaan. Setelah menikah Fia langsung bekerja di Ibrahim Group. Ia diberi kewenangan oleh suaminya bila ingin bekerja. Asal ia bisa membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan. Dan satu hal yang baru ku ketahui, Ibrahim Group memberi banyak dispensasi bagi karyawan wanita yang sudah menikah.

Mendengar hal tersebut, membuat keinginanku semakin bertambah untuk bisa bekerja disini. Aku harus berusaha keras agar aku bisa mengalahkan pesaing-pesaing ku nanti saat melamar pekerjaan disini.

Sekarang sudah jam dua belas tepat. Tanda istirahat siang kantor. Aku tidak ingin ke kantin. Aku terbiasa membawa bekal makan, selain untuk berhemat, makanannya sudah jelas sehat karena aku sendiri yang memasak. Tapi sebelum makan, aku ingin sholat dulu karena adzan sudah berkumandang.

Kulihat juga para karyawan tidak menuju kantin tetapi ke arah lain. Aku baru tau juga bila disini ada muadzinnya. Aku belum sempat bertanya banyak tentang kantor ini dengan Fia.

Indahnya suara adzan di kantor ini. Suaranya merdu dan membuat para pendengar akan sejuk hatinya. Aku tadi sudah bertanya ke Fia dimana letak musholanya, ternyata satu lantai dengan ruanganku. Tetapi aku ingin ke toilet dulu.

Setelah menemukan mushola, aku langsung ambil wudhu. Alhamdulillah letak tempat wudhu pria dan wanita dipisah. Di beberapa mushola letak wudhunya digabung. Membuatku risih karena harus membuka aurat padahal ada ikhwan di dekatku.

Selesai aku wudhu, iqamah berkumandang. Suara tadi lagi. Ah tenangnya hati ini mendengar seruan sholat. Cepat-cepat aku memakai mukena. Aku tidak sempat melihat orang yang mengumandangkan adzan tadi, karena shaf laki-laki dan perempuan dibatasi oleh tirai tinggi.

Sholat berjamaah di kantor ini sangat khusyu', seperti di masjid dekat rumahku. Usai sholat, karyawan maupun karyawati tidak langsung beranjak dari tempatnya. Mereka turut ikut berdoa bersama, yang dipimpin oleh imam. Aku benar-benar bersyukur untuk bisa bergabung di perusahaan ini, walau sebagai karyawan magang.

Past & FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang