2. Hati yang Merindu

19.9K 1K 15
                                    

Zakira POV

Ucapanku tempo hari ternyata salah. Aku tidak bisa menganggap pertemuan itu sebagai angin lalu. Lelaki itu berhasil merebut perhatianku. Muncul banyak pertanyaan di benakku tentang lelaki itu. Mulai dari kemunculannya kembali, lalu pertemuannya dengan bu Diska dan maksud dari kedatangannya ke kampus. Bukankah ada banyak sekali kampus di Jakarta? Lantas mengapa harus di kampus tempatku mencari ilmu?

Ya Allah... banyak sekali pertanyaan yang mengganggu. Tapi belum ada satu pun pertanyaan yang terjawab...

Dulu aku sudah berjanji akan melupakan peristiwa sepuluh tahun yang lalu. Tapi saat melihatnya kemarin lusa, hati ini menjadi sesak lagi. Dan di saat yang bersamaan, berdebar kencang.

Aku belum pernah merasakan hal seperti ini. Aku mengerti apa artinya itu, tapi mengapa harus muncul perasaan seperti itu padanya? Mungkinkah masih ada perasaan itu?

Pertanyaan terakhir terdengar sangat tidak masuk akal. Sepuluh tahun lalu, berarti usiaku masih sebelas tahun. Di usia yang masih sangat muda, jelas aku belum mengenal apa itu cinta. Aku hanya tahu, sejak dulu, aku selalu mengaguminya. Tapi rasa kagum itu perlahan memudar seiring berjalannya waktu. Rasa kagum yang berganti menjadi rasa benci, namun berganti lagi menjadi penyesalan.

Salah satu penyebab aku berubah juga karena peristiwa itu. Aku bertekad untuk menutup aurat tepat di usiaku yang kedua belas tahun. Walaupun saat itu kerudung dan pakaian yang kukenakan belum seperti sekarang. Tapi setiap harinya aku terus berusaha untuk memperbaiki diriku. Lambat laun, aku semakin memahami makna sebenarnya dari berpakaian syar'i.

Di setiap sholat, aku selalu meminta agar diberikan cinta yang tertaut kepada-Nya. Karena aku menyadari, aku belum bisa membagi cintaku yang belum sempurna ini. Jadi sebelum waktunya tiba, aku tidak ingin merasakan cinta kepada selain-Nya. Apalagi bila cinta itu membuatku jauh dengan-Nya.

Aku masih bertanya-tanya alasan ia datang ke kampusku. Dan mengapa juga harus masuk ke kelasku. Sepertinya ia bukan mahasiswa di kampusku, bukan juga dosen karena aku hampir mengenal seluruh dosen disini. Aku aktif di berbagai kegiatan mahasiswa. Tapi aku tidak pernah melihatnya hingga kemarin lusa. Aku bertemu kembali dengannya.

Lelah dengan pertanyaan yang belum kutemukan jawabannya, kualihkan pikiranku ke Ibrahim Group Company. Aku mendengar kabar jika perusahaan pusat IGC sedang merekrut mahasiswa untuk magang disana dan kemungkinan besar dapat bekerja di perusahaan tersebut. Aku berharap akulah yang dipilih untuk bisa magang disana.

Tapi syarat yang diajukan Direktur Utama IGC sangatlah banyak dan kudengar Direktur Utama IGC meminta tolong secara langsung pada bu Diska untuk mencarikan mahasiswa yang berkompeten.

Saat aku sedang memikirkan Bu Diska, aku merasakan tepukan di pundak kananku. Aku pun menoleh dan mendapati Bu Diska tersenyum manis ke arahku. Beliau adalah salah satu dosen yang paling akrab denganku.

"Assalamu'alaikum, Kira. Ibu menganggu tidak?"

"Wa'alaikumussalam, Bu. Tentu saja tidak, Kira hanya sedang berpikir tentang mahasiswa yang akan magang di Ibrahim Group." Jawabku sambil tersenyum malu.

"Wah tepat sekali. Ibu juga ingin membicarakan itu denganmu. Sebenarnya Ibu ingin Kira yang magang di sana, karena ibu tahu kamu mempunyai bakat lebih. Dan kamu juga memenuhi persyaratan yang diajukan pihak IGC.

"Tetapi sebelum kamu magang disana, kamu harus bertemu dulu dengan Direktur Utama IGC. Beliau ingin memastikan bahwa mahasiswa yang akan magang disana benar-benar memenuhi persyaratan. Karena kamu tahu kan, mahasiswa magang akan mendapat peluang banyak untuk bisa bekerja disana. Bagaimana menurutmu?" terang Bu Diska yang membuatku bahagia. Jelas saja aku sangat bahagia. Ini adalah kesempatan yang berharga untukku. Tidak sembarang orang bisa magang disana.

Past & FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang