Magang (3)

11.5K 698 4
                                    

Zakira POV

Aku tidak bohong, banyak berkas yang harus ku kerjakan. Aku tahu kalau Tiar tersenyum pada teman-temanku. Ia juga melihat tempat kerjaku, tapi kubiarkan. Aku harus segera menyelesaikan laporan ini bila tidak ingin kena marah oleh dosen pembimbing ku.

Tak terasa sudah masuk waktu dzuhur. Aku segera melangkahkan kaki menuju mushola. Kudengar adzan sudah berkumandang, tapi ada yang beda. Itu bukan suara Tiar. Walaupun sama merdunya tapi aku hafal betul suara Tiar. Mungkin ini bukan jadwalnya, pikirku.

Ku ambil wudhu dan masuk kedalam mushola. Iqamah sudah dikumandangkan, dan aku sudah menempatkan diri di shaf depan. Selesai sholat aku berdoa sebentar memohon bimbingan atas apa yang kulakukan tadi pagi. Semoga Allah meridhoi pilihan yang aku tetapkan. Aku kembali ke ruangan interior, sudah ada berkas baru di mejaku.

"Ra, itu desain untuk klien baru. Tolong kasih masukan untuk desain itu. Klien sudah setuju tapi dia meminta tambahan sedikit. Jadi menurutku kamu bisa menambahi desain itu. Apalagi itu desain untuk anak-anak, kamu pasti suka." ujar Dini, salah satu karyawan interior.

"Siap kapten. Aku menyukai desain ini. Ku pikir di bagian sudut bisa ditambah sesuatu entah meja atau kursi, tapi temanya masih anak-anak. Kartun mungkin, coba tanyakan saja apa kesukaan anaknya. Bisa jadi anaknya punya keinginan untuk menaruh suatu barang disana."

"Boleh juga itu, mungkin harus kutanyakan dulu ke klien. Terima kasih untuk masukannya. Tidak salah Pak Bachtiar memilih mu untuk magang disini. Tidak salah juga ia memilih mu sebagai calon pendamping." ucapnya sambil menggodaku.

"Apaan sih kamu, Din. Malah ngomongin Pak Tiar segala. Ini masih di kantor, jangan bawa-bawa urusan pribadi."

"Tetap saja, Ra. Wajahmu merah seperti tomat. Hahaha kamu lucu. Ku doakan semoga semuanya lancar yaa."

"Amin amin. Jazakillah, Din. Ada lagi yang bisa ku bantu? Hitung hitung untuk menambah pengetahuan juga."

"Untuk saat ini belum ada. Tunggu saja, Ra. Jasa interior saat ini banyak dibutuhkan. Mejaku saja selalu penuh hehehe. Mungkin sebentar lagi ada yang meminta saran mu untuk desain ruangan. Karena tadi kudengar ada klien baru yang meminta tolong untuk mendesain kamarnya. Sekarang lagi meeting dengan Pak Fajri."

"Ohh oke oke siap. Aku senang kalian bisa menerima ku disini, mau membantuku."

"Kami juga senang, Ra. Kamu cepat untuk belajar hal-hal baru. Jadi tidak menambah pekerjaan kami. Baru beberapa hari disini kamu sudah banyak membantu. Apalagi dengan presentasi mu tadi. Ku jamin Pak Bachtiar bangga punya calon pendamping seperti kamu."

"Aiihh kenapa bahasnya ke Pak Tiar lagi sih. Kan kita lagi ngomongin pekerjaan interior."ucapku cemberut tapi tetap blushing.

"Iya deh iya. Nggak bahas bahas Pak Bachtiar lagi deh. Udah yaa aku balik ke mejaku dulu. Mau konfirmasi lagi ke klien. Sekali lagi terima kasih atas masukannya. Assalamualaikum, Ra." ucapnya sambil menunduk sedikit menghadap belakangku. Aku pun ikut menoleh ke belakang.

"Assalamu'alaikum, Ra. Bagaimana laporan mu? Sudah selesai?" Aku memutar bola mata tanda malas. Tiar ke ruanganku lagi. Di dampingi Pak Fajri juga sih. Ingin membahas pekerjaan mungkin.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah, Pak. Alhamdulillah sudah selesai. Ada yang bisa saya bantu?"

"Iya, Ra. Saya dan Pak Fajri baru saja meeting dengan klien yang tak lain adalah adiknya Pak Farel. Ia meminta perusahaan ini untuk mendesain kamar barunya. Maklum pengantin baru. Jadi setelah berunding sebentar dengan Pak Fajri, kami mempercayakan desain itu untuk kamu buat. Deadline satu minggu, setelah desain jadi dan Sabrina setuju kamu langsung mendesain lokasi. Bagaimana?"

Past & FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang