Khitbah dan Kejutan

14.4K 739 6
                                    

Backsong : Bidadari Tak Bersayap - Anji

Zakira POV

Aku dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Bunda. Sudah sejak kemarin aku berencana menjenguk Farah, ia sahabatku sejak sekolah dasar. Ia juga yang setia menemaniku disaat teman-teman yang lain menjauhiku. Aku tidak pernah dendam dengan mereka. Aku menganggapnya wajar, karena saat itu kami masih sangat kecil. Belum mengerti mana yang baik dan mana yang buruk.

Aku berjalan menyusuri koridor dan mencari ruangan inap Farah. Kemarin ia sudah memberi tahuku nama ruangannya. Jadi tidak sulit untuk menemukannya. Ku ketuk pintu dan terdengar seruan dari dalam.

"Assalamu'alaikum Ibu Farah... cie ciee yang udah punya anak."

"Wa'alaikumussalam, Kira. Ish kamu itu apa sih. Jangan panggil aku ibu, aku belum tua. Cukup nanti anakku saja yang memanggil ku dengan sebutan itu."

"Iya iya, Mama Muda. Kamu sensi banget sih. Nih aku bawain puding mangga, kesukaanmu. Maaf aku baru bisa jenguk sekarang, kemarin ada acara kantor dan aku harus hadir."

"Iya nggak apa-apa. Kamu datang hari ini aja aku sudah berterima kasih. Oh yaa kamu belum cerita. Memangnya kamu kerja dimana?"

"Alhamdulillah aku dipercaya untuk magang di Ibrahim Grup. Tiga bulan, Insya Allah akan banyak ilmu yang aku terima dari sana."

"Ibrahim Grup??? Perusahaan nasional itu??"

"Hushhh jangan teriak teriak. Nanti anakmu bangun. Iyaa aku magang disana. Dan Alhamdulillah direktur Ibrahim Grup itu teman kita saat SD. Kamu masih ingat Bachtiar?"

"Bachtiar?" tanya Farah dengan terkejut.

"Iya benar. Kamu tau kan bagaimana hubunganku dengan Tiar dulu. Alhamdulillah sekarang hubungan kami membaik. Dia telah menyadarkanku akan satu hal. Sampai kapanpun aku nggak akan bisa melupakan masa lalu. Jadi mulai sekarang aku berusaha untuk berdamai dengannya. Seperti yang kamu tahu, gimana hancurnya aku saat ayah meninggal ditambah dengan perlakuan kasar teman-teman."

"Udah ah, jangan bahas itu. Nanti aku nangis lagi kalau ingat yang dulu-dulu."

"Aku juga nggak ingin bahas masalah itu, Far. Aku hanya mengingatkanmu siapa Tiar itu. Hehehe. Udah itu pudingnya dimakan. Aku mau sholat maghrib dulu. Aku baru sadar kalau Zaki nggak ada, kemana suamimu? Belum pulang kerja?"

"Udah tadi jam 4, cuma pulang ke rumah dulu. Habis maghrib nanti kesini. Yaudah sholat dulu sana. Aku mau makan puding dulu."

***

Tidak terasa sudah dua jam aku menghabiskan waktu disini. Aku harus segera pulang bila tidak ingin kemalaman. Apalagi ibu yang pasti sudah menungguku pulang.

"Far, aku pamit ya. Suami kamu kan udah datang. Aku nggak enak sama Ibu kalau pulang malam. Tadi Tiar juga bilang kalau dia dan mamanya mau main ke rumah. Yang baru aku tau, ternyata orangtua kami itu sahabat lama. Aku mengetahuinya waktu kemarin ibu ikut makan malam bersama. Dan di perjalanan pulang, ibu baru menceritakannya."

Ekspresi yang tidak kuduga dari Farah. Mulutnya terbuka sangat lebar dengan mata terbelalak. Ekspresi ini sangat jarang ditunjukkan Farah karena ia memang perempuan yang anggun. Beruntungnya ia karena tidak ada sang suami yang melihat ekspresinya. Kalau ada suaminya, ia akan sangat malu. Karena aku yakin, Zaki tidak pernah tahu ekspresi Farah jika benar-benar terkejut.

"Kamu serius? Nggak bercanda, kan?"

"Untuk apa aku bercanda, itu memang kenyataannya. Dan aku nggak ambil pusing tentang hubungan orangtua kami. Biarlah kejadian dulu menjadi rahasia diantara kami. Jangan sampai ibu dan mamanya Tiar tau. Karena bisa jadi, akan timbul masalah baru."

Past & FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang