10

900 90 5
                                    

Sangat disarankan untuk mendengarkan lagu ballad. Lagu ballad yang mendukung author buat menulis cerita ini : Isyana Sarasvati - Mimpi (recommended)

LEE JAYOUNG

Aku tidak tahu ini benar atau tidak. Tapi sekarang aku berdiri disini, didepan sekolahku. Bahkan dari luar gerbang pun aku dapat mendengar bagaimana riuhnya acara pentas seni yang diselenggarakan sekolah. Tidak ada yang tahu bahwa aku akan ikut dalam acara tahunan ini kecuali Appa. Bahkan Dokyeom atau pun Ahri sekalipun tidak tahu menahu soal ini. Dengan kondisiku yang seperti ini sangat memungkinkan bagi Dokyeom untum melarangku ikut di acara ini.

Aku sengaja mengenakan make up, padahal biasanya tidak. Aku ingin menutupi kulit pucatku.

Pada akhirnya aku melangkah menuju lapangan tennis outdoor dimana main stage berada. Alunan musik dari band indie mengalun saat aku memasuki lapangan tersebut, ternyata pentas seni ini tidak hanya untuk siswa-siswi dalam sekolah tapi luar sekolah pun boleh berpartisipasi. Aku berdiri di barisan paling belakang, memperhatikan kerumunan yang berloncat-loncat mengikuti beat musik.

"Hei," Ucap seseorang sambil menepuk pundakku. Aku mengerutkan dahiku bingung.

"Aku Joshua, salam kenal." Ucap laki-laki itu sembari mengulurkan tangannya namun aku hanya tersenyum singkat dan mengalihkan pandanganku kedepan kembali, tidak berminat dengan perkenalan singkat itu.

"Uhm, jadi kau disini sendiri?" Tanyanya namun aku tak menggubris sama sekali. Dalam satu kali gerakan ia menarik tanganku dan membuat aku terhuyung kedepan tubuhnya, bahkan jarak wajah kami hanya beberapa inchi.

"Aku tidak suka diacuhkan, kau tahu?" Tanyanya membuat jantungku berdegup dua kali lebih cepat. Takut dia melakukan hal yang tidak-tidak.

Bug!

Namja bernama Joshua itu jatuh ke tanah, dengan darah mengalir dari sudut bibirnya. Aku hanya bisa menutup mulutku dengan kedua tanganku, masih shock dengan kejadian barusan.

"Jangan pernah sentuh dia, mengerti kau?" Ucap Mingyu dengan tatapan tajamnya pada Joshua.

"Kau memang siapanya, huh?" Tanya Joshua sambil menatap Mingyu dengan tatapan meremehkan.

"Tidak perduli aku memiliki hubungan apa dengannya, jangan pernah sentuh dia atau pun menampakan wajahmu di hadapannya lagi. Mengerti?" Ucap Mingyu lalu menarik tanganku untuk menjauh dari kerumunan.

Aku memandang tangan kami yang saling bertautan, untuk pertama kalinya aku sangat senang ketika tangan Mingyu kembali menggenggam tanganku. Aku rindu perasaan ini, aku rindu berada di dekat Mingyu. Aku rindu Kim Mingyu.

"Jadi apa yang kau lakukan disini? Kudengar kau tidak masuk hampir seminggu lebih?" Tanyanya sambil bersandar pada pinggir pagar atap sekolah. Aku memberanikan diri untuk berdiri disampingnya, menikmati pemandangan langit malam dan semilir angin yang menerpa wajahku.

"Aku pergi ke suatu tempat." Kilahku.

"Benarkah? Kemana?" Tanyanya sambil mengeluarkan benda tabung tersebut dari sakunya.

"Kau merokok lagi?" Tanyaku dengan sedikit terkejut, melupakan pertanyaan yang ia lontarkan.

Ia mendengus pelan.

"Apa kau masih memiliki hak untuk melarangku, Jayoung?" Katanya dengan penekanan pada namaku. Aku tidak tahu dia menyindirku atau apa, tapi aku membencinya. Aku benci ketika ia bersikap bahwa ia lah yang paling sakit hati disini.

"Tidak. Maaf." Ucapku entah untuk apa. Ia menyalakan rokoknya dan menghembuskan asapnya. Aku berusaha untuk tidak terbatuk, bahkan tak segan aku menutup hidungku agar asap itu tidak terhirup.

NO SMOKING [FF SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang