12

1.1K 102 8
                                    

AUTHOR POV

"Kami memiliki kabar baik untuk anda." Ucap orang dengan jas putih tersebut. Kedua pria dan wanita paruh baya itu bisa merasakan jantungku berdebar cepat, ada perasaan senang yang bisa membuncah kapan saja.

"Jayoung, anak anda dapat sembuh dengan melaksanakan transplantasi jantung, kami sudah menemukan jantung yang cocok." Ucap dokter itu membuat kedua orang tua itu tersenyum sumringah. Bahkan Jayoung Eomma tidak kuasa menahan air mata bahagianya.

"Kapan kami bisa melaksanakan operasinya, Dok?" Tanya Jayoung Appa. Dokter itu berdeham pelan sambil meminta perawatnya mengecek jadwal.

"Namun ada beberapa hal yang perlu anda ketahui. Transplantasi ini kemungkinan besar akan berhasil sembilan puluh lima persen dan kecil kemungkinan untuk tidak berhasil. Tiga puluh hari pertama setelah operasi adalah masa krusial, namum ketika pasien mampu melewatinya sembilan puluh persen pasien bisa dikatakan berhasil. Untuk biaya sendiri, biayanya cukup besar." Dokter itu membenarkan letak kacamatanya lalu menatap Eomma dan Appa.

"Gwenchana, kami tidak mempermasalahkan soal biaya demi kesehatan anak kami. Kemungkinan tidak berhasil juga sangat kecil bukan? Kami yakin, Jayoung anak yang kuat dan operasinya akan berhasil." Ucap Jayoung Appa yakin, seyakin-yakinnya.

"Baik, kalau begitu tolong tanda tangan disini. Bukti bahwa anda telah setuju dengan segala prosedurnya." Kata Dokter itu sambil memberi selembar kertas dan tanpa ragu Appa dan Eomma menandatanganinya.

"Untuk operasinya akan dilaksanakan minggu depan."

KIM MINGYU

"Appa dan Eomma ngapain, sih? Kok lama di ruangan dokternya?" Ucap Jayoung sambil menekan tombol di remote televisi.

"Sabar, mungkin soal kau keluar dari rumah sakit ini."

"Benarkah?" Tanya Jayoung senang mendengar jawaban Dokyeom.

Dokyeom hanya menggedikan bahunya membuat Jayoung mencibir pelan sedangkan aku hanya tertawa melihat percakapan kakak adik itu.

"Aku keluar dulu, ya. Ingin ke toilet." Kata Dokyeom tiba-tiba membuat aku dan Jayoung hanya berdua.

"Aku bosan disini." Katanya sambil menghembuskan nafas pelan. Aku mengelus rambutnya.

"Sabar sedikit, Jayoung. Setelah kau sehat, pasti boleh keluar dari rumah sakit. Kita akan sekolah bersama lagi, kalau perlu tiap pagi kuantar jemput deh!" Ucapku membuat ia tersenyum kecil.

"Cih, kalau antar jemput tiap pagi sih, Dokyeom juga bisa.""

"Yang ini kan beda, ini bersamaku."

"Memang apa bedanya kalau denganmu?" Tanyanya membuat aku berpikir sejenak.

"Hmmmm... bedanya, lebih menyenangkan! Kita punya banyak waktu untuk berdua." Kataku membuat ia tertawa lepas, begitupula aku.

"Tapi, Mingyu." Ucapnya membuat aku berhenti tertawa.

"Kalau sembuhku lama, bagaimana?" Tanyanya membuat aku terdiam cukup lama.

"Kalau kau sembuh lama?" Tanyaku sekali lagi dan membuat ia mengangguk pelan.

"Aku akan tetap ada, untuk menemanimu mulai dari besok, lusa, bulan depan, dua bulan lagi, satu tahun lagi, dua tahun lagi, selamanya." 

DOKYEOM

"Kenapa tidak bilang padaku dulu?" Tanyaku, hampir saja berteriak didepan Appa. Eomma menyuruhku untuk tenang, aku berusaha, namun berita ini terlalu mendadak bagiku.

NO SMOKING [FF SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang