9

810 81 4
                                    

DOKYEOM POV

Aku mendapat telepon dari Appa kalau Jayoung menangis dikamarnya dan melewatkan makan malam, bahkan dia sampai mengunci kamarnya. Sial, ada apa lagi sekarang?

Tadi aku harus meninggalkannya di rumah Mingyu karena penyakit Eomma tiba-tiba kambuh dan belum lama aku beristirahat di rumah, Appa menelpon bahwa Jayoung menangis. Sekarang aku disini, didepan pintu kamar Jayoung dan masih berusaha untuk membujuknya keluar.

"Jayoung, ayolah. Kau boleh sedih tapi makan dulu lalu minum obat lalu boleh sedih lagi." Bujukku namun aku hanay mendengar suara tangisan Jayoung yang histeris.

"Ini, Appa temukan kunci cadangannya!" Ucap Appa sembari menyerahkan kunci tersebut kepadaku, aku segera memasukan kunci itu dan memutar knopnya. Aku segera berjalan menuju Jayoung yang tengah berbaring memunggungiku.

"Jadi, jelaskan padaku ada apa?" Kataku sambil mengusap kepalanya, bahkan air mata terus mengalir melewati pipinya.

"Apa ada hubungannya dengan Mingyu?" Tanya Appa dengan suara dingin, nyaris marah. Lantas aku memegang tangan Appa untuk tidak larut dalam emosi sematanya.

"Jayoung, jangan seperti ini. Kalau kau begini, aku juga ikut sedih." Ucapku berusaha menghiburnya, namun nihil.

"Appa rasa kalian perlu waktu berdua, kalau begitu Appa pergi sebentar ya." Ucap Appa berlalu pergi tanpa sempat aku menahannya. Mataku kembali beralih pada Jayoung yang masih menangis dalam diam.

"Jayoung, jelaskan apa yang membuatmu menangis seperti ini?" Tanyaku, entah untuk keberapa kalinya.

"M-mingyu." Ucapnya dengan suara serak.

"Dia, kenapa?"

"Dia memintaku u-untuk tidak hadir lagi dalam hidupnya." Ucap Jayoung lalu dia mulai kembali menangis lagi. Aku terdiam berusaha mencerna apa yang barusan di katakan Jayoung.

"M-mingyu mengatakan seperti itu? Bukankah dia mencintaimu?"

"Tadinya begitu. Namun, ia menganggap bahwa aku hanya mempermainkannya, dia marah. Dan aku hanya bisa pergi dari rumahnya setelah ia tidak mau melihat muka ku lagi. Dan kau..."

Jayoung menatap mataku.

"Kau kemana? Kenapa hilang? Aku pulang sendirian sambil menangis seperti orang gila. Dokyeom, kenapa kau meninggalkanku?" Tanyanya sambil menatap mataku.

"Mian, Jayoung. Eomma memintaku untuk segera pulang. Aku kira meninggalkanmu di rumah Mingyu akan baik-baik saja namun kenyataannya kau malah seperti ini. Mianhae." Ucapku sambil merengkuhnya dalam pelukanku.

Jayoung menangis lagi dalam pelukanku dan aku hanya bisa menyesali perbuatanku. Membuat Jayoung sakit hati lagi karena keputusanku yang salah.

Kim Mingyu, awas kau.

KIM MINGYU

Aku duduk di salah satu rumah makan cepat saji. Sesuai dengan pesan singkat yang dikirimkan Dokyeom, ia ingin bertemu denganku. Entah untuk apa, tapi pasti tentang Jayoung dan aku.

Dokyeom menatapku dengan tatapan paling tajamnya yang pernah aku lihat.

"Jadi?" Tanyaku.

"Aku minta kau untuk menjauhi Jayoung." Ucap Dokyeom, tanpa ada keraguan disana. Aku membulatkan mataku sempurna, mengepalkam tanganku erat diatas paha.

"Atas dasar apa kau menyuruhku seperti itu?" Tanyaku dengan tajam, ia mengangkat sudut bibirnya kecil. Seakan meremehkanku.

"Aku, kakak Jayoung dan aku tahu itu. Sudah menjadi tanggung jawabku untuk melindunginya. Kau, hanya sumber kesakitannya selama ini dan aku pantas. Jelas pantas untuk mengenyahkanmu dalam kehidupan Jayoung. Lagipula bukankah kau juga ingin Jayoung pergi dari hidupmu? Tapi kenapa sekarang kau malah mengulur-ulur seperti ini?"

NO SMOKING [FF SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang