8

857 86 5
                                    

DOKYEOM

Jam lima dini hari, aku duduk di dalam mobil. Tepatnya menghentikan mobilku di depan rumah Mingyu. Rumahnya sederhana dan tamannya luas. Aku turun dari mobilku berjalan kedalam pekarangan rumahnya dan berdiri didepan pintu rumah tersebut.

"Permisi." Ucapku sambil menekan bel.

Sekali, tidak ada jawaban.

Ku tekan bel itu untuk kedua kalinya dan pintu itu terbuka. Namun bukan sosok Mingyu yang kudapat melainkan sosok wanita paruh baya.

"Permisi, apa ada Mingyu?" Tanyaku namun wanita itu menggeleng.

"Tuan muda Kim tidak ada dirumah, entah kemana." Jawab wanita itu membuat dahiku mengerut pelan.

"Erghm, kemana yah? Dan kalau boleh tau, Ahjumma ini siapa?"

"Saya pembantu di rumah ini, saya tidak tahu tuan muda kemana." Ucapnya.

"Apa orangtuanya tidak tahu dia dimana? Aku perlu sekali bertemu dengan Mingyu"

"Ehm, orangtua Tuan Kim, sudah meninggal setahun lalu."

Deg.

Aku terdiam untuk sepersekian detik.

"M-meninggal?"

Ahjumma itu mengangguk pelan.

"Lalu, sekarang dia tinggal dengan siapa?" Tanyaku. Ahjumma itu menatapki ragu.

"Mianhamnida, tapi tidak etis apabila aku menceritakannya. Akan lebih baik jika tuan muda menceritakan semuanya. Apa ada yang ingin disampaikan jika tuan muda pulang nanti?" Ucap Ahjumma itu mengalihkam pembicaraan.

Aku menggeleng lalu tersenyum sebelum pada akhirnya pamit. Aku duduk di kursi kemudi dan memandang lurus kedepan.

Orangtua Mingyu sudah meninggal, kalimat itu masih terngiang dalam otakku. Aku hanya bisa menghela nafas berat sebelum akhirnya menyalakan mobilku dan memacunya.

Aku tidak tahu harus mencari Mingyu dimana, padahal aku ingin mengajaknya bertemu dengan Jayoung. Astaga, kenapa jadi serumit ini?

***

Aku duduk di sisi tempat tidur Jayoung, mengusap kepalanya pelan sembari memperhatikan wajah manisnya yang terlelap. Sesekali ia menggeliat pelan sampai pada akhirnya aku melihat matanya terbuka perlahan. Ia merentangkan tangannya, berusaha meregangkan otot-otot tubuhnya.

"Selamat pagi, Dokyeom." Kata Jayoung sambil mengusap matanya. Aku mengulum senyum.

"Pagi, adik kecil." Ucapku sambil menggelitik perutnya membuat ia tertawa kencang sambil menyuruhku untuk berhenti namun bukannya berhenti aku malah semakin gencar untuk menggelitiknya.

"Dokyeom, kau menyebalkan!" Ucapnya namun aku hanya tertawa pelan.

"Yang penting kan bisa membuatmu tersenyum, jadi katakan kenapa kau murung kemarin setelah bertemu Mingyu?" Tanyaku sambil duduk dihadapannya.

Ia terdiam, matanya menerawang jauh. Aku bisa mendengar ia menghela nafas sembari menarik selimut untuk membaluti separuh tubuhnya.

"Aku, aku rasa aku menyakitinya." Kata Jayoung sambil menatap mataku dengan sorot mata sedih.

"Menyakitinya? Karena?"

"Kemarin dia bilang, dia ingin aku menjadi yeojachingu nya. Namun aku menolak, aku beralasan bahwa ia harus memenuhi perjanjian itu. Dia tidak boleh merokok sama sekali."

"Jujur. Bukankah kau mencintainya, Jayoung?" Tanyaku pada Jayoung membuat matanya membulat, seakan tak menyangka aku akan melontarkan pertanyaan seperti ini.

NO SMOKING [FF SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang