Sehangat Pelukan Bunda

156 7 0
                                    

Weee, author hadir lagi nih. Sebenernya udah patah semangat. Ea gua lebay. Tapi karna vote pertama gua muncul, jadi tumbuh nih semangat yg lama terpendam. Eh malah curhat, cuzzz lanjut aja ceritanya. Voteee terus ya!!!!

*****

Samar-samar kurasakan sebuah tangan kekar tengah memelukku dalam diam, belain dirambutku mulai jelas terasa dan aku menggeliat oleh sesansinya. Kurasa Ayah telah membawaku kembali ke kamar. Dingin yang tadi mencekikku seakan luruh begitu saja. Huh, selalu seperti ini. Tergeletak di rerumputan dan terbangun di ranjang.

"An" Akhirnya Ayah bersuara, namun aku tetap diam."Maafkan Ayah" setetes air mata jatuh tepat mengenai pipiku. Apakah itu air mata Ayah? Hatiku menghangat bahkan hanya dengan memikirkannya.

Kurasakan sebuah kecupan mendarat dikeningku. "Tidurlah An" suaranya kembali datar tak bergelombang, lolos sudah air mata yang kutahan sedari tadi.

Inilah Ayah, muncul sebagai sosok menyeramkan dikala malam dan menjadi sosok malaikat dikala sang mentari mulai hadir menggantikan bulan yang enggan bertahan. Tak ada lagi Ayah setelahnya, hanya aku dan kegelapan yang selalu serta merengkuhku.

Lambat Laun kesadaranku mulai terseret indahnya mimpi. Kurasa aku terlelap 'lagi'.

﹏﹏﹏

Sinar mentari mulai menggigit wajahku perlahan. Mataku sembab, aku yakin meski tak dapat memastikannya. Kusingkap selimut tebal yang membungkusku dan bergegas ke kamar mandi.

Guyuran air hangat membelaiku perlahan, meninggalkan perih dalam setiap luka torehan Ayah. Aku tak mungkin terus bertahan seperti ini, aku harus memberontak!! Ya aku akan memberontak apapun hasilnya. Kusudahi ritual pagiku dan kubaringkan tubuh lemahku di ranjang. Kuraba salep disebelah ranjang dan mulai mengoleskannya pada bagian yang perih.

Ceklek...

Lama tak ada suara, hingga derap langkah sepatu terdengar. "An, ini aku Yuna" aku tak bergeming, aku terlalu marah karna Yuna tak pernah mengunjungiku. "Maafkan aku tak pernah mengunjungimu, ada ujian akhir yang harus aku selesaikan An." seakan dia tau apa yang tengah aku pikirkan. "An, apa Ayah menyakitimu lagi?" Sepertinya dia duduk disebelahku saat ini, untuk kesekian kalinya dia menjawab tanda tanyaku.

Aku bisa merasakan aromanya. Aroma khas milikku dan Yuna. Lagi-lagi air mataku terjatuh. Yuna memelukku, kehangatan itu menjalar begitu saja. Meluberkan es yang telah lama membongkah. "Aku kesepian, Na. Apakah kau tak merindukanku?" hanya itu yang mampu terucap dan kurasa itu sudah mewakili segala perasaanku saat ini.

"Kita satu An, bagaimana mungkin aku tak merindukanmu. Aku sangat merindukanmu An, jangan pernah merasa kesepian. Aku selalu dihatimu, begitupun Bunda. Kau tak pernah sendiri An" tes, lagi-lagi aku hanya sanggup menangis.

"Hari ini aku wisuda An dan aku ingin kau ada disana" ucapnya seraya mengusap air mataku.

Seutas senyumku terkembang, namun detik berikutnya kulepas senyum itu. "Itu adalah hal terakhir yang akan Ayah lakukan, Na. Mendengarmu lulus saja aku sudah bahagia. Selamat ya Na." Kurangkai senyum tulus terbaikku, aku memang bahagia bila saudari kembarku bahagia. Dan kurasakan tangan mungilnya merengkuhku. Perasaan hangat menjalariku, pelukan ini sama dengan pelukan Bunda. Selalu menenangkanku dan membuatku enggan untuk melepasnya...
" Sudahlah An jangan menangis, wajah cantikmu nanti luntur loh. Hehe. Berjanjilah padaku untuk tidak bersedih lagi?" Jari kelingkingnya menautku paksa. Akupun terkekeh dibuatnya.

"Aku berjanji Na, tapi berjanjilah untuk tidak meninggalkanku"

kudengar helaan nafas dari bibir merahnya "Aku janji An, aku akan selalu bersamamu, singgah dalam hatimu. Dan menjagamu selayaknya seorang kakak yang melindungi adik tercintanya." Gagasnya penuh janji dan ketulusan.

"Udahan ya An bapernya, males banget masih pagi jugak. Sekarang aku akan jadi orang pertama yang akan ngajak kamu menikmati dunia lagi, An. Hapuslah air matamu. Tak ada yang bisa menahanku kali ini, siapapun itu termasuk Ayah" dan tanpa kata-kata lagi Yuna sudah menyeretku keluar kamar. Selain pasrah hayati bisa apa? Eh bukan hayati deng.

~~~~

segini dulu deh, maafkan typo yang bertebaran yah. Pendek ya? rangkap 2 part deh hari ini. Ada yg minat nggak sih sama cerita ini? Huh jadi sedih, vote terus dong biar authornya semangat.

Oke????

tears AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang