Kenyataan

69 7 4
                                    

maaf kalo part ini lumayan baper, abisnya authornya gampang baper! Eh

a b a i k a n typo yak?

Cuzzz deh

enjoy boleh, vote jangan lupa :v

*****

Anna Pov~

Kukerjap-kerjap mataku, menyesuaikan cahaya yang memaksa masuk. Ini dimana? Apa yang terjadi? Belun semua nyawaku terkumpul kudengar sayup-sayup orang bertengkar. Bukankah itu suara Callia? Dan Lexi?

Kucoba berdiri meski kepalaku agak pening. Kubuka pintu perlahan dan menuju tangga, namun langkahku terhenti saat teriakan Callia menggema

"Dia bukan Yuna Lex, sadarlah!"

apa maksud Callia? Disana Lexi hanya mematung, mendengar ucapan Callia.

"Jawab aku Lex, sampai kapan dia jadi bonekamu?"

"Aku tak pernah menganggapnya boneka, Ca!"

"Tapi kau memperlakukannya sebagai Yuna, lalu kau sebut itu apa?"

"Yuna sendiri yang memintaku menjaganya" helaan nafas Lexi terdengar kasar.

"Lalu kau menurutinya begitu saja tanpa memikirkan perasaan Anna nantinya?"

"Tentu, tidak ada yang salah menurutku."

"Kenapa kau setega ini Lex?"

"Karna aku sangat mencintai Yuna, puas kau?"

"Cukup puas untuk bisa menyebutmu pecundang!"

Dan detik berikutnya aku mematung. Kalimat-kalimat selanjutnya tak lagi mampu kudengar. Semua masih begitu membingungkan dan sesak untukku. Lexi ada hubungan apa dengan Yuna? Bukankah mereka baru mengenal saat malam perpisahan itu? Lalu apa maksudnya dengan mencintai? Apa mereka sepasang kekasih?

Semua masih terus berputar di otakku, hingga suara itu mengagetkanku.

"Anna?"

Kudongakkan wajahku menatapnya, belum sempat kata selanjutnya terucap dibibirnya aku sudah lari dan menjatuhkan badanku di ranjang. Apa yang baru saja terjadi?

Suara derap pintu terbuka, dan dia lagi lagi membuat hatiku terasa sangat sakit.

"An, apa kau mende?"

"Apa kau mengenal Yuna sebelum malam itu? Tanyaku serak memotong ucapannya.

"Iya" jawabnya lirih.

"Sejak kapan?" tanyaku tersendat tangisan yang kutahan sejak awal.

"Sejak kau mengalami kecelakaan itu"

"Apakah kau kekasih Yuna?"

"Kami bertunangan." Jawabnya singkat, namun cukup membuat aku terbungkam dengan air mata yang mengucur deras dalam sedetik.

"Jadi selama ini kau anggap aku sebagai Yuna?" tanyaku dengan nada yang terdengar sangat buruk.

"Tidak An, aku..."

"Jadi selama ini aku hanya sebagai pengganti? Lalu kencan tadi pagi? Menu makanannya dan semuanya ini untuk Yuna bukan untukku?"

"Maafkan aku An, aku tidak bermak" ucapannya kuanggap sebagai jawaban iya. Aku tidak sanggup lagi mendengarnya.

"Kumohon tinggalkan aku sendirian, dan jangan pernah menampakkan wajahmu lagi." Kalimat itu lolos dari bibirku namun hatiku tertohok dengan dalamnya. Kubalikkan badanku dan mengahadapnya. Tak kupedulikan penampilanku saat ini yang terpenting masalah ini selesai.

"Satu hal yang harus kau tau, sekalipun kerupaan ini tak ada beda hati kami tetap beda. aku dengan diriku sendiri dan Yuna dengan sifatnya sendiri. Selamanya aku tak akan pernah bisa menggantikan Yuna. Begitupun sebaliknya."

"Dan kau akan menyadari perbedaan itu saat aku tak ada didekatmu lagi, sekarang kumohon pergilah"

Setelah kalimat panjang itu aku kembali berbaring dengan posisi awalku, terlalu sakit melihatnya saat ini. Dia yang mampu menjatuhkan hatiku pertama kalinya hanya dengan suara manisnya itu. Dia yang dengan mudahnya membuatku tersenyum, dia yang mampu membuatku berdebar walau hanya dengan sadar bahwa dia ada disekitarku.

Dia datang tak terduga, hingga tak terasa semua berlalu begitu cepat lalu dengan mudahnya dia menghancurkanku dengan cara yang sama. adilkah itu?

Seharusnya dia tidak datang sejak awal jika aku hanya dijadikan sebuah pelarian.

Aku sakit namun hatiku tetap mencintainya.


***

Jeng jeng jeng...... hujan baper melandakuuuuuu, jebal!!!!!

Datang lagi di next part ya?

~11 Maret 2016

tears AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang