surat tanpa nama

74 6 2
                                    

Hell-o guys!
Di update lagi nih sama author, emang ini masih pagi banget. Tapi tau nggak sih nulisnya tuh dikelas waktu pelajaran produktif!? Bayangkan nak, bayangkan. Akuntansi keuangan, judulnya aja udah horor apalagi gurunya?? Eh nggak deng, gurunya sabar tingkat a k u t. Buktinya author nulis nih part dibolehin wkwk :v

Dilanjut aja deh, cusss.... semoga hari ini author bisa liatin doi terus ya ^_^

*****

Anna Pov~

Tepat setelah hari itu, aku tak lagi bertemu dengannya. Seminggu lamanya aku memilih untuk menenangkan diri dikamar. Tak ada lagi hari yang sengaja aku nantikan, hanya tentang kapan aku bahagia?

Ceklek.
Suara pintu tua kamarku terbuka, dan menampakkan wajah Tabia.

"Permisi nona, ada surat datang untuk anda" hanya kulirik amplop coklat yang dipegang Tabia itu. "Taruh saja di meja, aku akan mandi" sahutku malas. "Baik nona, saya permisi" dan setelah itu hanya suara langkah kaki diikuti decit pintu kayu kamarku.

Kusingkap selimut tebal yang setia memelukku, kupasang sandal berbulu pada kaki jenjangku dan bergegas ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama aku menyudahi ritual mandi yang menenangkan ini. Masih dengan jubah mandi, aku memposisikan diri di depan meja rias. Saat tanganku mulai menyisir rambut, amplop coklat besar dari Tabia tadi menarik perhatianku cukup banyak. Siapa yang mengirim surat untukku?

Kuputar pelan tali yang mengait, kutarik kertas yang sengaja diselip didalamnya. Ada beberala lembar kertas dan diantaranya ada satu yang nampak menyala dengan warna merah jambunya. Kubuka lipatannya dan nampaklah sederet kata itu.

Untuk Anna istriku tercinta,

Tak banyak yang bisa kujelaskan disini. Aku hanya ingin meminta maaf karena tak bisa menampakkan wajahku l a g i untuk beberapa saat. Namun satu yang perlu kau yakini, tak sekalipun aku menaruh hati pada gadis lain. Aku dan kenangan tentang kita memang telah terhapus dari memorimu namun kumohon rasakan An. Seberapa banyak nafas yang tak bisa kau lalui tanpaku dan saat kau sudah menemukan jawabannya, temui aku. Takdir akan menuntunmu menemukanku.
Sengaja kuselipkan beberapa dokumen yang akan kau butuhkan untuk melanjutkan S1mu. Aku tak pernah sekalipun meninggalkanmu An.

I'll be there honey...

Suamimu yang dulu kau cinta.

Nafasku tercekat, keringatku sejak tadi bercucuran, teka teki macam apa ini? Aku syok untuk beberapa saat. Apa benar surat ini datang untukku? Suami? Bahkan usiaku masih kurang dari angka 18. Kegilaan apa lagi ini! Kulihat berkas berkas dalam amplop tadi, dan benar saja itu semua milikku. Tanpa basa basi aku berlari keluar kamar membawa amplop, mencari Tabia.

Aku berhenti tepat di depan pintu kamar para maid dengan nafas yang masih memburu, aku mencoba rilex. kuketuk pintu itu dan muncullah orang yang kucari. Tabia.

"Ada apa nona, apakah ada hal yang penting hingga nona sudi menginjakkan kami di kamar ini?"

"Siapa pengirim surat ini?" Tanyaku langsung pada intinya dengan mengancungkan amplop kertas yang sedari tadi kupegang.

"Saya tidak tahu nona, saya hanya mendapatkannya dari Robert. Akan saya tanyakan, nona bisa menung"

"Tak perlu Tab, aku akan menemuinya sendiri." kupotong ucapannya dan segera berlari lagi menemui Robert -satpam dirumahku-.

Aku harus tau siapa pengirim surat ini, mungkin saja dia masih disekitar sini.

*********

Wewww, segini dulu deh. Kalo banyak yang ngevote baru tak lanjut. Maafkeun updatenya lama.

Jumpa di next part~

~2 April 2016

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

tears AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang