Sesingkat Cerpen

75 9 0
                                    

Janjinya update pagi tapi baru update sore. Hehe maaf, authornya ngaret kebangetan, salahan acara tuh yang nggak ada kelarnya. Eh apaan sih malah nglantur. Yang jelas mood author hari ini cukup bagus, so just enjoy!

Boleh nih putar lagunya Raisa - Jatuh Hati biar lebih greget.
•••

Yuna Pov~

Dari sini terlihat jelas rona merah dipipi An. Dia bukanlah gadis yang dengan mudahnya percaya pada orang, juga bukan gadis yang dengan gampangnya menaruh hati pada seorang pria. Namun lihatlah, bahkan dalam hitungan menit An sudah jatuh dalam pelukan Lexi.

Bahagia kurasakan saat melihatnya seperti ini, kuabaikan pandangan Lexi yang menatapku seakan ingin membunuhku perlahan.

Tes. Bening hangatku menetes.

Kenapa hatiku seakan terkoyak? Bukankah aku bahagia? Bukankah ini keinginanku sejak awal?

Kurasa aku terlampau egois. Aku sudah sejauh ini, aku tak boleh lemah.

Seharusnya Anna lah yang bahagia sejak awal. Andai aku bisa mengantika posisinya, mungkin dia takkan tersiksa sejauh ini.

"Hey berhentilah melamun, bukan saatnya wajah cantikmu itu bersedih. Sebentar lagi giliranmu, ayo!" ya, Callia selalu bisa membuatku tersenyum disaat seperti ini.

"Ayo, terima kasih Ca."

"Sudah keharusan bagiku sebagai sahabatmu" dia menarikku dan aku mengikutinya dengan langkah lebar.

"Semoga Anna bahagia setelah ini, esok dan selamanya. Dia pantas untuk itu. Aku menyayangimu adikku" batinku berdenyut, namun aku harus kuat demi kebahagiaan Anna adikku.

********

Anna Pov~

Sepersekian menit berlalu sejak aku terjatuh lagi. Kuubah posisiku menjadi berdiri seperti semula. Kurasa musik dansa berhenti. Digantikan suara mic yang diketuk beberapa kali. Pegangan Lexi terlepas, dan aku mulai menajamkan telingaku.

"Selamat malam semua" itu suara Yuna.

"Di malam yang spesial ini, aku ingin mengucapkan selamat untuk teman-teman yang sudah dinyatakan lulus. Dan dengan hari bahagia ini aku ingin mempersembahkan sebuah lagu khusus untuk orang yang aku cintai, mungkin untuk yang terakhir kalinya.

Karena setelah ini aku tak bisa lagi bersamanya. Walau hanya sekedar menggenggam tangannya ataupun tersenyum menyemangatinya. Aku sangat mencintainya, namun waktu dan takdir tak sejalan dengan apa yang aku harapkan. Aku hanya berharap kebahagiaannya, ada atau tanpa adanya diriku."

Aku mengernyit, membayangkan Yuna yang sedang sakit hati membuatku sakit. Mengapa dia tidak pernah menceritakannya padaku? Ah sudahlah, aku akan menanyakannya nanti pada Yuna.

Lama hening. Hingga denting piano itu mulai menggema di telingaku. Kurasa posisiku saat ini tidaklah jauh dari panggung.

Ada ruang hatiku yang kau temukan
Sempat aku lupakan, kini kau sentuh
Aku bukan jatuh cinta, namun aku jatuh hati....

Kuterpikat pada tuturmu
Aku tersihir dirimu
Terkagum pada pandangmu
Caramu melihat dunia
Kuharap kau tau bahwa ku terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu tapi bolehkah ku slalu didekatmu?

Lagu ini menggambarkan hati yang berbunga, namun mengapa kesakitan yang aku tangkap didalamnya? Yuna mengakhiri lagunya dengan sempurna. Riuh tepuk tangan mulai memenuhi acara ini. Air mataku menetes, eforia penampilan Yuna begitu memenuhiku.

"Terima kasih. Dan untuk An, setelah ini aku akan menepati janjiku padamu. Menjadi orang pertama yang menunjukkanmu apa dunia yang sesungguhnya."

lagi, aku menangis bahagia mendengar penuturannya. Kuyakini semua mata tengah menatapku. Aku tak bergeming, karna aku memang tak dapat melakukan apapun

"Aku ada dihatimu, An. Jangan pernah merasa sendiri. Aku menyayangimu" ucap Yuna terbata di akhir. Tunggu, terbata? Tak ada lagi suaranya. Namun teriakan semua orang. Ada apa?

Aku bingung apa yang harus aku lakukan, aku berjalan dengan instingku. Tak mempedulikan sekitarku yang kutabrak. Aku harus menemukan Yuna. Aku gelisah, hatiku tak lagi tenang. Kemana dia? Kenapa semua orang berteriak? Oh tuhan.

Aku berteriak memanggil namanya namun tak ada sahutan. Aku mulai menangis. Ikatan batin kami terlalu kuat untukku tak merasakan apapun. Dia tidak baik-baik saja.

"Tenanglah An. Aku ada disini, Yuna pingsan dan sekarang dalam perjalanan kerumah sakit. Aku akan mengantarkanmu" pegangan tangan Lexi dipundakku terasa melayang saat ucapannya itu terngiang dalam otakku yang masih berputar.

"Yuna." Hanya namanya yang mampu kuucap. Lirih dan sarat akan kesakitan yang menyambar hatiku.

Mengapa bahagiaku sesingkat ini?

Apalagi takdir yang sedang Tuhan rencanakan untukku?

Sanggukah aku melewatinya?

Semua hal ini membuatku pusing. Denyutan keras semakin menekan kepalaku, aku mengerang dan merasakan duniaku yang gelap melayang hingga tak ada lagi hal yang bisa kurasakan.

Aku pingsan juga.

*******

Hehe feelnya gak dapet ya? Maklumin aja ya. Typo berterbangan, tolooong! Eh.

Tak tunggu votenya. Selama apapun itu aku tetap menunggu.

Eaaak, lebay amat gua!!

tears AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang