First kiss (?)

84 6 0
                                    

10 hari nggak update grrr, ide macet. Mood jelek, kebanyakan baper! Eh malah curhat. Cusss dilanjut buat yang masih kepo sama cerita ini.

Selamat baper!

*****

Lexi Pov~

"Jangan tegang kayak gitu An, aku cuma becanda. Ini restoran keluargaku. Tapi tentang menghiasnya dengan angsa kertas ini nggak becanda hehehe."

"Oh gitu, iya" Anna tertawa lirih dengan wajahnya yang sudah blushing sejak awal.

Anna sangat mudah blushing.

"Em, kau ingin makan apa An?" Tanyaku mengalihkan fokusku pada pipinya yang merona itu.

"Terserah kau saja Lex, aku yakin seleramu sangatlah baik" jawabnya lembut. Akupun tersenyum.

"Baiklah, tapi jangan salahkan aku ya kalau tidak sesuai dengan lidahmu."

"Siap" sambungnya dengan tawa renyah.

Akupun memanggil salah seorang pelayan dan mengatakan apa yang ingin kupesan. Sedangkan Anna fokus menikmati indahnya danau, kurasa dia sangat ingin kesana.

"An" panggilku pelan.

"Iya, lex?"

"Kau ingin kedanau?"

"Em, iya lex. Seumur hidup aku tak pernah ke danau. Maklumin ya"

"Oke nanti kita kesana"

"Benarkah?"

"Tentu!"

dan setelahnya kami hanya diam, sibuk dengan pikiran masing". Hingga pelayan datang dengan makanan yang kupesan. Setelah menunduk pelayan itupun pergi tanpa melupakan ucapan "Selamat menikmati Tuan Lexi" aku hanya tersenyum singkat dan memulai makanku dalam diam.

***

Anna Pov~

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya pesanan kami datang. Setelah pelayan itu pergi aku memandang Lexi cukup lama. Dia mungkin tak menyadari karna dia sudah memulai makannya. Aku cukup kaget saat melihat semua makanan di meja ini, bagaimana bisa semuanya adalah favorit Yuna? mungkin cuma firasatku saja atau memang ada maksudnya.

"An makanlah, jangan melamun. Apa kau tidak suka pilihanku?"

"Eh tidak, aku menyukainya." Sergahku cepat. Sejujurnya ini selera Yuna bukan aku. Dan tanpa bisa dipungkiri selera kami berbanding terbalik, saat Yuna sangat suka dengan makanan laut aku tidak. Bahkan aku alergi, tapi bagaimana bisa aku menolaknya?

Dengan ragu dan takut aku mulai memakannya, sejauh ini aku baik-baik saja. tapi entahlah nanti dan kami hanya diam selama makan.

**

"Ingin ke danau sekarang?"

"Tentu Lex"

Detik berikutnya dia sudah berdiri dan mengulurkan tangannya padaku. Akupun menggapainya dan dia menggandengku menuju danau.

"Kau tau, tak dulu aku selalu kesini setiap ada waktu luang"

"Benarkah? Apa kau hanya sendiri kesini?"

"Tidak, aku kesini dengan orang paling berharga dalam hidupku"

Kulirik Lexi, senyumnya sangat tulus seperti sedang menerawang.

"Namun dia tak bisa lagi menemaniku, dia pergi meninggalkanku dengan janji yang harus aku tepati"

"Oh begitu" akupun hanya manggut-manggut tak ingin bertanya lebih jauh.

Lexi berhenti dan menarikku agar menatapnya. Aku tertegun dan berdetak tak tentu arah. Dia mengulas senyum,

"Tapi sekarang ada kamu disini dan aku bahagia. Terima kasih, An"

"Sudah seharusnya seorang teman saling menemani bukan?"

Dia terkekeh dan merangkulku. Lalu melanjutkan jalan. Oh tuhan sungguh, hatiku tak bisa kutahan. Ini namanya serangan jantung!

Kamipun sudah sampai di pinggir danau, disini ada sebuah ayunan dengan akar kuat yang menjadi gantungannya. Lexi melepas rangkulannya dan menghelaku ke ayunan itu. Tanganku masih setia dalam genggamannya.

"Kau suka pemandangannya?"

"Sangat. Terima kasih Lex"

Angin pagi mulai menghembus melewati wajahku, kupeluk tubuhku sendiri yang cukup peka dalam menyerap dingin. Tak ada orang berlalu lalang disini, hanya ada aku dan Lexi disampingku. Keindahan pemandangan disini semakin melengkapi hening yang menyapu.

Namun aku betah untuk bertahan disini, kupejamkan mataku perlahan. Kuhembus nafasku dan aku merasa aroma parfum yang tak asing memenuhi penciumanku. Kubuka mataku perlahan dan kudapati Lexi tengah menatapku eh tidak dia sedang menelitiku?

Jarak kami begitu dekat hingga nafasnya memburu dengan nafasku. Seakan oksigen disini kurang untuk kami sekarang. Matanya lekat menatapku, jantungku tak karuan, tubuhku lemas. Aku tak bisa berbuat apapun sekarang.

Mungkin jarak kami sudah 5cm. Dan saat bibir merah merekah itu mendekat, aku hanya bisa menutup mata. Entahlah mungkin ini yang dikatakan refleks?

1 detik



2 detik


3 detik



Kita sudah diambang batas, dan sebentar lagi batas itu akan putus. Namun tiba-tiba nafasku tercekat, seakan dadaku terasa penuh. Aku sudah megap-megap dibuatnya. Dan Lexi terkejut dengan itu, kurasa dia menjauhkan tubuhnya dariku.

Yang terjadi selanjutnya adalah blur dan hilanglah sudah.


*******

Nggantung? Wkwk judulnya aja first kiss, padahal nempel aja kagak. Kepo baca lanjutannya. Enggak yaudah, so makasih buat yang masih mau ngepoin cerita gua ini. Maafin author ya kalo slow update, lagi blank-

jumpa di next part*

~25 Februari 2016

tears AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang