mata untuk An

79 9 0
                                    

Kebut deh biar cepet ending. Happy reading~

*****

Lexi Pov~

Entah sudah berapa banyak air mataku yang tumpah. Melihat drama picisan se melow ini!

Dengan tubuh bak mayat seperti, dia memaksa menjadi kuat didepan Anna. Apalagi yang dapat kulakukan selain diam? Aku sudah berjanji untuk menghargai keputusannya. Dan ini pilihannya.

Kasih sayangnya pada An, membuat hatiku hangat sekaligus hancur. Hancur karna harus melepasnya dengan cara seperti ini. Namun bahagia karna setidaknya dia tidak sepenuhnya meninggalkanku.

Kuusap air mataku kasar, dan berlalu sebelum Yuna menyadari kehadiranku.

***

Anna Pov~

Hangat mentari yang membelai kulit membuatku terbangun dari alam mimpi.

"Kau sudah bangun, An?" Dalam sedetik aku kaget, namun detik berikutnya aku mulai sadar akan kehadiranya sejak kemarin lusa.

"Oh eh iya Lex, apakah Ayah tidak datang menjenguk Yuna?" tanyaku dengan meregangkan ototku perlahan.

"Beliau datang, sekarang ada diruangan Yuna. Kau ingin kuantar kesana?"

"Tidak perlu Lex, dia tidak menginginkanku." jawabku dengan senyum tulusku.

"Oh iya, kepala maidmu datang tadi pagi-pagi sekali. Sekarang dia masih dikantin, mungkin sebentar lagi kembali."

"Oh begitu Lex, sekarang jam berapa?"

"Jam 7 An, operasimu masih 2 jam lagi dan aku akan menjagamu disini"

"Kenapa kau baik sekali padaku?" Entah setan mana yang datang, membuatku mengeluarkan pertanyaan sengit seperti itu. Derap langkah kakinya mendekat, aku mundur perlahan.

"Karena sejak awal bertemu denganmu, aku sudah memantapkan hati untuk selalu menjagamu An"

Kudengar dia terkekeh pelan, pipiku saat ini mungkin sudah seperti tomat busuk saat ini. Bagaimana bisa aku merona dengan orang yang baru kukenal? Kurasa ada yang tidak beres dengan hatiku.

"Kau tak perlu setakut itu padaku An, aku takkan memakanmu" lagi dia tertawa dan menjauh dariku.

"Dan kau sangat manis saat merona seperti itu"

Setelah itu bunyi pintu tertutup terdengar ditelingaku.

"Huuuhhhh" kubuang nafasku panjang. Apa dia tidak sadar semua perkataannya membuatku terkena serangan jantung? Oh tuhan ada apa denganku.

"Noona, saya kepala Maid. Apa Noona ingin saya bantu mandi?"

"Oh iya, terima kasih."

Dan akupun beranjak mandi dibantu kepala maid. Aku biasa memanggilnya Tabia.

30 menit berlalu. Cukup dengan ritual mandi yang membuat badanku terasa segar. Tabia dengan sabarnya menyisir rambutku yang terlampau panjang ini.

Aku terdiam disini. Bergumul dengan pikiranku yang terbang kemana-mana. Apakah benar hari ini aku akan menjalani operasi mata? Siapa malaikat yang yang berbaik hati memberikan matanya untukku? Apakah setelah ini ada pelangi dimataku? Atau justru sebaliknya?

"Noona An, rambut noona sudah cantik. Apakah noona sudah lapar?" Tanya Tabia yang mampu membuyarkan lamunanku.

"Eh tidak Tabia, nanti saja. Aku belum lapar."

"Tapi kau harus makan cantik!"

"Lex..xi?" tanyaku gugup.

"Sudah Tabia, beristirahatlah. Aku yang akan menjaga Anna"

tears AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang