Bidikan Tak Terduga

80 9 0
                                    

Mumpung kantor masih sepi, author lanjut deh biar nggak kepo.

Cuzzz, happy reading!

*********

Anna Pov~

Dengan gemuruh hati yang berontak, kudekati dinding dinding dingin itu. Mataku terus berlarian memandang satu persatu foto yang tergantung bersama penjepit kayu diatasnya. Aku terisak namun tak bersuara. Cukup batinku yang terkoyak, dan mataku yang meraung.

Terlihat jelas disepanjang dinding ini, kebutaan yang menyerangku 9 tahun lalu.

Berbagai ekspresi wajahku terpampang jelas disini bersama Yuna yang setia menjagaku. Perasaan hangat memenuhiku namun kesedihan bersamaan datang. Mengapa aku baru menyadarinya?

Aku menangis, bersedih, mematung, melamun, makan, bahkan hingga adegan dimana Ayah memelukku ada disini. Saat Ayah memandangku dengan tangisan, saat Ayah menamparku dengan air mata yang meluber. Bagaimana ini bisa terjadi?

Aku masih setia mengitari foto-foto ini. Hingga dibagian terakhir tangisku semakin pecah. Terlihat bagaimana perjuangan Yuna selama ini untukku. Dia menjagaku dari jauh bahkan saat aku tak menyadarinya.

"Semua ini bidikan Yuna" suara Lexi membuatku mematung, aku tau itu. Sejak awal Yuna memang berbakat di bidang Photography, tak kupungkiri semua hasilnya sempurna.

"Dan selebihnya aku"

"Callia?" Suaraku terdengar ragu.

"Ya, ingatanmu sangat bagus An." Kurasa dia mendekatiku. Kualihkan pandanganku padanya. Suara getirnya membuatku semakin merasa bersalah atas kematian Yuna.

"Maafkan aku" tangiskupun pecah. Dia memelukku.

Dia cantik, sangat cantik malah. Hatinya baik. Sungguh sosok sempurna.

"Berhentilah menangis An, mari duduklah. Ada banyak hal yang harus kau tau"

Akupun mengikutinya dan duduk diatas ranjang sedang dia dipinggirnya, masih memandang jutaan foto didinding itu.

"Aku dan Yuna bersahabat sejak SMP" dia memulai.

"Dia menceritakan tentangmu sejak awal, dan hampir setiap hari setelahnya dia mengajakku kemari. Namun dia selalu memintaku untuk tidak membuatmu tersadar akan kehadiran kami. Dia merasa sangat bersalah atas kebutaan yang kau alami, makanya dia sangat tidak ingin mengganggumu."

"Dia merekam semua kejadian yang kau alami, dengan alasan agar kau tau perkembanganmu saat kau dapat melihat lagi nanti. Dia selalu mendekor kamarmu secantik mungkin tanpa kau tau. Tak sedektipun hidupnya melupakan keberadaanmu disini An. Semuanya tentangmu dan untukmu. Lalu tepat setengah tahun yang lalu dia dinyatakan terserang penyakit kanker otak stadium 3. Dia sudah dipaksa untuk melakukan operasi, tapi dia menolak karna menurutnya ini adalah saat yang tepat untuk menebus semua kesalahannya. Lihatlah foto diujung sana, itu adalah foto kalian malam itu. Itu adalah pemandang terburuk Yuna yang pernah kulihat" air mata Callia mengalir dengan lancarnya, begitupun aku.

"Apa ini alasan Ayah menyiksaku?"

"Mungkin iya An, terlalu pedih untuk beliau melihat drama Yuna ini."

"Aku pantas mendapatkannya Ca, aku bahkan tak tau Yuna berkorban untukku yang tak memiliki semangat hidup ini."

"Sssst, cukup An. Yuna ingin kau bahagia, dan mulai sekarang aku yang akan menjagamu. Menjadi sahabatmu dan melindungimu dari apapun yang mengganggumu An."

"Terima kasih Ca, maafkan aku sungguh tak kuduga akan sepertu ini akhirnya."

"Dan aku juga akan menjagamu" kualihkan pandanganku pada Lexi yang berekspresi datar diujung pintu.

"Apa kau juga sahabat, Yuna?"

"Tidak, bukankah aku sudah mengatakan sejak awal bahwa aku bertekad melindungimu sejak awal pertemuan kita" itu pernyataan diluar dugaanku, dan cukup untuk membuatku bersyukur. Amat sangat bersyukur.

Dia tersenyum tipis lalu beranjak mendekat.

°
°
°

Baru kutau arti sebuah perubahan. Baru kukenal arti sebuah pengorbanan. Dan dunia yang sesungguhnya siap menantiku. Sekarang aku tau pengorbanan yang sesungguhnya bukanlah janji melainkan perbuatan tanpa imbalan.

Aku yakin setelah ini duniaku akan berubah seutuhnya, entah akan penuh warna atau justru kelabu. Duniaku yang sepi akan menjadi ramai. Aku yang berteman sendu, sekarang dikelilingi makhluk sempurna seperti mereka.

Tak ada kata terduga dalam hidup. Aku sudah membuktikannya.

*****

Feelnya hilang ya? Ah maafkan. Pengalaman pertama. Kasih komentar ya, biar author bisa memperbaiki kekurangan. Oh ya, sekali lagi maafkan typo ya? Hehe.

Sampai jumpa di next part---

~10 februari 2016

tears AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang